Lebaran ala Nabi Muhammad vs Tradisi Indonesia: Mana yang Lebih Khas?
Tanggal: 30 Mar 2025 12:21 wib.
Setiap tahun, Lebaran menjadi momen yang sangat dinanti-nanti oleh masyarakat Indonesia. Beragam tradisi dan kegiatan menyemarakkan perayaan ini hadir di setiap daerah, menciptakan suasana yang penuh keceriaan. Beberapa di antaranya adalah tradisi sungkeman, kumpul keluarga, serta bagi-bagi uang yang dikenal dengan sebutan THR (Tunjangan Hari Raya). Namun, jauh sebelum tradisi ini ada, Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan cara-cara yang sehat dan penuh makna dalam merayakan Idul Fitri yang mungkin bisa menjadi inspirasi bagi umat Islam di Indonesia.
Menurut informasi yang diperoleh dari situs Akwa, Nabi Muhammad menyambut Idul Fitri sebagai hari yang dipenuhi dengan kebahagiaan. Persiapan perayaan bahkan dimulai sejak malam hari sebelum Idul Fitri. Momen ini menjadi penting karena menunjukkan betapa besar rasa syukur dan kegembiraan dalam merayakan hari kemenangan setelah sebulan berpuasa.
Di pagi hari Idul Fitri, Nabi Muhammad akan mandi dan membersihkan gigi menggunakan siwak, sebuah tradisi yang juga memiliki manfaat kesehatan yang tinggi. Setelah itu, beliau mengenakan pakaian terbaiknya yang bersih dan wangi, mencerminkan penghormatan terhadap hari yang istimewa ini. Ritual sederhana namun mendalam ini menunjukkan bahwa penyucian diri dan penampilan adalah bagian dari persiapan untuk beribadah dan merayakan.
Setelah bersiap-siap, Nabi Muhammad menuju masjid untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri. Selama perjalanan menuju masjid, beliau senantiasa menyapa orang-orang di sekitarnya dengan senyuman, menciptakan ikatan sosial yang erat di antara umat. Ini adalah contoh nyata betapa pentingnya membangun hubungan baik dengan sesama dalam suasana meriah seperti Lebaran.
Usai melaksanakan shalat, Nabi Muhammad melanjutkan aktivitasnya dengan mengunjungi kerabat dan sanak saudara, bersilaturahmi sekaligus bersedekah. Tak hanya itu, Nabi mendorong umatnya untuk saling berjabat tangan, berpelukan, dan saling memberi selamat. Di sinilah terlihat indahnya nilai persaudaraan dan kebersamaan yang ditekankan dalam ajaran Islam. Selain itu, Nabi Muhammad percaya bahwa momen bahagia ini harus dirayakan dengan kegembiraan yang tidak berlebihan, sesuai dengan ajaran agama.
Dalam salah satu hadits yang dikutip, Nabi Muhammad juga menekankan pentingnya hiburan dalam perayaan. Beliau mendorong umat untuk mengadakan berbagai kegiatan yang menyenangkan selama Idul Fitri, tetapi dengan catatan bahwa hiburan tersebut harus selalu diimbangi dengan ibadah dan pengingat akan Allah. Ini menunjukkan bahwa perayaan tidak hanya sekadar kesenangan, tetapi juga harus disertai dengan kesadaran spiritual.
Terdapat momen ketika Nabi Muhammad melihat anak-anak yang sedang bermain riang setelah Shalat Idul Fitri. Dalam situasi ini, ketika beliau melihat wanita ethiopia yang sedang menari dikelilingi anak-anak, beliau mengajak Aisyah untuk menyaksikan kegembiraan tersebut. Dari sini terlihat betapa Nabi Muhammad menyambut keceriaan dan ekspresi budaya yang sehat dalam perayaan. Beliau pun menjawab protes mengenai kegiatan tari-tarian di rumahnya dengan bijak, menyatakan bahwa setiap bangsa memiliki cara sendiri dalam merayakan hari besar. Ini menjadi cerminan betapa terbukanya Nabi Muhammad terhadap tradisi dan budaya yang ada.
Lebaran di Indonesia sering kali ditemui dengan kebiasaan membeli baju baru sebagai simbol kesegaran dan kebaruan. Hal ini sebenarnya tidak bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad, selama tidak disertai dengan sifat berlebihan yang dapat menghilangkan makna dari hari raya itu sendiri. Bagi umat Islam, esensi dari Lebaran adalah sebagai hari untuk bersyukur, berbagi, dan mempererat silaturahmi.
Dengan banyaknya tradisi yang ada, masyarakat Indonesia bisa mencontoh sikap Nabi Muhammad yang lebih mengedepankan aspek spiritualitas dan kebersamaan dalam merayakan Idul Fitri. Merayakannya tidak harus selalu lewat kebiasaan yang mahal, seperti membeli baju baru, tetapi bisa dengan cara sederhana, seperti memberikan senyuman, bersedekah, atau mengunjungi sanak saudara.
Idul Fitri harusnya menjadi momentum untuk merefleksikan diri dan berkomitmen untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah serta sesama. Dengan mengikuti jejak langkah Nabi Muhammad, kita diharapkan dapat mengalami perayaan yang lebih berkesan dan penuh makna. Seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, setiap bangsa memiliki cara unik dalam merayakan hari kemenangan, dan apa yang dilakukan masyarakat Indonesia dapat menjadi bagian dari keindahan perayaan tersebut.
Dalam konteks perayaan Lebaran, penting untuk menumbuhkan rasa saling menghargai dan berbagi dengan siapa pun, karena esensi sesungguhnya dari Lebaran adalah kebersamaan dan kasih sayang di antara umat manusia.