Kekecewaan Masyarakat pada Gus Miftah, Adab di Atas Ilmu
Tanggal: 16 Des 2024 16:01 wib.
Tampang.com | Belakangan ini, publik Indonesia dihebohkan dengan kasus kontroversi yang melibatkan seorang pendakwah terkenal, yaitu Gus Miftah, dengan seorang pedagang Es Teh bernama Sunhaji. Video yang menjadi viral tersebut menampilkan Gus Miftah dengan nada hinaan terhadap pedagang tersebut. Dalam kasus kontroversial ini, masyarakat Indonesia menyayangkan sikap Gus Miftah yang tak mencerminkan seorang pendakwah yang seharusnya menjadi teladan dalam menerapkan adab di atas ilmu.
Gus Miftah dikenal sebagai seorang pendakwah yang memiliki pengaruh besar, terutama di kalangan anak muda. Namun, kasus yang melibatkan dirinya dengan pedagang Es Teh Sunhaji telah menimbulkan kekecewaan yang mendalam di kalangan masyarakat. Sebagai sosok publik yang memiliki pengikut yang banyak, seorang pendakwah seharusnya mampu mengendalikan emosinya dan bertindak dengan bijaksana, terutama di depan publik. Namun, dalam video yang beredar, terlihat bahwa Gus Miftah justru menggunakan kata-kata yang merendahkan dalam menyampaikan kritiknya terhadap pedagang tersebut.
Tak hanya itu, kasus ini juga menimbulkan perdebatan mengenai adab di atas ilmu. Sebagai seorang yang memiliki pengetahuan agama yang luas, seorang pendakwah diharapkan mampu menjadikan ilmu yang dimilikinya sebagai pedoman dalam berperilaku. Adab di atas ilmu merupakan prinsip yang seharusnya diterapkan oleh setiap orang yang memiliki pengetahuan, terlebih lagi oleh seorang pendakwah yang menjadi panutan bagi banyak orang.
Dalam Islam, adab di atas ilmu merupakan konsep yang sangat ditekankan. Selain memiliki pengetahuan yang luas, seorang dai atau pendakwah harus mampu menyampaikan ilmunya dengan penuh kesantunan, menghormati orang lain, dan menjaga keadaban dalam berucap dan bertindak. Namun, kasus yang melibatkan Gus Miftah menunjukkan bahwa adab tersebut tampaknya terabaikan.
Reaksi publik terhadap kasus ini pun sangat beragam. Banyak masyarakat yang mengecam sikap Gus Miftah, menuntutnya untuk meminta maaf secara tulus atas perilakunya yang dianggap tidak pantas. Di sisi lain, ada juga yang tetap mendukung Gus Miftah, menganggap bahwa setiap manusia memiliki kelemahan dan kesalahan.
Sebagai seorang pendakwah yang memiliki pengaruh besar, perilaku Gus Miftah menjadi sorotan publik. Kontribusinya dalam berdakwah dan memberikan pengaruh positif bagi masyarakat tidak bisa dipungkiri. Namun, kasus kontroversial ini mempertanyakan kembali kepedulian dan kepekaan seorang pendakwah terhadap nilai-nilai adab dan akhlak yang seharusnya dijunjung tinggi.
Kasus Gus Miftah dan Pedagang Es Teh Sunhaji juga memberikan pelajaran bagi para tokoh masyarakat, terutama para pendakwah, bahwa keberadaan di media sosial dapat menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, media sosial dapat menjadi sarana untuk menyebarkan pesan dakwah dan nilai moral yang positif. Namun, di sisi lain, media sosial juga dapat menjadi tempat terjadinya kontroversi dan kecelakaan moral yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Sebagai masyarakat Indonesia, mari kita terus mengingatkan diri sendiri dan orang lain akan pentingnya menjaga adab di atas ilmu, terlebih bagi mereka yang memiliki pengaruh publik. Kejadian ini seharusnya menjadi momentum untuk introspeksi diri dan memperbaiki sikap, terutama bagi mereka yang berada di posisi yang dapat memengaruhi pola pikir dan perilaku banyak orang. Semoga kejadian ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua akan pentingnya memuliakan ilmu dan menghormati sesama manusia, tanpa terkecuali.