Fenomena Istiwa A'zam Matahari Tepat di Atas Ka'bah: Kapan Terjadi?
Tanggal: 14 Jul 2024 21:49 wib.
Fenomena langit yang disebut Istiwa A'zam atau matahari melintas tepat di atas Ka'bah akan terjadi pada 15 dan 16 Juli 2024. Kementerian Agama (Kemenag) pun mengimbau umat Muslim Indonesia untuk mengecek arah kiblat. Istiwa A'zam adalah fenomena matahari tepat di atas Ka'bah sehingga bayangan semua benda yang tegak lurus akan menghadap ke kiblat atau Ka'bah. Fenomena tersebut terjadi ketika posisi matahari senilai lintang Ka'bah, yakni 21º25' LU. Peristiwa ini terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada 27-28 Mei dan 15-16 Juli.
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Kemenag, Adib menjelaskan Istiwa A'zam atau Rashdul Kiblat akan terjadi pada Senin dan Selasa, 15 dan 16 Juli 2024 bertepatan dengan 9 dan 10 Muharam 1446 H pada pukul 16:18 WIB atau 17:18 WITA.
"Saat itu, matahari akan melintas tepat di atas Ka'bah," kata Adib dikutip dari website resmi Kementerian Agama.
Dia menambahkan berdasarkan tinjauan astronomi ilmu falak, terdapat sejumlah teknik yang dapat digunakan untuk memverifikasi arah kiblat. Teknik tersebut di antaranya menggunakan kompas dan theodolite. Fenomena Istiwa A'zam menjadi momentum bagi umat Muslim dapat melakukan pengukuran atau kalibrasi arah kiblat tanpa menggunakan alat atau keterampilan khusus. "Di saat Istiwa' A'zam, siapa saja, tanpa perlu memiliki keahlian atau perangkat teknologi khusus, bisa 'meluruskan' arah kiblatnya sendiri," imbuh Adib.
Selama acara Istiwa A'zam, orang dapat menentukan arah Ka'bah secara manual dengan akurasi yang mirip dengan aplikasi ponsel cerdas. Dengan menempatkan tongkat kayu secara vertikal di tanah pada pukul 12:26 waktu Riyadh, kiblat akan berada di arah yang berlawanan dengan bayangan tongkat tersebut, karena posisi matahari yang langsung di atas Ka'bah.
Ada beberapa cara untuk melakukan pengecekan arah kiblat pada momen Istiwa A'zam atau Rashdul Kiblat:
1. Pastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus atau menggunakan Lot/Bandul.
2. Permukaan dasar harus datar dan rata.
3. Jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI atau Telkom.
Fenomena Istiwa A'zam atau matahari melintas tepat di atas Ka'bah atau "bayangan nol" terjadi dua kali setiap tahun di Masjidil Haram karena lokasinya antara khatulistiwa dan Garis balik utara (Tropic of Cancer). Peristiwa ini terjadi saat matahari melintasi meridian, mencapai ketinggian matahari sekitar 90 derajat, yaitu zenitnya, sekitar waktu salat Dzuhur di Masjidil Haram.
Fenomena ini terjadi karena sumbu Bumi yang miring, membuat matahari bergerak pada sudut 23,5 derajat, menghasilkan transisi tahunan antara Garis balik utara (Tropic of Cancer) di utara dan Garis balik selatan (Tropic of Capricorn) di selatan saat Bumi berputar mengelilingi matahari. Negara-negara yang berada di lintang di bawah 23,5 derajat utara atau selatan mengalami fenomena ini dua kali setahun, tetapi pada waktu yang berbeda tergantung pada lintang spesifik mereka.
Fenomena ini umumnya diamati di wilayah-wilayah yang terletak antara khatulistiwa dan Tropika Cancer serta Capricorn.
Menghadap kiblat adalah salah satu persyaratan dasar dalam melaksanakan shalat, yang merupakan salah satu dari rukun Islam.
Namun, kiblat pertama umat Islam bukanlah Ka'bah melainkan Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis di Yerusalem. Pada tahun kedua hijrah, turun perintah dari Allah SWT melalui Rasulullah Muhammad SAW untuk mengubah arah kiblat atau 16-17 bulan usai hijrah dari Makkah ke Madinah. Ini menunjukkan betapa pentingnya arah kiblat dalam kehidupan umat Islam.
Dengan fenomena Istiwa A'zam yang terjadi dua kali setiap tahun, umat Muslim diharapkan memahami betapa pentingnya menentukan arah kiblat dengan akurat. Fenomena langit ini juga menjadi kesempatan untuk melakukan observasi dan pemahaman yang lebih dalam mengenai penentuan arah kiblat, serta menjaga kekhusyukan dalam menjalankan ibadah shalat. Serta memperkuat rasa kebersamaan umat Muslim dalam melaksanakan ibadah di seluruh dunia.
Teknik-teknik pengukuran arah kiblat yang disarankan oleh Kementerian Agama menjadi penting untuk dipahami oleh umat Muslim, agar mereka dapat melaksanakan ibadah dengan khusyuk dan kepatuhan yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Selain itu, pemahaman akan fenomena langit seperti Istiwa A'zam juga menjadi ajang untuk meningkatkan pemahaman umat Muslim mengenai ilmu falak dan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, penyelenggaraan ibadah dapat berjalan dengan lebih baik dan sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dengan memahami dan menyikapi fenomena langit seperti Istiwa A'zam dengan baik, umat Muslim diharapkan dapat menguatkan keimanan dan memperdalam pemahaman akan pentingnya arah kiblat dalam menjalankan ibadah shalat. Sehingga, masing-masing umat Muslim dapat memperoleh manfaat spiritual dan kepemahaman yang lebih dalam dalam melaksanakan ibadah, serta terjaga kepatuhan dan kekhusyukan dalam menjalankannya. Dengan demikian, spirit dalam menjalankan ibadah shalat dapat semakin terselaraskan dengan ajaran agama Islam. Kehadiran fenomena langit seperti Istiwa A'zam juga menjadi bentuk manifestasi kebesaran Allah SWT dalam menciptakan alam semesta, yang diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi umat Muslim untuk senantiasa menguatkan iman dan kepatuhan dalam menjLalankan ibadah.