"Panji Tengkorak": Animasi 2D yang Hidupkan Pencak Silat dengan Kekuatan Penuh
Tanggal: 25 Agu 2025 22:05 wib.
Film animasi Panji Tengkorak hadir membawa napas baru bagi dunia perfilman Indonesia dengan menonjolkan pencak silat sebagai jantung cerita dan visualnya. Produser Frederica mengungkapkan bahwa sejak awal tim kreatif sepakat memilih pendekatan animasi dua dimensi, sebuah keputusan yang lahir dari hasrat untuk menampilkan kedinamisan gerakan silat secara maksimal. Menurutnya, hanya dengan gaya animasi 2D, setiap ayunan pedang, hentakan kaki, dan tendangan mampu digambarkan lebih ekspresif, dramatis, dan sarat energi. “Kami ingin setiap adegan pertarungan benar-benar terasa kuat. Jadi, gaya 2D dengan sentuhan matte painting adalah pilihan sadar yang diambil bersama-sama tim,” ujarnya dalam gala perdana film di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan.
Pendekatan visual tersebut memungkinkan seniman animasi untuk lebih leluasa memahat gerak tubuh pendekar, sehingga koreografi silat tak hanya sekadar terlihat, tetapi juga bisa dirasakan emosinya. Teknik matte painting kemudian ditambahkan untuk menciptakan latar dunia yang megah, detail, sekaligus imajinatif. Hasilnya, layar lebar diwarnai perpaduan unik antara karakter 2D yang lincah dan dunia yang dilukis dengan atmosfer khas, menjadikannya setara dengan estetika animasi populer dari Jepang, Korea, hingga Amerika, namun tetap menyimpan identitas Indonesia.
Sutradara Daryl Wilson menuturkan bahwa sejak kecil ia selalu terpikat dengan animasi yang mampu menghadirkan dunia fantasi namun tetap terasa nyata. “Ada rasa riil yang membuat kita percaya pada dunia itu, meski tidak ada di kenyataan. Kami ingin membawa sensasi itu, tapi tetap terasa Indonesia,” katanya. Unsur imajinasi digarap secara hati-hati agar berpadu dengan nuansa lokal, menghasilkan pengalaman visual yang segar sekaligus akrab bagi penonton dalam negeri.
Kisah Panji Tengkorak sendiri berakar dari komik legendaris karya Hans Jaladara yang terbit sejak 1968, lalu dihidupkan kembali melalui medium animasi dengan kekuatan baru. Ceritanya berpusat pada usaha para pendekar menghentikan perang akibat persaingan antar kerajaan besar, salah satunya Kerajaan Madyantara. Tokoh utama, Panji Tengkorak, digambarkan sebagai sosok pendekar yang ditakuti karena menguasai ilmu hitam dan menghabisi banyak nyawa yang ia anggap berdosa. Karakter ini disuarakan oleh aktor Denny Sumargo, menambah dimensi karisma sekaligus kegelapan dari sang tokoh.
Proses pembuatan film ini bukan pekerjaan ringan. Sekitar 250 seniman lokal terlibat selama lebih dari tiga tahun, mulai dari ilustrasi, animasi, hingga desain kreatif. Seluruh tenaga dan keahlian itu diarahkan untuk menciptakan karya animasi yang tidak hanya menghibur, tetapi juga membanggakan sebagai produk orisinal Indonesia. Tak hanya aspek visual, musik pun digarap serius. Lagu tema berjudul “Bunga Terakhir” ciptaan Bebi Romeo menghadirkan kolaborasi epik antara dua musisi lintas generasi, Iwan Fals dan Isyana Sarasvati, yang menambah lapisan emosional pada film ini.
Dengan perpaduan estetika animasi, cerita klasik, serta kekuatan budaya lokal, Panji Tengkorak hadir bukan sekadar sebagai tontonan, tetapi sebagai pernyataan bahwa animasi Indonesia mampu bersuara lantang di kancah global dengan ciri khasnya sendiri.