Sumber foto: google

Pesantren dan Metode Pengajaran Gus Baha: Inovasi dalam Pendidikan Islam

Tanggal: 26 Jul 2024 14:04 wib.
 

KH. Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, adalah seorang ulama terkemuka di Indonesia yang terkenal tidak hanya karena kedalaman ilmu agamanya tetapi juga karena inovasinya dalam metode pengajaran di pesantren. Gus Baha telah membawa perubahan signifikan dalam pendidikan Islam dengan pendekatan yang menggabungkan tradisi dan modernitas. Artikel ini akan membahas pesantren Gus Baha dan metode pengajarannya yang inovatif dalam pendidikan Islam.

Pesantren sebagai Pusat Pendidikan

Pesantren telah lama menjadi pusat pendidikan Islam di Indonesia, tempat di mana para santri belajar tidak hanya ilmu agama tetapi juga nilai-nilai moral dan sosial. Pesantren Gus Baha, yang terletak di daerah Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah, menjadi salah satu contoh pesantren yang berhasil mengintegrasikan metode pengajaran tradisional dengan inovasi pendidikan modern.

Metode Pengajaran Tradisional

Sebelum membahas inovasi yang diperkenalkan oleh Gus Baha, penting untuk memahami metode pengajaran tradisional yang umumnya digunakan di pesantren. Metode ini meliputi:

1. Sorogan: Metode di mana santri belajar secara individual kepada kiai atau guru. Santri membaca kitab, kemudian guru mengoreksi dan menjelaskan makna serta konteksnya.
   
2. Bandongan: Metode di mana guru membacakan kitab di hadapan santri, menjelaskan makna kata per kata, dan santri mendengarkan serta mencatat.

3. Wetonan: Metode pengajaran secara berkelompok di mana santri mendengarkan pengajaran dari guru secara bersamaan.

Inovasi Gus Baha dalam Pengajaran

Gus Baha menyadari bahwa metode pengajaran tradisional memiliki keunggulan, tetapi juga memerlukan adaptasi dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, beliau memperkenalkan beberapa inovasi dalam pengajaran di pesantrennya:

1. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum

Gus Baha menekankan pentingnya menguasai ilmu agama dan ilmu umum secara bersamaan. Beliau mendorong santrinya untuk tidak hanya mendalami kitab-kitab klasik, tetapi juga memahami ilmu pengetahuan modern seperti sains, matematika, dan teknologi. Dengan cara ini, santri tidak hanya menjadi ulama yang berpengetahuan luas dalam agama tetapi juga memiliki keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman.

2. Pendekatan Kontekstual

Dalam mengajarkan ilmu agama, Gus Baha selalu berusaha untuk mengaitkan ajaran agama dengan konteks kehidupan sehari-hari. Beliau menggunakan contoh-contoh nyata dan relevan dalam menjelaskan konsep-konsep agama, sehingga santri dapat lebih mudah memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.

3. Penggunaan Teknologi

Gus Baha memanfaatkan teknologi untuk mendukung proses pembelajaran. Beliau menggunakan media sosial, video, dan platform online untuk menyampaikan ceramah dan pelajaran kepada santri dan masyarakat luas. Ini tidak hanya memperluas jangkauan dakwah tetapi juga membuat pembelajaran lebih interaktif dan menarik.

4. Pendekatan Humanis

Gus Baha mengedepankan pendekatan humanis dalam pengajaran. Beliau selalu memperlakukan santri dengan penuh kasih sayang dan penghormatan. Gus Baha percaya bahwa hubungan yang baik antara guru dan murid adalah kunci keberhasilan pendidikan. Dengan pendekatan ini, santri merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh.

5. Pembinaan Karakter

Selain mengajarkan ilmu agama, Gus Baha juga fokus pada pembinaan karakter. Beliau selalu menekankan pentingnya akhlak yang mulia, kejujuran, tanggung jawab, dan rasa hormat kepada orang lain. Melalui berbagai kegiatan seperti diskusi, ceramah, dan aktivitas sosial, Gus Baha berusaha membentuk santri yang tidak hanya berilmu tetapi juga berakhlak mulia.

Dampak Inovasi Gus Baha

Inovasi-inovasi yang diperkenalkan oleh Gus Baha telah memberikan dampak positif yang signifikan dalam pendidikan Islam, terutama di lingkungan pesantren. Beberapa dampak tersebut antara lain:

1. Peningkatan Kualitas Pendidikan

Integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum serta penggunaan teknologi telah meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren Gus Baha. Santri menjadi lebih berpengetahuan luas dan memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman.

2. Santri yang Berkarakter

Pendekatan humanis dan pembinaan karakter yang dilakukan oleh Gus Baha telah berhasil membentuk santri yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki akhlak yang mulia. Hal ini menjadikan mereka individu yang siap menghadapi tantangan kehidupan dengan sikap yang baik.

3. Perluasan Jangkauan Dakwah

Penggunaan media sosial dan teknologi telah memungkinkan Gus Baha untuk menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat luas, tidak terbatas pada lingkungan pesantren saja. Hal ini membuat ajaran-ajaran Gus Baha dapat diakses oleh lebih banyak orang dan memberikan manfaat yang lebih luas.

4. Model Pendidikan yang Inovatif

Metode pengajaran Gus Baha menjadi model pendidikan yang inovatif dan dapat diadopsi oleh pesantren-pesantren lain. Dengan menggabungkan tradisi dan modernitas, model ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Indonesia secara keseluruhan.

5. Penguatan Nilai-Nilai Islam

Dengan pendekatan kontekstual dan humanis, Gus Baha berhasil menguatkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan santri dan masyarakat. Ajaran-ajaran agama tidak hanya menjadi teori tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved