Sumber foto: google

Kontroversi Film "Vina: Sebelum 7 Hari" dan Alasan LSF Lolos Sensor

Tanggal: 8 Jun 2024 04:13 wib.
Film "Vina: Sebelum 7 Hari" telah menjadi perbincangan hangat sejak pertama kali diputar, terutama karena kontroversi yang meliputinya. Kisah yang mengangkat kasus pembunuhan dan pemerkosaan terhadap seorang wanita bernama Vina di Cirebon oleh geng motor telah memancing berbagai reaksi dari masyarakat. Ada yang menilai bahwa film ini mengeksploitasi kekerasan terhadap perempuan melalui adegan-adegan yang tersaji di dalamnya.

Meskipun demikian, film ini dinyatakan lulus sensor oleh Lembaga Sensor Film (LSF), menimbulkan pertanyaan tentang alasan di balik keputusan tersebut. Ketua Komisi I LSF, Nasrullah, menjelaskan bahwa film "Vina: Sebelum 7 Hari" berhasil lolos sensor karena adegan-adegan yang ditampilkan sesuai dengan proporsi dan masuk klasifikasi usia 17 tahun ke atas. 

Menurut Nasrullah, terdapat empat kriteria yang menjadi pertimbangan dalam pengeluaran sensor untuk film ini. Dialog film dianggap cocok untuk usia 17 tahun, sementara kekerasan dan pornografi disajikan dengan proporsional. Hal ini menjadi dasar mengapa LSF memutuskan untuk memberikan persetujuan bagi film "Vina: Sebelum Tujuh Hari".

Salah satu adegan yang menjadi viral di media sosial adalah adegan kekerasan dan pemerkosaan terhadap karakter utama dalam film ini. Namun, Nasrullah berpendapat bahwa adegan tersebut tidak ditampilkan secara eksplisit, sehingga masih dalam batas yang dapat diterima.

Ia juga menegaskan bahwa dalam adegan pemerkosaan, tidak terlihat adegan yang menampilkan tubuh secara gamblang. Menurutnya, adegan tersebut hanya ditampilkan dari sudut pengambilan gambar wajah Vina, sehingga tidak dapat disebut sebagai pornografi. 

Nasrullah juga menjelaskan bahwa jika film tersebut diberi klasifikasi untuk semua umur, maka adegan tersebut bisa menjadi masalah. Oleh karena itu, klasifikasi usia 17 tahun ke atas dipilih sebagai solusi untuk memungkinkan film ini tetap dapat ditonton oleh kalangan yang tepat.

Ketua LSF, Rommy Fibry Hardiyanto, juga menambahkan bahwa klasifikasi usia 17 tahun ke atas dipilih sebagai pilihan terbaik untuk film ini. Ia menekankan bahwa jika adegan-adegan tersebut diakomodasi dengan klasifikasi untuk semua umur, hal tersebut akan menimbulkan masalah, terutama bagi penonton yang masih anak-anak.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved