Tradisi Cukur Rambut Pertama Bayi (Aqiqah): Syukur dan Berkah dalam Islam
Tanggal: 1 Jun 2025 09:55 wib.
Dalam masyarakat Muslim di seluruh dunia, kelahiran seorang bayi adalah momen yang penuh kegembiraan dan rasa syukur, disambut dengan berbagai tradisi. Salah satu tradisi paling universal dan bermakna adalah cukur rambut pertama bayi, atau yang dikenal sebagai Aqiqah (). Praktik ini bukan sekadar ritual potong rambut biasa; ia adalah sebuah persembahan syukur kepada Allah SWT atas karunia kehidupan baru, sekaligus sebuah harapan akan berkah dan perlindungan bagi sang buah hati dalam bingkai ajaran agama Islam.
Sejarah dan Makna Spiritual Aqiqah
Tradisi Aqiqah memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam, berakar pada sunah Nabi Muhammad SAW. Secara bahasa, "aqiqah" berarti "memutus" atau "memotong", merujuk pada pemotongan rambut bayi yang baru lahir. Namun, dalam konteks syariat, Aqiqah juga mencakup penyembelihan hewan ternak (kambing atau domba) sebagai bentuk syukur.
Menurut hadis Nabi Muhammad SAW, Aqiqah dianjurkan untuk dilaksanakan pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi. Jika tidak memungkinkan, dapat dilakukan pada hari ke-14 atau ke-21, atau kapan pun orang tua mampu. Hikmah di balik Aqiqah ini sangat mendalam:
Pernyataan Syukur: Ini adalah cara bagi orang tua untuk mengungkapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Allah SWT atas anugerah yang sangat berharga, yaitu keturunan.
Tebusan/Perlindungan: Dalam beberapa interpretasi, Aqiqah dipandang sebagai tebusan atau perlindungan bagi bayi dari berbagai bahaya dan penyakit, serta sebagai bentuk pengorbanan untuk keselamatan dan keberkahannya.
Pengumuman Kelahiran: Aqiqah juga berfungsi sebagai pengumuman resmi atas kelahiran bayi kepada masyarakat luas, mengundang mereka untuk berbagi kebahagiaan dan mendoakan sang bayi.
Penyucian dan Kebersihan: Pencukuran rambut bayi, selain simbolis, juga memiliki dimensi kebersihan. Rambut bayi yang tumbuh selama di dalam kandungan diyakini perlu dibersihkan untuk memulai kehidupan baru dengan kesucian.
Proses dan Ritual: Kombinasi Simbolisme dan Kebersamaan
Pelaksanaan Aqiqah umumnya melibatkan beberapa elemen:
Prosesi dimulai dengan penyembelihan hewan ternak. Untuk bayi laki-laki dianjurkan menyembelih dua ekor kambing/domba, sementara untuk bayi perempuan satu ekor. Daging hewan tersebut kemudian dimasak dan dibagikan kepada fakir miskin, tetangga, dan kerabat. Ini mencerminkan nilai-nilai sedekah, kemurahan hati, dan kebersamaan dalam Islam, memastikan bahwa kegembiraan atas kelahiran bayi juga dirasakan oleh mereka yang membutuhkan. Pembagian daging ini juga berfungsi sebagai bentuk syukur yang menyebar luas.
Setelah itu, dilanjutkan dengan ritual mencukur rambut bayi. Rambut bayi dipotong, seringkali digundul, dan kemudian ditimbang. Seberat timbangan rambut tersebut, orang tua dianjurkan untuk bersedekah emas atau perak, atau setara dengan nilainya. Ritual ini melambangkan pembersihan dan kesucian, serta merupakan bagian dari tahnik, di mana madu atau kurma yang telah dilunakkan dioleskan ke langit-langit mulut bayi oleh seorang ulama atau orang saleh, dengan harapan bayi tumbuh menjadi pribadi yang manis dan berakhlak mulia.
Pada banyak kesempatan, upacara Aqiqah juga dilengkapi dengan pembacaan doa-doa, sholawat, dan acara pemberian nama bayi secara resmi di hadapan keluarga dan komunitas. Momen ini sering menjadi ajang silaturahmi, di mana keluarga besar berkumpul, berbagi kebahagiaan, dan memperkuat ikatan kekerabatan.
Makna Abadi dalam Kehidupan Muslim
Di era modern, tradisi Aqiqah tetap relevan dan dipraktikkan dengan penuh semangat di berbagai belahan dunia Muslim. Ia bukan hanya ritual belaka, tetapi juga kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan dan sosial sejak dini. Aqiqah adalah pengingat bahwa setiap kehidupan adalah anugerah, dan bahwa syukur kepada Sang Pencipta harus diwujudkan melalui tindakan nyata, termasuk berbagi kepada sesama.
Melalui Tradisi Cukur Rambut Pertama Bayi (Aqiqah), umat Islam tidak hanya merayakan kehadiran anggota keluarga baru, tetapi juga menegaskan kembali keyakinan mereka pada berkah ilahi, tanggung jawab sosial, dan pentingnya berkah dalam setiap langkah kehidupan seorang Muslim.