Sumber foto: pinterest

Buya Yahya Menyebut Tahun Baru Hijriyah Bukan Hari Raya, Kenapa?

Tanggal: 3 Jul 2024 18:58 wib.
Buya Yahya, seorang ulama ternama di Indonesia, menuai kontroversi baru-baru ini setelah menyebut Tahun Baru Hijriyah bukanlah Hari Raya. Pernyataan ini menuai perdebatan di kalangan masyarakat. Apa sebenarnya yang dimaksud oleh Buya Yahya dengan pernyataannya ini?

Tahun Baru Hijriyah, yang jatuh pada tanggal 1 Muharram, merupakan perayaan penting dalam kalender Islam. Di Indonesia, perayaan ini seringkali diidentikkan dengan "Hari Raya" dan dirayakan dengan berbagai tradisi, seperti memberikan ucapan selamat kepada sesama, berziarah ke makam, dan sebagainya. Namun, menurut Buya Yahya, seharusnya Tahun Baru Hijriyah tidak disebut sebagai Hari Raya. Beliau menegaskan bahwa peringatan Tahun Baru Hijriyah seharusnya tidak dirayakan dengan meriah, tetapi lebih sebagai momentum untuk introspeksi diri dan meningkatkan keimanan.

Salah satu alasan yang diberikan oleh Buya Yahya adalah bahwa Tahun Baru Hijriyah seharusnya dijadikan sebagai momen refleksi dan perenungan, bukan sebagai momen perayaan yang diwarnai oleh kegembiraan yang berlebihan. Beliau menekankan pentingnya telaah mendalam terhadap makna dari perayaan ini sebagai upaya untuk merekatkan hubungan yang lebih erat antara manusia dengan Sang Pencipta. Dengan demikian, Buya Yahya ingin memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada umat Muslim, bahwa Tahun Baru Hijriyah seharusnya diidentikkan dengan sikap introspektif dan perenungan yang mendalam.

Buya Yahya juga menaruh perhatian pada fenomena social media dan dampaknya terhadap penyebaran informasi. Beliau menyayangkan bagaimana peringatan Tahun Baru Hijriyah seringkali diwarnai oleh kegembiraan yang berlebihan di media sosial, di mana pesan-pesan selamat dan ucapan-ucapan manis dipamerkan tanpa disertai makna dan kekhidmatan yang sebenarnya. Dalam hal ini, beliau mengajak umat Muslim untuk lebih bijak dalam merayakan Tahun Baru Hijriyah, dan untuk lebih memahami esensi sebenarnya dari peringatan ini.

Bukan berarti Buya Yahya melarang umat Muslim untuk merayakan Tahun Baru Hijriyah. Namun, beliau ingin menekankan bahwa yang lebih penting adalah merenungi makna perayaan ini, mengevaluasi diri, serta merenungkan perjalanan spiritual mereka selama setahun terakhir. Dalam hal ini, beliau menegaskan bahwa Tahun Baru Hijriyah adalah momentum yang tepat untuk melakukan perbaikan diri dan meningkatkan kualitas keimanan.

Pernyataan Buya Yahya ini pun menuai beragam tanggapan di kalangan masyarakat. Ada yang setuju dengan pendapat beliau, menganggapnya sebagai bentuk pengingat untuk mengembalikan makna peringatan Tahun Baru Hijriyah kepada asalnya. Namun, tak sedikit pula yang menentangnya, menilai bahwa merayakan Tahun Baru Hijriyah dengan kegembiraan juga merupakan cara yang sah untuk mengekspresikan kegembiraan umat Muslim atas kedatangan tahun baru dalam kalender Islam.

Upaya Buya Yahya untuk menegaskan makna asli dari peringatan Tahun Baru Hijriyah sejalan dengan upayanya meningkatkan pemahaman umat Muslim terhadap ajaran agama. Beliau kerap menjadi narasumber di berbagai kesempatan, membahas berbagai tema keagamaan, budaya, dan sosial yang berkaitan dengan kehidupan umat Islam. Pernyataan beliau juga seringkali menjadi perhatian publik dan menggugah diskusi yang sehat di tengah masyarakat.

Dengan demikian, pernyataan Buya Yahya terkait Tahun Baru Hijriyah bukan Hari Raya sebenarnya mengajak umat Muslim untuk lebih mendalami makna peringatan dalam kalender Islam. Ini adalah panggilan untuk lebih menghayati esensi dari perayaan ini, dan untuk lebih memaknai momen-momen berharga dalam kehidupan mereka. Tentu saja, tanggapan dan penafsiran atas pernyataan ini akan selalu bervariasi di kalangan masyarakat, tetapi yang lebih penting adalah menjaga diskusi yang sehat dan saling menghormati perbedaan pendapat.

Perdebatan ini, bagaimanapun, telah membuka ruang untuk diskusi yang lebih luas tentang makna dan relevansi peringatan Tahun Baru Hijriyah. Semoga dari pernyataan Buya Yahya ini, umat Muslim dapat merenungkan kembali makna sejati dari perayaan ini, dan lebih mendalami ajaran agama secara menyeluruh.

Dalam kesimpulannya, Buya Yahya menegaskan bahwa Tahun Baru Hijriyah adalah momen yang tepat untuk merenung, meningkatkan keimanan, dan melakukan introspeksi diri. Dalam konteks ini, pernyataan beliau patut untuk dipertimbangkan lebih jauh, dan dijadikan sebagai dorongan untuk lebih mendekatkan diri kepada ajaran agama.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved