Sumber foto: Google

Bikin Merinding! ‘Sosok Ketiga: Lintrik’ Ungkap Teror Makhluk Penjaga Rahasia Terselubung di Sebuah Desa Terpencil!

Tanggal: 24 Nov 2025 09:25 wib.
Jakarta — Industri film horor Indonesia kembali diramaikan dengan kehadiran karya terbaru berjudul “Sosok Ketiga: Lintrik”, sebuah film yang sejak trailer perdananya dirilis sudah membuat warganet heboh karena nuansa mistisnya yang pekat dan desain horornya yang terasa sangat lokal. Film ini menjadi bagian dari semesta horor Sosok Ketiga, namun kali ini menghadirkan kisah yang berdiri sendiri dengan ketegangan baru yang lebih gelap dan lebih psikologis.

“Sosok Ketiga: Lintrik” disebut menggabungkan elemen horor tradisional Jawa dengan drama keluarga yang rumit, membawa penonton masuk ke dalam spiral misteri di mana batas antara makhluk gaib dan ketakutan manusia semakin kabur. Dalam film ini, istilah “Lintrik” merujuk pada sosok makhluk penjaga—entitas kuno yang dipercaya menjaga rahasia besar sebuah keluarga, namun berubah menjadi teror ketika keseimbangan itu diganggu.

Film ini mengikuti perjalanan Raras, seorang perempuan muda yang baru saja kehilangan ibunya, Sri Wening, secara misterius. Setelah kecelakaan yang terasa janggal, Raras pulang ke kampung halaman ibunya di sebuah desa terpencil bernama Kedungpitu. Di sanalah serangkaian kejadian aneh mulai terjadi: suara langkah tengah malam di depan pintu, aroma bunga sedap malam yang muncul tiba-tiba, hingga kemunculan bayangan perempuan berjari panjang yang mengikuti Raras ke mana pun ia pergi.

Dalam catatan harian peninggalan ibunya, Raras menemukan kata “Lintrik” ditulis berulang-ulang. Ia kemudian mengetahui bahwa Lintrik bukan sekadar mitos desa, tetapi makhluk penjaga yang terikat pada garis keturunan keluarganya. Makhluk itu selama ini menjaga rahasia gelap terkait perjanjian yang dibuat Sri Wening puluhan tahun lalu—perjanjian yang kini menagih kembali.

Di desa itu, Raras tinggal bersama bibinya, Mbok Karni, seorang perempuan tua yang terkesan ramah namun menyimpan banyak rahasia. Mbok Karni memperingatkan Raras untuk tidak keluar setelah matahari terbenam, tidak menyalakan lampu merah di kamar, dan tidak membuka jendela ketika mendengar suara orang memanggil namanya di luar rumah. Raras awalnya menganggap semua itu sebagai takhayul pedesaan, hingga malam ketika ia melihat sendiri sosok Lintrik berdiri di bawah pepohonan bambu, wajahnya tampak seakan mengintip di balik gelap.

Konflik semakin memuncak ketika Raras menemukan bahwa perjanjian yang dibuat ibunya ternyata dilakukan untuk menyelamatkan Raras saat ia masih bayi. Lintrik, dalam wujud aslinya, bukan makhluk jahat—tetapi sosok penjaga yang memerlukan keseimbangan. Namun, karena Sri Wening meninggal sebelum menyelesaikan syarat perjanjiannya, Lintrik kehilangan tempat ikatan yang membuatnya bergolak, alami, dan tak terkendali.

Raras bersama Arga dan tokoh desa, Mbah Jayeng, mencoba mengungkap ritual pemutus perjanjian tersebut. Mbah Jayeng mengungkapkan bahwa Lintrik bukan makhluk yang bisa dimusnahkan, hanya bisa “diantarkan kembali” ke alamnya jika syarat tertentu dipenuhi di antaranya menghadapi ketakutan terdalam dari pewaris garis keluarga, yaitu Raras sendiri.

Bagian klimaks film menghadirkan adegan yang memadukan spiritual, simbolisme Jawa, dan horor visual yang intens. Raras harus masuk ke sebuah ruangan kuno di rumah keluarganya, tempat ritual awal dibuat, dan menghadapi Lintrik secara langsung. Adegan tersebut disebut sebagai salah satu momen paling mencekam dalam film horor Indonesia tahun ini: ruangan gelap penuh suara bisikan, atap bocor yang meneteskan air, dan Lintrik yang muncul dalam wujud yang lebih besar, lebih berwajah retak, dan bergerak dengan kecepatan tak wajar.

Akhir film meninggalkan kesan ambigu dan menimbulkan banyak teori di kalangan penonton. Raras berhasil menyelesaikan ritual, tetapi di adegan terakhir, ia mendengar kembali suara langkah pelan di depan pintunya. Apakah Lintrik benar-benar sudah berpulang atau justru membangun ikatan baru—penonton dibuat bertanya-tanya.

“Sosok Ketiga: Lintrik” bukan hanya film horor penuh teriakan—ia juga membahas tema berat seperti trauma keluarga, warisan yang tak terhindarkan, dan ketakutan manusia akan hal-hal yang tidak bisa mereka kendalikan. Dengan visual yang kuat, atmosfer mencekam, serta cerita yang diwarnai mitologi lokal, film ini berhasil membangun dunia horor yang kaya dan menggugah rasa penasaran.

Film ini disebut-sebut sebagai salah satu karya horor Indonesia yang paling menjanjikan tahun ini, dengan perpaduan antara mitos, drama emosional, dan teror visual yang tak mudah dilupakan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved