Pentingnya Menahan Amarah dalam Ajaran Islam
Tanggal: 28 Jan 2025 23:06 wib.
Dalam ajaran Islam, menahan amarah merupakan salah satu akhlak mulia yang sangat dianjurkan. Amarah, jika tidak dikendalikan, dapat menimbulkan dampak negatif baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, Islam mengajarkan umatnya untuk selalu bersikap sabar dan menahan emosi ketika menghadapi situasi yang memicu kemarahan. Menahan amarah bukanlah tanda kelemahan, melainkan bukti kekuatan iman dan ketakwaan seseorang kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 134, “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.” Ayat ini menunjukkan bahwa menahan amarah adalah salah satu ciri orang yang bertakwa dan dicintai oleh Allah. Dengan menahan amarah, seseorang tidak hanya terhindar dari dosa, tetapi juga mendapatkan pahala dan kedudukan yang mulia di sisi-Nya.
Rasulullah SAW juga memberikan teladan yang baik dalam hal menahan amarah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, beliau bersabda, “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.” Hadis ini menegaskan bahwa kekuatan sejati terletak pada kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya, bukan pada fisik atau kekuasaan. Menahan amarah adalah bentuk pengendalian diri yang membutuhkan kesabaran dan keteguhan hati.
Menahan amarah juga memiliki manfaat besar dalam kehidupan sosial. Ketika seseorang mampu mengendalikan emosinya, ia dapat menghindari konflik dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Amarah yang tidak terkendali seringkali menjadi penyebab perselisihan, permusuhan, bahkan perpecahan. Dengan menahan amarah, seseorang dapat berpikir jernih dan mengambil keputusan yang lebih bijaksana. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang mengedepankan perdamaian dan kerukunan dalam bermasyarakat.
Selain itu, menahan amarah juga berdampak positif bagi kesehatan fisik dan mental. Penelitian modern menunjukkan bahwa emosi negatif seperti marah dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan psikologis. Dengan menahan amarah, seseorang dapat menjaga keseimbangan emosional dan terhindar dari berbagai masalah kesehatan. Islam, sebagai agama yang sempurna, telah mengajarkan hal ini sejak ribuan tahun lalu melalui ajaran-ajaran yang relevan hingga saat ini.
Dalam praktiknya, menahan amarah membutuhkan latihan dan kesadaran yang terus-menerus. Islam memberikan beberapa cara untuk mengendalikan amarah, seperti membaca ta’awudz (memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan), berwudhu, atau mengubah posisi tubuh (misalnya dari berdiri ke duduk atau berbaring). Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amarah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api. Api hanya bisa dipadamkan dengan air. Maka, jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah ia berwudhu.” (HR. Abu Daud). Dengan melakukan langkah-langkah ini, seseorang dapat meredakan amarahnya dan kembali kepada ketenangan.
Menahan amarah juga merupakan bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah. Ketika seseorang berhasil mengendalikan emosinya, ia telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Hal ini menunjukkan ketaatan dan kecintaan seorang hamba kepada Sang Pencipta. Dalam ajaran Islam, setiap perbuatan baik, termasuk menahan amarah, akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Dengan demikian, menahan amarah memiliki peran yang sangat penting dalam ajaran Islam. Tidak hanya sebagai bentuk pengendalian diri, tetapi juga sebagai wujud ketakwaan dan kecintaan kepada Allah. Menahan amarah adalah jalan menuju kedamaian hati, hubungan sosial yang harmonis, serta kehidupan yang lebih sehat dan berkah.