PGI Serukan Gereja untuk Menjadi Solusi atas Krisis yang Dihadapi Umat
Tanggal: 28 Mei 2025 20:49 wib.
Tampang.com | Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) mengeluarkan seruan kepada seluruh gereja agar dapat memberikan jawaban dan solusi terkait dengan enam persoalan krisis yang kini dihadapi oleh umat. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PGI, Darwin Darmawan, dalam konferensi pers yang diadakan untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 PGI di Jakarta pada hari Rabu yang lalu.
Darwin menjelaskan bahwa enam krisis yang dimaksud adalah hasil dari cita-cita bangsa yang hingga kini belum sepenuhnya terwujud, terutama dalam konteks implementasi konstitusi. Ia mengungkapkan, “Pertama, ada krisis kebangsaan. Meskipun kita telah mengakhiri rezim otoriter dan memasuki era reformasi pada 1998, kenyataannya hingga saat ini terdapat sejumlah indikator kesejahteraan dan demokrasi yang masih belum membaik.”
Indikator-demokrasi yang ada seharusnya bisa memberikan petunjuk bahwa kebebasan masyarakat telah lebih baik. Namun menurut Darwin, hingga saat ini, terdapat keraguan bahwa negara telah sepenuhnya memberikan jaminan terhadap kebebasan tersebut.
Krisis kedua adalah krisis oikumene atau kesejahteraan gereja. Darwin mencatat bahwa di tengah berbagai upaya, banyak masyarakat yang masih terjebak dalam kemiskinan, bahkan jumlahnya bertambah seiring dengan menurunnya kelas menengah. “Grafik ketahanan ekonomi masyarakat kita sulit untuk stabil, dimana banyak orang miskin yang kehidupannya cenderung tidak berubah dan bahkan mengalami kemerosotan dalam kondisi ekonomi,” ungkapnya. PGI didirikan dengan tujuan menyatukan gereja-gereja, tetapi kecenderungan individu yang lebih memilih untuk berdiri sendiri menyebabkan lahirnya krisis kesejahteraan.
Krisis selanjutnya adalah krisis ekologi. Hal ini menjadi isu yang semakin mendesak, mengingat tingkat kerusakan lingkungan yang kian hari kian nyata akibat sendi-sendi industri yang bersifat eksploitatif. “Sayangnya, kita seringkali mengabaikan pentingnya keberlanjutan, sehingga kondisi lingkungan semakin parah,” tuturnya.
Selain itu, terdapat juga krisis keluarga. Menurut Darwin, keluarga merupakan unit sosial yang esensial dalam masyarakat, tetapi saat ini banyak keluarga yang kesulitan untuk menanamkan nilai-nilai integritas kepada generasi penerus. “Kita harus merenungkan apakah keluarga-keluarga di Indonesia benar-benar berperan dalam mendidik anak-anak mereka tentang pentingnya nilai-nilai kehidupan?” tanyanya. Dia menambahkan, seringkali fokus pada kesuksesan materi justru melahirkan potensi kekerasan dalam rumah tangga.
Krisis pendidikan di Indonesia juga menjadi perhatian Darwin. Ia mencatat bahwa banyak sekolah swasta Kristen kini menghadapi kesulitan untuk bertahan dan tumbuh di tengah tuntutan zaman yang semakin berat. Terakhir, PGI juga mengidentifikasi krisis yang timbul akibat kemajuan teknologi, terutama perkembangan kecerdasan buatan (AI). Darwin mengamati bahwa banyak orang yang dengan mudah percaya pada informasi yang disampaikan melalui video tanpa menyaring kebenarannya.
“Ini adalah tantangan baru bagi gereja untuk merespons fenomena ini, agar komunikasi gereja tidak hanya berkisar pada isu-isu akhirat, tetapi juga terlibat secara aktif dalam menangani berbagai problem nyata yang dihadapi oleh umat,” tutup Darwin.