Siapa Wanita Pertama Yang Masuk Surga
Tanggal: 19 Jul 2017 15:24 wib.
Tampang.com-Siapa yang tidak ingin masuk surga,setiap manusia yang hidup ingin dikehidupan kelak di akhirat masuk surge. Banyak para wanita yang kurang bisa menjaga dirinya kelak akan menjadi pengguni neraka dan banyak juga yang masuk kesurga dengan keistimewaan masing-masing. Seperti dikisahkan Rosulullah kepada putri Fatimah akan wanita siapa wanita pertama yang masuk surge.
Fatimah Az-zahra merupaka putri kesayangan Rosullullah SAW,namun tidak pernah manja,pantang baginya meminta sesuatu kepada sang ayah,hidup sederhana dan taat beribadah. Sebagai seorang istri dan ibu dari Hasan dan Husain,Fatimah selalu sabar dan ikhlas. Tugas kesehariannya dijalaninya sendiri sampai tangan lecet tanpa mengeluh, semua tugas rumah selesai dilakukan denga baik.
Suatu hari Fatimah menanyakan kepada ayahnya “siapakah perempuan yang pertama kali masuk surga? Sang ayah menjawab” wahai Fatima anakku,jika engkau ingin mengetahui perempuan pertama yang masuk surga sdia adalah Ummu Mutiah”
“Siapakah Mutiah tersebut ayah? Dimanakah dia tinggal?” tanya Fatimah penasaran. Karena tidak ada yang mengenal Mutiah. Karena tidak ada yang mengenal Mutiah dan ternyata dia tinggal di pinggiran Kota Madinah. Jawaban sang Ayah membuat Fatimah tercengang,ternyata bukan dirinya perempuan yang pertama kali masuk surga.
Untuk memenuhi rasa penasaran Fatimah berkunjung ke rumah Mutiah. Dia menyelidiki amala dan ibadah serta bermuamalah dengan baik yang membuat Mutiah disebut perempuan terhomat oleh sang Ayah( Rosullullah).
Keesokan harinya harinya Fatima pamit kepada suaminya untuk mengunjungi Mutiah dikediamannya. Dia mengajak putranya Hasan. Setelah mengetuk pintu dan memberi salam terdengar sura dari dalam rumah. “Siapa diluar?”Tanya Mutiah.
“Saya Fatimah putri Rosulullah”jawab Fatimah.
“Ada perlu apa?” Mutiah bertanya balik tanpa membuka pintu rumah.
“Ingin bersilatuhrahim saja”jawab Fatimah,”anda seorang diri atau bersama yang lain” Tanya Mutiah tanpa membukakan pintu juga.
“Saya bersama Hasan putra saya” jawab Fatimah dengan sabar.
“Maaf Fatimah”kata Mutiah,”saya belum mendapat izin suami untuk menerima tamu laki-laki”
“Tetapi Hasan masih anak-anak”balas Fatimah penasaran.
“Walaupun anak-anak dia tetap laki-laki juga,maaf sekali Fatimah bagaimana kalau kembali besok setelah saya meminta izin kepada suami” kata Mutaiah tanpa membuk pintu rumah. Fatimah pun pulang tanpa memaksa Mutiah namun keesokan harinya berjanji untu datang lagi.
Keesokan harinya Mutiah menyambut kedtangan Fatimah bersama Hasan dan Husein yang sudah mendapat ijin dari suami. Keadaan rumah Mutiah sangat sederhana,tanpa perabotan mewah,namun semua tertata rapih dan bersih,setiap sudut ruangan tampak segar dan wangi membuat penghuninya senang berlama-lama dirumah. Hasan dan Husain pun merasa betah.
Selama berkunjung Fatimah tidak menemukan apa-apa yang sesuatu yang istimewah pada diri Mutiah. Namun Mutiah kelihatan mondar-mandir tidak tenang dari dapur ke ruang tamu” maaf Fatimah, saya tidak bisa duduk tenang karena menyiapkan makanan untuk suami”ungkapnya.
Menjelang waktu makan siang Mutiah menyiapkan makan untuk dikirim ke suaminya yang bekerja di lading. Yang membuat Fatimah heran selain makanan Mutiah membawa bekal sebuah cambuk. “Apakah suamimu penggembala,untuk apa cambuk itu” Tanya Fatimah penasaran.
“Pekerjaan suamiku petani, cambuk ini sangat penting fungsinya,jika suami saya merasa masakan saya tidak enak, saya rela dan ridho cambuk yang bicara” jelas Mutiah,”saya akan menyerahkan cambuk kepada suami untuk dipukulkan ke punggungnya,berarti saya tidak bisa melayani dan menyenangkan hati suami saya,”lajut Mutiah.
“Apakah itu kehendak suamimu?” Tanya Fatimah semakin penasaran.
“Ini bukan kehendak suamiku. Suamiku orang yang penuh kasih sayang,semua ini kulakuakan karena keinginanku sendiri,agar jangan sampai menjadi istri yang durhaka kepada suami,”.
Jawaban Mutiah menjadi jawaban atas misteri yang selama ini dicari oleh nya.Masyaallah demi menyenangkan suami Mutiah rea dicambuk.
“Aku akan mencari keridhohan dari suami,karena istri yang baik adalah istri yang patuh pada suami yanga baik dan suami yag ridho kepada istrinya”ujar Mutiah.
“Pantas sajau kelak Mutiah menjadi perempuan pertama masuk surga karena dia menjaga diri dan sangat tulus berbakti kepada suami” ujar Fatimah dalam hati, Subhanallah.
Apa yang dilakukan Mutiah bukan semata-mata karena perbudakan atau paksaan,melainkan pengabdian istri kepada suami karena sudah bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga,suatu yang sangat jarang terjadi di saat ini,semoga dengan ini banyak wanita-wanita yang ikhlas mencari keridhohan suami seperti Mutiah,amin.
Wanita Pertama Yang Masuk Surga
Siapa yang tidak ingin masuk surga,setiap manusia yang hidup ingin dikehidupan kelak di akhirat masuk surge. Banyak para wanita yang kurang bisa menjaga dirinya kelak akan menjadi pengguni neraka dan banyak juga yang masuk kesurga dengan keistimewaan masing-masing. Seperti dikisahkan Rosulullah kepada putri Fatiam akan wanita siapa wanita pertama yang masuk surge.
Fatimah Az-zahra merupaka putri kesayangan Rosullullah SAW,namun tidak pernah manja,pantang baginya meminta sesuatu kepada sang ayah,hidup sederhana dan taat beribadah. Sebagai seorang istri dan ibu dari Hasan dan Husain,Fatimah selalu sabar dan ikhlas. Tugas kesehariannya dijalaninya sendiri sampai tangan lecet tanpa mengeluh, semua tugas rumah selesai dilakukan denga baik.
Suatu hari Fatimah menanyakan kepada ayahnya “siapakah perempuan yang pertama kali masuk surga? Sang ayah menjawab” wahai Fatima anakku,jika engkau ingin mengetahui perempuan pertama yang masuk surga sdia adalah Ummu Mutiah”
“Siapakah Mutiah tersebut ayah? Dimanakah dia tinggal?” tanya Fatimah penasaran. Karena tidak ada yang mengenal Mutiah. Karena tidak ada yang mengenal Mutiah dan ternyata dia tinggal di pinggiran Kota Madinah. Jawaban sang Ayah membuat Fatimah tercengang,ternyata bukan dirinya perempuan yang pertama kali masuk surga.
Untuk memenuhi rasa penasaran Fatimah berkunjung ke rumah Mutiah. Dia menyelidiki amala dan ibadah serta bermuamalah dengan baik yang membuat Mutiah disebut perempuan terhomat oleh sang Ayah( Rosullullah).
