Jejak Keberadaan Yesus Terungkap, Arkeolog Beberkan Buktinya
Tanggal: 14 Jul 2024 09:46 wib.
Perdebatan mengenai keberadaan Yesus Kristus telah menjadi topik utama yang menarik perhatian banyak ahli sejarah, termasuk arkeolog. Fakta bahwa ada perbedaan pendapat di kalangan ilmiah menunjukkan kompleksitas dalam mencari bukti sejarah sosok Yesus.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Gereja Inggris pada tahun 2015 menemukan bahwa 22 persen orang dewasa Inggris tidak percaya kepada keberadaan Yesus sebagai sosok sejarah. Perbedaan pandangan ini mendorong para ahli arkeologi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul terkait dengan bukti sejarah tentang keberadaan Yesus.
Seorang profesor ilmu perpustakaan di Universitas Purdue dan penulis artikel dari Biblical Archaeology Review, Lawrence Mykytiuk, menegaskan pendapatnya bahwa tidak ada bukti fisik atau arkeologis yang menunjukkan keberadaan Yesus secara konkret. Ia menyatakan bahwa tidak ada harapan untuk menemukan bukti yang konklusif mengenai keberadaan Yesus.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Bart D. Ehrman, seorang profesor studi agama di Universitas North Carolina. Menurutnya, tidak ada catatan arkeologi yang bisa membuktikan keberadaan Yesus pada periode yang sama dengan kehidupannya.
Kendati demikian, absennya bukti arkeologi tidak serta merta menunjukkan bahwa sosok Yesus tidak pernah ada. Ehrman menjelaskan bahwa kurangnya bukti tidak berarti bahwa seseorang pada masa itu sama sekali tidak ada, melainkan memungkinkan bahwa kehidupan Yesus tidak meninggalkan jejak arkeologi pada masa itu, seperti halnya kebanyakan penduduk dunia lain pada masa itu.
Salah satu catatan yang menjadi titik terang dalam pencarian bukti sejarah tentang Yesus terdapat dalam 20 jilid buku sejarah bangsa Yahudi yang ditulis oleh Flavius Josephus, seorang sejawat Yahudi. Buku ini ditulis pada tahun 93 Masehi, beberapa waktu setelah kehidupan Yesus. Meskipun Josephus bukanlah pengikut Yesus, namun kehadirannya pada saat gereja awal mulai berdiri memberikan wawasan mengenai orang yang menyaksikan dan mendengar tentang Yesus.
Pertanyaan tentang keaslian peninggalan langsung terkait dengan Yesus, seperti mahkota duri yang konon dikenakan saat penyaliban atau Kain Kafan Turin, masih menjadi perdebatan. Meskipun demikian, arkeolog telah berhasil menemukan beberapa bukti yang memperkuat cerita-cerita yang terdapat dalam Alkitab.
Meskipun keberadaan Nazaret, kota masa kecil Yesus dalam Alkitab, sempat diperdebatkan, para arkeolog telah menemukan sebuah rumah dengan halaman yang dipahat dari batu, beserta makam dan kolam. Mereka juga menemukan bukti fisik penyaliban Romawi yang sejalan dengan deskripsi dalam Perjanjian Baru.
Selain itu, catatan yang terperinci tentang kehidupan dan kematian Yesus terdapat dalam empat Injil dan tulisan-tulisan Perjanjian Baru lainnya. Meskipun sumber-sumber ini memiliki bias yang jelas karena ditulis oleh orang-orang Kristen, namun klaim utama mengenai Yesus sebagai tokoh sejarah didukung oleh sumber-sumber lain yang muncul belakangan dengan sudut pandang yang berbeda.
Sejarawan Romawi, Tacitus, dalam karyanya Annals of Imperial Rome, mencatat bahwa Kaisar Nero menyalahkan orang Kristen atas pembakaran kota Roma pada tahun 64 M dan mengungkapkan bahwa Yesus dieksekusi atas perintah Pontius Pilatus, prokurator Yudea, pada masa pemerintahan Tiberius. Selain itu, gubernur Romawi Pliny the Younger juga mencatat bahwa orang-orang Kristen mula-mula menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Kristus seperti kepada dewa.
Bukti-bukti ini, meskipun tidak memberikan informasi yang lengkap, tetapi memberikan sudut pandang baru yang mendukung keberadaan Yesus sebagai tokoh sejarah. Bahkan, sebuah prasasti kuno di Wadi al-Khudari di Yordania timur laut menunjukkan bukti awal kekristenan di Arab, yang merupakan penemuan arkeologis yang signifikan.
Dalam penelitiannya, seorang profesor bahasa Arab di Ohio State University, Ahmad Al-Jallad, menemukan ratusan prasasti kuno yang menyajikan bukti-bukti kekristenan di Arab sejak abad keempat. Prasasti ini menyebut nama Yesus, yang dalam Al-Quran disebut Isa, menggambarkan awal penetapan agama Kristen di wilayah Arab.
Penemuan-penemuan arkeologis seperti ini menjadi tambahan bukti tentang keberadaan sosok Yesus Kristus dalam sejarah. Meskipun bukti-bukti arkeologis ini tidaklah memberikan gambaran yang lengkap, namun secara kolektif, mereka memberikan pencerahan yang mendukung keberadaan sosok Yesus dalam catatan sejarah.