Sunan Gunung Jati adalah Satu-satunya Wali yang Memimpin Pemerintahan, Cirebon disebut Kota Wali

Tanggal: 30 Apr 2017 17:33 wib.
Julukan Kota Wali yang disandang Cirebon adalah memang benar karena dilihat dari sejarahnya Cirebon banyak sekali disinggahi dan ditempati para wali salah satunya adalah Sunan Gunung Jati. Jika datang ke Gunung Jati disitu banyak sekali warung makanan atau souvenir, dan banyak orang berlalulalang jalan menuju gapura kuno. 

Gunung kecil disudut barat daya kota wali itu memang seperti magnet sehingga banyak menyedot orang dari berbagai kalangan dan daerah datang dengan berbagai kepentingan. Mulai dari orang awam, santri, ulama, pengusaha, bahkan pejabat, terlebih pada hari-hari tertentu seperti sepanjang bulan Muharam, Robiulawal dan bulan Syawal. Jumlah pengunjung akan meningkat puluhan kali lipat. Pusaran utama yang menyedot pendatang tiada lain adalah makam Syekh Maulana Syarif Hidyatullah atau yang lebih dikenal Sunan Gunung Jati, yang letaknya di Astana Gunung Jati, kecamatan Cirebon Utara kabupaten Cirebon Jawa Barat.

Tujuan para pengunjung adalah berjiarah ke makam sang wali agar mendapatkan berkah, Kebesaran nama tokoh wali sanga yang tinggal di Jawa Barat ini memang sudah melegenda, karena karamah dan kedudukannya sebagai sultan di kerajaan Islam di Cirebon. Kekuasaanya meliputi seluruh pantai utara Jawa Barat. Syekh Maulana Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448, ibunya Nyai Rara Santang, putri raja Pajajaran, Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya, Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.

Syarif Hidayatullah sempat berkelana ke berbagai negara, dan atas restu kalangan ulama Ia mendirikan Kesultanan Cirebon, yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati. Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya  Wali Sanga yang memimpin pemerintahan. Dalam berdakwah ia tegas dan lugas, pendekatan terhadap rakyat dilakukan dengan membangun sarana dan prasarana umum, seperti jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mengundurkan diri dari jabatannya, dan mengkonsentrasikan hidupnya hanya untuk berdakwah.Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat pada usia 120 tahun.

Biasanya orang datang dan melakukan tahlil di depan salah satu pintu gerbang makam Sunan Gunung Jati yang terbuat dari kayu jati, pintu gerbang tersebut yang lebih dikenal dengan Lawang Gede, adalah pintu terdepan dari sembilan pintu yang berjajar di sepanjang jalan menuju makam Sunan Gunung Jati, yang berada dipuncak gunung. Sayangnya hanya keluarga atau pihak yang di ijinkan oleh pihak Keraton Kesepuhan dan Keraton Kanoman yang bisa masuk komplek makam sampai ke pusara Sang Wali.

Selain makam Sunan Gunung Jati, tempat bersejarah lain disekitar astana adalah Masjid Tiban, yang letaknya di sebelah timur makam, konon masjid itu pemberian dari Syekh Kuro Karawang, dan dipindahkan ke Cirebon oleh Sunan Gunung Jati dalam waktu sekejap. Sedangkan makam Syekh Kuro sendiri diyakini oleh masyarakat  berada disebuah bukit di sisi lain Gunung Sembung, tepatnya di tepi jalan Raya Cirebon - Indramayu, atau di sebrang gapura  makam.

Di bukit ini, selain terdapat kompleks makam para ulama dan aulia, juga ada sebuah situs yang oleh masyarakat diyakini sebagai pusering jagat  / pusat bumi. Sementara di beberapa tempat terpampang wasiat mendiang Maulana Syarif Hidayatullah dalam bahasa Cirebon, " Ingsun titip tajug lan fakir miskin". Artinya " Aku titip masjid dan fakir miskin." Sebuah pesan moral dan sosial yang sangat mulia. 

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved