Perbedaan Kristen Katolik dengan Kristen Protestan
Tanggal: 26 Jul 2025 09:22 wib.
Melihat ada begitu banyak gereja Kristen di dunia, mungkin kita bertanya-tanya, apa sih bedanya Katolik dengan Protestan? Keduanya memang sama-sama memercayai Yesus Kristus dan Alkitab sebagai dasar iman. Tapi, dari mana datangnya perbedaan ini, dan apa saja yang memisahkan keduanya? Untuk memahami itu, kita perlu sedikit menilik sejarah dan doktrin utama yang jadi ciri khas masing-masing.
Perpecahan Besar: Akar Sejarah
Perbedaan antara Katolik dan Protestan berawal dari peristiwa besar dalam sejarah gereja yang dikenal sebagai Reformasi Protestan di abad ke-16. Sebelum itu, Gereja Katolik Roma adalah satu-satunya denominasi Kristen besar di Eropa Barat. Namun, munculnya tokoh seperti Martin Luther dan Yohanes Calvin membawa kritik terhadap praktik-praktik tertentu dalam Gereja Katolik pada masa itu, seperti penjualan indulgensi dan otoritas Paus yang dianggap mutlak.
Protes-protes ini, yang berawal dari teologi dan praktik, akhirnya memicu perpecahan besar. Para reformator ingin "mereformasi" gereja kembali ke ajaran yang mereka anggap lebih murni berdasarkan Alkitab. Dari gerakan inilah lahir berbagai denominasi yang kita kenal sekarang sebagai Protestan, sementara mereka yang tetap setia pada otoritas Paus dan tradisi Roma disebut Katolik.
Otoritas dan Tradisi: Dua Jalan yang Berbeda
Salah satu perbedaan fundamental terletak pada sumber otoritas keagamaan.
Kristen Katolik meyakini bahwa otoritas berasal dari dua sumber: Alkitab dan Tradisi Suci. Tradisi Suci ini mencakup ajaran dan praktik yang diwariskan dari para rasul melalui Gereja, yang diinterpretasikan oleh Magisterium (otoritas mengajar Gereja, yaitu Paus dan para uskup dalam kesatuan dengan Paus). Bagi Katolik, Paus adalah penerus Santo Petrus dan pemimpin tertinggi gereja di bumi, memiliki otoritas spiritual yang tak terbantahkan dalam hal iman dan moral.
Kristen Protestan menganut prinsip "Sola Scriptura", yang berarti "Hanya Kitab Suci". Mereka percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber otoritas iman dan praktik. Tradisi Gereja dihormati, tapi tidak dianggap setara dengan otoritas Alkitab. Konsep otoritas Paus sebagai kepala gereja juga tidak diakui dalam Protestanisme. Setiap jemaat atau individu didorong untuk membaca dan menginterpretasikan Alkitab sendiri, meskipun dengan bimbingan rohani.
Sakramen dan Ritual: Perbedaan Jumlah dan Makna
Perbedaan lainnya terlihat dalam pemahaman dan jumlah sakramen. Sakramen adalah ritus suci yang dipercaya sebagai tanda dan saluran rahmat ilahi.
Kristen Katolik mengakui tujuh sakramen: Baptis, Ekaristi (Komuni Kudus), Krisma (Penguatan), Rekonsiliasi (Pengakuan Dosa), Pengurapan Orang Sakit, Imamat Kudus, dan Pernikahan. Sakramen Ekaristi adalah pusat ibadah Katolik, di mana mereka percaya roti dan anggur sungguh-sungguh berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus (transubstansiasi). Ada juga penghormatan kepada Bunda Maria dan para Santo/Santa sebagai teladan iman dan perantara doa.
Kristen Protestan umumnya hanya mengakui dua sakramen yang secara eksplisit diperintahkan Yesus di Alkitab: Baptis dan Perjamuan Kudus (Ekaristi). Pemahaman tentang Perjamuan Kudus bervariasi antar denominasi Protestan, tapi umumnya tidak percaya pada transubstansiasi seperti Katolik; lebih kepada simbol atau kehadiran spiritual Kristus. Protestan juga tidak memiliki praktik penghormatan Bunda Maria dan para Santo/Santa dalam cara yang sama.
Struktur Gereja dan Kepemimpinan
Struktur organisasi dan kepemimpinan juga jadi pembeda yang mencolok.
Kristen Katolik memiliki struktur hierarkis yang terpusat, dengan Paus di Vatikan sebagai kepala. Di bawahnya ada Kardinal, Uskup Agung, Uskup, dan Imam. Para imam Katolik diwajibkan hidup selibat (tidak menikah). Gereja Katolik bersifat universal, dengan cabang-cabang di seluruh dunia yang terikat pada satu kepemimpinan pusat.
Kristen Protestan memiliki struktur yang lebih beragam dan desentralisasi. Tidak ada satu pun pemimpin sentral seperti Paus. Setiap denominasi (misalnya Baptis, Metodis, Lutheran, Pentakosta, Presbiterian) punya struktur kepemimpinan sendiri, bisa berupa kongregasional (jemaat otonom), presbiterial (dipimpin oleh majelis penatua), atau episkopal (dipimpin oleh uskup, tapi tidak terpusat seperti Katolik). Para pendeta Protestan diizinkan untuk menikah.