Kisah Nabi Hud dengan Kaum Ad dengan Istri-Istri Mandul

Tanggal: 6 Apr 2024 12:07 wib.
Nabi Hud merupakan nabi yang diutus setelah kenabian Nuh. Beliau menjadi nabi yang pertama berasal dari Arab, serta nabi yang pertama yang menggunakan bahasa Arab dalam berbicara. Nasab Nabi Hud adalah Hud bin syikh bin arpaksyad bin Sam Bin Nuh, dan beliau berasal dari suku ad bin ausy bin Sam Bin Nuh alaih Salam.

Hud diutus untuk berdakwah kepada kaum atau Suku Ad, yang merupakan orang-orang Arab yang tinggal di al-ahqof, sebuah pegunungan berpasir yang terletak di daerah Yaman, persis di antara Oman dan hadra maut. Menurut catatan dalam buku "Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman", kaum Ad merupakan orang-orang pertama yang menyembah berhala setelah peristiwa banjir besar di masa Nabi Nuh alaih salam.

Kaum Ad memiliki postur perawakan dan kekuatan yang lebih besar daripada manusia lain pada zaman itu. Mereka dipimpin oleh seorang raja bernama Jaljilan, yang tingginya sekitar 100 siku. Sebuah siku setara dengan 45 cm, sehingga tinggi raja Jaljilan mencapai 45 m. Kelebihan dalam postur tubuh membuat mereka memiliki umur yang panjang, rata-rata melebihi 400 tahun, dan baru mencapai dewasa setelah berumur 100 tahun.

Kaum Ad dikenal sebagai kaum yang kejam dan menyembah berhala. Menurut Wahab bin Munabbih, seorang pemuka Tabi'in dan ahli sejarah, tinggi postur laki-laki kaum Ad berkisar antara 60 hingga 100 siku. Mereka memiliki kekuatan yang luar biasa dan mengabaikan ajaran Nabi Hud saat beliau berdakwah kepada mereka.

Nabi Hud kemudian meninggalkan kaum Ad karena mereka tidak mau menerima nasehatnya. Kaum Ad pun ditimpa azab kekeringan yang hebat, menyebabkan separuh penduduknya mati kelaparan. Saat itu, Nabi Hud telah pindah ke Makkah, tinggal bersama kaum yang percaya akan dakwahnya.

Ketika musibah kemarau melanda, tujuh orang dari kaum Ad ini diutus ke Makkah untuk berdoa kepada berhala-berhala di sana. Mereka meminta agar kemarau di daerah mereka dihilangkan. Setelah mereka berdoa, tiba-tiba ada suara dari langit yang mengabarkan bahwa permohonan mereka akan dikabulkan. Namun, saat ditanya jenis awan yang mereka inginkan, mereka meminta awan berwarna hitam atau kuning. Kemudian, mereka ditimpa azab. Awan-awan itu jatuh ke tanah, menancap pada bagian kepalanya, dan seluruh orang dari kaum Ad mati akibat azab tersebut.

Nabi Hud dan pengikutnya selamat dari musibah tersebut, dan hidupnya berakhir di Hadramaut Yaman. Nabi Hud wafat dan dimakamkan di sana, dan makamnya hingga kini masih menjadi tempat ziarah para peziarah, terutama pada bulan syakban.

Dari kisah Nabi Hud dan kaum Ad, kita dapat mengambil pelajaran tentang kepatuhan terhadap ajaran agama dan keberanian untuk menyampaikan kebenaran, meskipun menghadapi kaum yang keras kepala dan kejam seperti kaum Ad. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk berada di jalan yang benar, serta terhindar dari sikap yang menyimpang dari ajaran agama.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved