Mengupas Kontroversi seputar Bid'ah: Kedudukan Cium Tangan Ulama dan Guru
Tanggal: 24 Jul 2024 06:00 wib.
Bid'ah, Cium Tangan, dan Ulama seringkali menjadi topik yang menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat Muslim. Salah satu perdebatan yang kerap muncul adalah apakah ada dalil yang menyokong atau menentang tindakan cium tangan terhadap ulama dan guru. Dalam tulisan ini, kita akan mengulas lebih dalam mengenai perspektif yang berbeda terkait dengan masalah ini.
Bid'ah: Pengertian dan Kontroversi
Bid'ah, dalam terminologi Islam, merujuk kepada segala bentuk inovasi atau perubahan dalam agama setelah kewafatan Nabi Muhammad SAW. Beberapa ulama meyakini bahwa bid'ah dapat dibagi menjadi dua jenis: bid'ah hasanah (inovasi baik) dan bid'ah dalalah (inovasi buruk). Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya diterima secara universal, sehingga terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang apa yang dapat dianggap sebagai bid'ah yang diperbolehkan dan yang mana yang harus dihindari.
Perspektif tentang Cium Tangan Ulama dan Guru
Sebagian orang percaya bahwa cium tangan kepada ulama dan guru adalah suatu bentuk penghormatan yang layak diberikan kepada mereka, mengingat kedudukan mereka dalam memperjuangkan agama dan menyebarkan ilmu. Mereka mengaitkan tindakan ini dengan adab yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya, sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan terhadap keilmuan dan kepemimpinan spiritual yang dimiliki oleh ulama dan guru.
Namun, di sisi lain, terdapat juga kelompok yang menolak tindakan cium tangan ini dengan alasan bahwa tidak terdapat dalil yang jelas dalam Al-Qur'an maupun hadis yang menyokong tindakan tersebut. Mereka berpendapat bahwa tindakan ini termasuk dalam kategori bid'ah, terutama jika cium tangan tersebut dilakukan dengan keyakinan bahwa hal itu merupakan bagian dari ibadah atau penghormatan agama. Mereka juga menekankan bahwa penghormatan terhadap ulama dan guru seharusnya dinyatakan melalui sikap menghormati, mendengarkan nasihat mereka, dan bertanya langsung kepada mereka.
Penafsiran Dalil tentang Cium Tangan
Kontroversi seputar cium tangan ini juga menimbulkan perdebatan tentang penafsiran terhadap dalil-dalil yang berkaitan dengan tindakan tersebut. Para pendukung cium tangan mengacu pada beberapa hadis yang menyiratkan pentingnya menghormati ulama dan guru, sehingga mereka memandang tindakan cium tangan sebagai bentuk penghormatan yang sesuai dengan ajaran agama. Di sisi lain, penolak tindakan cium tangan menegaskan bahwa dalil-dalil tersebut tidak secara eksplisit menyokong tindakan tersebut dan lebih menekankan untuk menghormati dan mengikuti nasihat ulama dan guru.
Ruang bagi Kepatuhan dan Hikmah
Dalam menyikapi kontroversi ini, penting bagi umat Islam untuk memahami bahwa terdapat ruang untuk berbeda pendapat dalam hal-hal yang tidak memiliki ketetapan hukum yang tegas. Setiap individu memiliki kewajiban untuk memahami dan meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW dalam hal berinteraksi dengan ulama dan guru, serta berupaya untuk menempatkan kepatuhan terhadap ajaran agama di atas segala pertentangan pandangan.
Dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan ajaran agama, terutama dalam hal bid'ah dan penafsiran terhadap tindakan cium tangan ulama dan guru, umat Islam diingatkan untuk senantiasa menjaga sikap inklusif, penuh dengan hikmah, dan menghormati perbedaan pendapat di antara mereka. Keharmonisan antar umat Islam di tengah keragaman perspektif akan menjadi kunci penting dalam menjaga tegaknya persatuan umat.
Meskipun masalah bid'ah, cium tangan, dan ulama menjadi perbincangan yang memicu kontroversi, sangatlah penting bagi umat Islam untuk memahami bahwa dalam ajaran agama terdapat ruang luas bagi interpretasi dan penafsiran yang beragam. Mendalami pengetahuan agama, menghormati ulama dan guru, serta menjaga kemuliaan sikap dalam berselisih pendapat merupakan langkah penting dalam merawat persatuan umat dan keharmonisan umat beragama.