Studi Perbandingan: Islam di Jawa dan Sumatra
Tanggal: 17 Jul 2024 11:54 wib.
Islam adalah agama mayoritas di Indonesia, dan penyebarannya di berbagai pulau telah menghasilkan beragam bentuk praktik dan tradisi keislaman. Dua pulau terbesar yang memiliki sejarah panjang dalam perkembangan Islam adalah Jawa dan Sumatra. Meskipun keduanya menganut agama yang sama, ada perbedaan mencolok dalam cara Islam dipraktikkan dan diselaraskan dengan budaya lokal di masing-masing daerah. Artikel ini akan membahas studi perbandingan tentang Islam di Jawa dan Sumatra, mengungkapkan perbedaan dan persamaan dalam tradisi, budaya, dan praktik keagamaan.
Sejarah Masuknya Islam
Jawa:
Islam mulai masuk ke Jawa pada abad ke-13 melalui para pedagang dan ulama dari Gujarat, India. Wali Songo, sembilan ulama terkenal, memainkan peran kunci dalam menyebarkan Islam di Jawa. Mereka mengadaptasi ajaran Islam dengan kearifan lokal dan budaya Hindu-Buddha yang telah ada sebelumnya. Penyebaran Islam di Jawa sangat dipengaruhi oleh pendekatan sufistik, yang menekankan pada tasawuf dan praktik mistik.
Sumatra:
Di Sumatra, Islam masuk lebih awal, sekitar abad ke-7, melalui pedagang Arab dan India. Kerajaan Samudera Pasai di Aceh menjadi kerajaan Islam pertama di Indonesia. Aceh, yang dikenal sebagai "Serambi Mekkah," menjadi pusat pembelajaran Islam dan penyebaran ajaran syariah. Penyebaran Islam di Sumatra cenderung lebih ortodoks dibandingkan dengan Jawa, dengan penekanan kuat pada hukum syariah dan pendidikan agama.
Tradisi dan Budaya
Jawa:
Islam di Jawa sangat dipengaruhi oleh budaya lokal. Tradisi seperti selamatan (ritual syukuran) dan kenduri (perjamuan) adalah contoh bagaimana ajaran Islam diselaraskan dengan budaya Jawa. Selain itu, upacara-upacara keagamaan seperti Grebeg Maulud (peringatan kelahiran Nabi Muhammad) menunjukkan perpaduan antara budaya Jawa dan Islam. Wayang kulit, seni pertunjukan tradisional, juga digunakan sebagai media dakwah oleh para Wali Songo.
Sumatra:
Di Sumatra, khususnya Aceh, budaya dan tradisi Islam lebih ketat. Hukum syariah diterapkan dengan tegas, dan banyak tradisi yang sepenuhnya didasarkan pada ajaran Islam. Tradisi seperti perayaan Maulid Nabi dan pengajian akbar sering diadakan dengan sangat khidmat dan penuh semangat keagamaan. Pengaruh budaya Arab lebih terasa di Sumatra, terlihat dari penggunaan bahasa Arab dalam upacara-upacara keagamaan dan pendidikan.
Pendidikan dan Lembaga Keagamaan
Jawa:
Di Jawa, pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang paling menonjol. Pesantren mengajarkan ilmu agama, bahasa Arab, dan juga ilmu umum. Banyak pesantren di Jawa yang mengkombinasikan pendidikan agama dengan pendidikan modern, menghasilkan lulusan yang berwawasan luas. Pesantren Tebuireng di Jombang dan Pesantren Gontor di Ponorogo adalah contoh pesantren terkenal yang telah melahirkan banyak ulama dan cendekiawan.
Sumatra:
Di Sumatra, terutama di Aceh, dayah adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang serupa dengan pesantren di Jawa. Dayah mengajarkan Al-Quran, hadis, fikih, dan tasawuf. Selain dayah, di Sumatra juga banyak terdapat madrasah yang mengajarkan kurikulum yang lebih formal. Pendidikan di Sumatra cenderung lebih fokus pada pengajaran syariah dan tafsir Al-Quran.
Pengaruh Politik dan Sosial
Jawa:
Islam di Jawa memiliki pengaruh besar dalam bidang politik dan sosial. Partai politik berbasis Islam seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Nahdlatul Ulama (NU) memiliki basis massa yang kuat di Jawa. NU, sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, berpusat di Jawa dan memainkan peran penting dalam kehidupan sosial dan politik, mempromosikan Islam moderat dan toleran.
Sumatra:
Di Sumatra, terutama di Aceh, Islam memiliki peran yang sangat dominan dalam politik dan hukum. Aceh diberi status otonomi khusus untuk menerapkan hukum syariah dalam berbagai aspek kehidupan. Partai politik seperti Partai Aceh memainkan peran penting dalam mengatur pemerintahan daerah dengan berlandaskan syariah. Keputusan-keputusan politik sering kali didasarkan pada ajaran Islam.