Sumber foto: google

Inside Out 2: Remaja Yang Tumbuh Berkembang

Tanggal: 9 Jul 2024 09:48 wib.
Inside Out 2 memasuki tahun kesembilan sejak perilisannya, namun film ini masih mampu membangkitkan daya tarik penonton terhadap perjalanan Riley Andersen dan keberagaman emosinya saat ia memasuki fase remaja.

Dalam sekuel ini, emosi baru seperti Anxiety, Envy, Ennui, dan Embarrassment diperkenalkan dengan cerdas, mencoba "mengambil alih" kendali emosi Riley bersama dengan kelompok emosi aslinya, yaitu Joy, Sadness, Anger, Fear, dan Disgust.

Penulis cerita Kelsey Mann dan Meg LeFauve bersama dengan penulis naskah LeFauve dan Dave Holstein berhasil menggambarkan masalah-masalah yang sederhana namun meresahkan yang dihadapi oleh remaja saat merasakan gejolak emosi, terutama ketika harus menghadapi perpisahan dengan orang-orang terdekat.

Dalam Inside Out 2, Riley mengalami kegelisahan saat mengetahui kedua sahabatnya akan pindah sekolah. Hal ini menimbulkan konflik emosi yang berbeda dengan yang pernah dialaminya saat ia masih anak-anak dalam film Inside Out (2015).

Sebagai sutradara, Kelsey Mann berhasil mengeksekusi dengan apik konflik-konflik ringan dalam alur cerita menjadi situasi yang menegangkan dan menghibur. Terutama saat kelompok emosi lama berjuang untuk mengembalikan identitas sejati Riley yang sedang dijajah oleh kelompok emosi baru.

LeFauve dan Holstein berhasil menciptakan alur cerita dan dialog yang mampu menghidupkan situasi yang dihadapi oleh Riley selama 96 menit film berjalan. Salah satu poin penting dari film ini adalah bagaimana keadaan Riley digambarkan dengan semua ketidaksempurnaannya, termasuk kondisi fisik dan psikologisnya.

Perwujudan karakter Riley dengan kekurangannya tersebut secara tegas menyampaikan pesan bahwa manusia memang tidak sempurna, tetapi tetap memiliki nilai dan keunikan sebagai makhluk yang diliputi oleh beragam emosi.

Selain fokus pada karakter utama, film ini juga memberikan perhatian khusus pada karakter-karakter pendukung. Dialog dan visualisasi karakter-karakter pendukungnya sangat diperhatikan hingga mampu menghibur dan mengundang tawa penonton.

Salah satunya adalah karakter baru bernama Nostalgia, yang beberapa kali muncul untuk mengingatkan Riley pada masa lalu. Interaksi antara karakter Nostalgia yang hanya muncul sesekali tersebut menjadi hal menarik yang dapat menjadi ciri khas bagi film-film lanjutan dari saga ini.

Inside Out 2 juga tetap mengedepankan aspek visual yang terlihat tidak dianggap remeh. Visual yang disajikan mampu memenuhi harapan penonton dan memberikan sentuhan baru tanpa meninggalkan kesan familiar yang sudah dikenal melalui film pertama.

Meskipun begitu, scoring dalam film ini terkesan masih sama seperti sebelumnya, baik dari segi sajian musik maupun komposisinya. Namun, keberadaan scoring yang tidak mengalami perubahan tersebut tidak mengganggu perhatian dari alur cerita yang sebenarnya serius, namun dihadirkan dengan cara yang menghibur dan menarik.

Salah satu catatan bahwa dominasi karakter Anxiety dalam cerita, mirip dengan peran yang dimiliki oleh Joy dalam film sebelumnya. Ada harapan agar peran dari tiga emosi lainnya, yaitu Envy, Ennui, dan Embarrassment, juga memiliki peran yang signifikan dalam membentuk karakter Riley, sehingga mereka tidak hanya menjadi karakter pendukung yang terlupakan karena dominasi Anxiety.

Peran dari ketiga emosi tersebut juga terlihat tidak seimbang jika dibandingkan dengan peran yang dimiliki oleh Sadness, Anger, Fear, dan Disgust. Padahal, ketiga emosi tersebut memiliki potensi besar dalam memengaruhi kontrol emosi Riley, terlepas dari peran utama yang dimiliki oleh Anxiety.

Pada akhirnya, film ini dalam kehadirannya setelah hampir satu dekade mampu memberikan jawaban-jawaban melalui alur cerita yang segar dan menghibur, lebih dari film sebelumnya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved