Siapakah yang Lebih Zalim Daripada Orang yang Mengada-adakan Kebohongan Terhadap Allah?
Tanggal: 8 Mar 2024 07:45 wib.
“Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Mereka itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan dalam Kitab sampai datang para utusan (malaikat) Kami kepada mereka untuk mencabut nyawanya. Mereka (para malaikat) berkata, Manakah sembahan yang biasa kamu sembah selain Allah? Mereka (orang musyrik) menjawab, Semuanya telah lenyap dari kami. Dan mereka memberikan kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir."(QS. Al-A'raf 7: Ayat 37).
Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?
Tafsir Ringkas Kemenag
Kementrian Agama RI
Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah dengan melakukan kemaksiatan kemudian dengan dusta mereka menyatakan perbuatan itu sebagai perintah Allah, atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya, yaitu Al-Qur'an? Mereka, yakni orang-orang yang mendustakan dan menentang ayat-ayat Allah, itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan oleh Allah di dunia, dan hal ini telah dituliskan dalam Kitab Lauh Mahfuz. Namun demikian, hal ini berlangsung sampai ketika datang para utusan Kami, yaitu malaikat maut, kepada mereka untuk mencabut nyawanya dengan keras sehingga mereka merasakan sakit yang luar biasa. Mereka, yakni para malaikat yang diperintahkan untuk mencabut nyawa tersebut berkata, "Wahai kalian yang senantiasa mendustakan Allah, manakah sembahan yang dulu biasa kamu sembah selain Allah? Apakah mereka mampu menolong kalian dan menyelamatkan diri dari kami?" Dengan penuh kesadaran, mereka, yakni orang musyrik, menjawab, "Semuanya telah lenyap dari kami." Dan mereka memberikan kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir.
PANGKAL DOSA ITU ADALAH KEBOHONGAN (Pondok Pesantren Darus Salam Gontor).
Tak sedikit yang menganggap bohong merupakan sesuatu yang sepele. Padahal kita tahu sekecil apapun kebohongan tetap saja dianggap sebagai dosa besar.
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” [QS. An-Nahl ayat 105]
Bohong atau dusta adalah sifat buruk yang sangat dibenci, dan Allah sendiri mengutuknya. Kebohongan merupakan induk dari berbagai macam perkara buruk yang tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga orang lain.
Berbohong adalah pangkal dari berbagai kejahatan, dan salah satu ciri golongan orang munafik adalah mereka yang suka berkata dusta.
Dari Ibnu Masud bahwa Rasulullah bersabda,
“Berkata benar jadikanlah kebiasaan bagimu, karena benar menurut kebaikan dan mengantarkan ke surga. Seseorang selalu berkata benar (pasti) ditentukan siddiq di sisi Allah. Dan berhati-hatilah kamu pendusta, karena dusta menimbulkan kekejian (kejahatan) dan akibatnya akan menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka. Seseorang berdusta akhirnya ditentukan pendusta di sisi Allah”.
Kejujuran merupakan landasan iman bagi seorang Muslim. Bentuk kejujuran itu dapat dibuktikan melalui ucapan maupun perilaku sehari-hari.
Pada saat hari kebangkitan dan hari pembalasan kelak, seorang pendusta akan datang bersama kelompoknya (pendusta) dan datang kepada Allah dengan keadaan yang mengerikan. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?” [QS. Az-Zumar ayat 60]
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” [QS. Az-Zumar ayat 3]
Seperti yang Allah sudah firmankan dalam ayat diatas, orang yang berbohong pasti akan mendapatkan ancaman siksa neraka. Dan mereka memiliki ciri yaitu dengan muka yang sangat hitam legam.
Perbuatan dusta adalah salah satu perbuatan yang dapat merusak dan melenyapkan amal ibadah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga walaupun ia salat, puasa, walaupun ia mengira bahwa ia menjadi seorang Muslim, yaitu berdusta saat berbicara, jika berjanji dia ingkar, dan berhianat apabila diberi amanat (kepercayaan)”.
Bahkan, lebih parah lagi Allah tidak akan mau melihat dan mensucikan mereka yang berbohong dan Allah akan menyiksa mereka dengan siksa yang pedih.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW;
“Ada tiga golongan di hari kiamat nanti Allah tidak akan melihat dan mensucikan mereka bahkan akan ditimpakan siksaan yang pedih yaitu, orangtua yang berzina, raja yang berdusta, dan fakir yang sombong.” [HR. Muslim]
Dusta adalah perbuatan yang dilarang Islam, dan Allah akan mencatat dosa sekecil apapun dan akan tetap membalasnya.
Akibat dari semua itu antara lain terjadinya korupsi, pedagang buah melakukan penipuan timbangan, pelajar dan mahasiswa membuat laporan keuangan palsu atau yang sering terjadi dinegeri ini ialah kebiasaan menyontek pada saat ujian.
Jika hal diatas terjadi pada lembaga lembaga pendidikan yang notabane nya lembaga kaderisasi manusia dan pemimpin masa depan, maka kelak akan lahir manusia-manusia yang terdidik sebagai pembohong atau pendusta ulung.
Oleh karena itu, apabila sebuah bangsa ingin menjadi bangsa besar, berwibawa dan disegani, maka bangsa itu harus berani membangun dirinya sebagai bangsa yang selalu jujur dan meninggalkan sifat pembohong atau pendusta, betapapun beratnya.
Semoga kita bisa menjadi insan yang selalu jujur dan meninggalkan sifat pembohong dan pendusta, sehingga kita bisa menjadi generasi Rabbani yang selalu dilindungi oleh Allah SWT dan mendapatkan rahmat-NYA.