Keesokan harinya harinya Fatima pamit kepada suaminya untuk mengunjungi Mutiah dikediamannya. Dia mengajak putranya Hasan. Setelah mengetuk pintu dan memberi salam terdengar sura dari dalam rumah. “Siapa diluar?”Tanya Mutiah.
“Saya Fatimah putri Rosulullah”jawab Fatimah.
“Ada perlu apa?” Mutiah bertanya balik tanpa membuka pintu rumah.
“Ingin bersilatuhrahim saja”jawab Fatimah,”anda seorang diri atau bersama yang lain” Tanya Mutiah tanpa membukakan pintu juga.
“Saya bersama Hasan putra saya” jawab Fatimah dengan sabar.
“Maaf Fatimah”kata Mutiah,”saya belum mendapat izin suami untuk menerima tamu laki-laki”
“Tetapi Hasan masih anak-anak”balas Fatimah penasaran.
“Walaupun anak-anak dia tetap laki-laki juga,maaf sekali Fatimah bagaimana kalau kembali besok setelah saya meminta izin kepada suami” kata Mutaiah tanpa membuk pintu rumah. Fatimah pun pulang tanpa memaksa Mutiah namun keesokan harinya berjanji untu datang lagi.
Keesokan harinya Mutiah menyambut kedtangan Fatimah bersama Hasan dan Husein yang sudah mendapat ijin dari suami. Keadaan rumah Mutiah sangat sederhana,tanpa perabotan mewah,namun semua tertata rapih dan bersih,setiap sudut ruangan tampak segar dan wangi membuat penghuninya senang berlama-lama dirumah. Hasan dan Husain pun merasa betah.
Selama berkunjung Fatimah tidak menemukan apa-apa yang sesuatu yang istimewah pada diri Mutiah. Namun Mutiah kelihatan mondar-mandir tidak tenang dari dapur ke ruang tamu” maaf Fatimah, saya tidak bisa duduk tenang karena menyiapkan makanan untuk suami”ungkapnya.
Menjelang waktu makan siang Mutiah menyiapkan makan untuk dikirim ke suaminya yang bekerja di lading. Yang membuat Fatimah heran selain makanan Mutiah membawa bekal sebuah cambuk. “Apakah suamimu penggembala,untuk apa cambuk itu” Tanya Fatimah penasaran.
“Pekerjaan suamiku petani, cambuk ini sangat penting fungsinya,jika suami saya merasa masakan saya tidak enak, saya rela dan ridho cambuk yang bicara” jelas Mutiah,”saya akan menyerahkan cambuk kepada suami untuk dipukulkan ke punggungnya,berarti saya tidak bisa melayani dan menyenangkan hati suami saya,”lajut Mutiah.
“Apakah itu kehendak suamimu?” Tanya Fatimah semakin penasaran.
“Ini bukan kehendak suamiku. Suamiku orang yang penuh kasih sayang,semua ini kulakuakan karena keinginanku sendiri,agar jangan sampai menjadi istri yang durhaka kepada suami,”.
Jawaban Mutiah menjadi jawaban atas misteri yang selama ini dicari oleh nya.Masyaallah demi menyenangkan suami Mutiah rea dicambuk.
“Aku akan mencari keridhohan dari suami,karena istri yang baik adalah istri yang patuh pada suami yanga baik dan suami yag ridho kepada istrinya”ujar Mutiah.
“Pantas sajau kelak Mutiah menjadi perempuan pertama masuk surga karena dia menjaga diri dan sangat tulus berbakti kepada suami” ujar Fatimah dalam hati, Subhanallah.
Apa yang dilakukan Mutiah bukan semata-mata karena perbudakan atau paksaan,melainkan pengabdian istri kepada suami karena sudah bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga,suatu yang sangat jarang terjadi di saat ini,semoga dengan ini banyak wanita-wanita yang ikhlas mencari keridhohan suami seperti Mutiah,amin.