Kang Solah Kang Mak x Nenek Gayung”: Ketika Horor Bertemu Komedi Absurd, Siap-Siap Tertawa Sambil Merinding!

Tanggal: 15 Okt 2025 20:25 wib.
Industri perfilman Indonesia kembali menghadirkan kejutan tak terduga di akhir tahun 2025. Siapa sangka, dua karakter viral dari dunia maya Kang Solah Kang Mak dan Nenek Gayung yang sebelumnya hanya hadir sebagai meme dan cerita urban legend, kini bersatu dalam sebuah film layar lebar berjudul **"Kang Solah Kang Mak x Nenek Gayung".

Disutradarai oleh Reka Putra, sineas muda yang dikenal lewat pendekatan satire dalam film-filmnya, film ini menghadirkan paduan unik antara komedi absurd, horor lokal, dan kritik sosial ringan, dibalut dalam nuansa kocak yang dijamin bikin penonton ngakak sekaligus merinding.

 

Karakter Viral yang Menembus Layar Bioskop

Bagi pengguna media sosial Indonesia, nama Kang Solah Kang Mak tentu tak asing lagi. Sosok pria misterius yang selalu memanggil nama yang sama berulang-ulang ini menjadi fenomena viral berkat video pendek absurd yang menyebar luas di TikTok dan Instagram.

Di sisi lain, Nenek Gayung sudah melegenda sejak 2010-an sebagai urban legend yang menghantui pemukiman padat penduduk. Konon, penampakan nenek-nenek tua membawa gayung menjadi pertanda ajal, dan kisahnya berkembang jadi bahan horor dan parodi di mana-mana.

Menyatukan dua karakter ini dalam satu film mungkin terdengar gila dan memang itulah niatnya.

 

Sinopsis: Ketika Dunia Absurd Bertemu Alam Gaib

Film ini menceritakan tentang seorang remaja bernama Rangga, seorang konten kreator horor yang sedang mengalami kejatuhan karier. Demi menaikkan engagement, ia memutuskan melakukan “eksperimen spiritual” dengan mencari dua entitas paling absurd di internet: Kang Solah Kang Mak dan Nenek Gayung.

Namun, ketika ritual kontennya dilakukan secara iseng di sebuah rumah kosong di pinggiran kota, yang terjadi jauh di luar dugaan ia benar-benar membangkitkan keduanya. Tapi ternyata, Kang Solah bukan sekadar pemanggil nama, dan Nenek Gayung bukan hantu biasa.

Keduanya adalah makhluk dari dimensi “humor mistis” dunia gaib tempat semua hal kocak dan horor campur jadi satu.

Rangga pun terjebak dalam konflik dunia nyata dan dimensi absurd, di mana satu-satunya jalan keluar adalah: ikut “bermain” dalam permainan gaib mereka.

 

Komedian dan Aktor Horor Bergabung di Satu Frame

Film ini dibintangi oleh sejumlah nama besar yang sudah dikenal dalam dunia komedi dan horor:



Tretan Muslim sebagai Kang Solah, dengan pembawaan datar dan absurd khasnya yang membuat karakter ini semakin lucu dan menyeramkan.


Asri Welas sebagai Nenek Gayung, membawakan peran dengan keseimbangan sempurna antara horor klasik dan humor slapstick.


Bryan Domani sebagai Rangga, yang memerankan karakter generasi Z yang skeptis, sarkastik, tapi gampang panik.


Indra Jegel dan Kiky Saputri muncul sebagai duo teman Rangga yang terus menambah bumbu komedi sepanjang film.



Paduan cast ini menciptakan chemistry yang segar—bayangkan saja dialog horor diselingi dengan jokes absurd, sambil tetap membuat penonton tegang di beberapa momen.

 

Visual Unik dan Gaya Penyutradaraan Eksperimental

Reka Putra membawa pendekatan visual yang tidak biasa untuk film ini. Alih-alih memakai gaya horor konvensional yang gelap dan penuh jump scare, film ini mengusung nuansa visual ala film indie dengan warna-warna cerah tapi tidak nyaman memberi kesan “absurd tapi nggak aman.”

Beberapa adegan bahkan diambil dalam gaya mockumentary, seolah-olah film ini adalah vlog investigasi Rangga yang salah arah. Transisi dari dunia nyata ke dimensi humor mistis digambarkan dengan efek visual yang disengaja “jelek” namun artistik mengingatkan pada gaya film Everything Everywhere All At Once, tapi dengan sentuhan lokal.

 

Komentar Sosial Terselubung di Balik Tawa

Meski dikemas dalam genre horor komedi, film ini ternyata menyisipkan kritik sosial ringan terhadap budaya internet, konten viral, dan ketergantungan generasi muda terhadap likes dan views. Karakter Rangga mencerminkan realitas banyak content creator masa kini yang rela melakukan apa saja demi atensi, tanpa memikirkan batas antara hiburan dan etika.

Kang Solah dan Nenek Gayung menjadi metafora dari “urban legend digital” simbol bagaimana ketakutan dan humor bisa berubah menjadi alat monetisasi.

 

Reaksi Awal: Antusiasme dan Kejutan

Trailer film ini yang dirilis pada awal Oktober langsung menimbulkan kehebohan. Banyak netizen mengaku bingung namun penasaran, sementara sebagian besar menantikan perpaduan “nonsensical horror” yang selama ini belum pernah ada dalam perfilman Indonesia.

Beberapa komentar di media sosial menyebut film ini sebagai “penggabungan dua alam: dunia ngaco dan dunia mistis,” sementara yang lain menyebutnya sebagai “film yang bakal jadi cult classic di masa depan.”

 

Film yang Akan Membelah Penonton

Kang Solah Kang Mak x Nenek Gayung bukan film yang biasa. Ini adalah karya yang akan membuatmu tertawa, bingung, takut, dan mungkin bertanya-tanya: “Apa yang sebenarnya sedang aku tonton?”

Apakah ini horor? Apakah ini sindiran? Atau hanya eksperimen aneh yang entah kenapa berhasil?

Apapun itu, film ini adalah bentuk keberanian baru dalam dunia film Indonesia dan kamu tidak akan mau melewatkannya saat tayang serentak di bioskop pada 28 November 2025.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved