Keutamaan Menjaga Lisan dalam Islam
Tanggal: 28 Jan 2025 12:04 wib.
Tampang.com | Dalam ajaran Islam, menjaga lisan merupakan salah satu aspek penting yang sering ditekankan oleh Rasulullah SAW. Lisan atau ucapan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun sosial. Keutamaan menjaga lisan dalam Islam tidak hanya berkaitan dengan hubungan antar manusia, tetapi juga dengan hubungan manusia dengan Allah SWT. Lisan yang terjaga dapat menjadi sumber pahala, sedangkan lisan yang tidak terkendali dapat mendatangkan dosa dan kerugian.
Salah satu keutamaan menjaga lisan adalah terhindar dari dosa dan kesalahan. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga lisan agar tidak mengucapkan hal-hal yang sia-sia, apalagi yang menyakiti orang lain. Ucapan yang buruk, seperti ghibah (menggunjing), fitnah, atau dusta, dapat merusak hubungan sosial dan mendatangkan murka Allah SWT.
Selain itu, menjaga lisan juga merupakan bentuk ibadah yang mendatangkan pahala. Setiap kata yang diucapkan dengan baik dan bermanfaat dapat menjadi amal kebaikan. Misalnya, mengucapkan kalimat thayyibah seperti “Subhanallah”, “Alhamdulillah”, atau “La ilaha illallah” adalah contoh sederhana bagaimana lisan dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bahkan, menasihati orang lain dengan cara yang baik dan santun juga termasuk dalam kategori menjaga lisan yang bernilai ibadah.
Keutamaan menjaga lisan juga tercermin dalam dampaknya terhadap kehidupan sosial. Ucapan yang baik dan santun dapat mempererat tali persaudaraan, menciptakan kedamaian, dan menghindarkan dari konflik. Sebaliknya, lisan yang tidak terjaga dapat memicu perselisihan, permusuhan, dan keretakan hubungan. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berkata jujur, sopan, dan menghindari ucapan yang menyakiti hati orang lain. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.” (QS. Al-Isra: 53).
Menjaga lisan juga merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang. Rasulullah SAW bersabda, “Seorang muslim adalah orang yang lisan dan tangannya tidak menyakiti orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim). Artinya, menjaga lisan bukan hanya sekadar anjuran, tetapi bagian dari ciri seorang muslim yang baik. Dengan menjaga lisan, seseorang menunjukkan kualitas imannya dan menghindarkan diri dari perbuatan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, menjaga lisan juga berarti menghindari perdebatan yang tidak bermanfaat. Islam mengajarkan umatnya untuk tidak terlalu banyak bicara, terutama jika ucapan tersebut tidak membawa kebaikan. Rasulullah SAW mengingatkan, “Janganlah kalian banyak bicara selain untuk berdzikir kepada Allah, karena banyak bicara selain dzikir kepada Allah akan mengeraskan hati, dan sejauh-jauh manusia dari Allah adalah yang berhati keras.” (HR. Tirmidzi). Hal ini menunjukkan bahwa lisan yang terjaga dapat membuat hati menjadi lembut dan dekat dengan Allah SWT.
Keutamaan menjaga lisan dalam Islam juga tercermin dalam upaya menghindari ghibah dan namimah (mengadu domba). Kedua perbuatan ini termasuk dosa besar yang dapat merusak hubungan antar manusia. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujurat: 12). Ayat ini menggambarkan betapa buruknya ghibah dan pentingnya menjaga lisan agar tidak terjerumus ke dalam dosa tersebut.
Dengan demikian, menjaga lisan dalam Islam memiliki banyak keutamaan, baik dari segi spiritual maupun sosial. Lisan yang terjaga dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbaiki hubungan dengan sesama, dan menghindarkan diri dari dosa. Oleh karena itu, setiap muslim dianjurkan untuk senantiasa berhati-hati dalam berbicara dan memilih kata-kata yang baik serta bermanfaat.