Adakah Hidup Tanpa Perjuangan?

Tanggal: 8 Mei 2018 22:38 wib.
 

Pernahkah kau pergi ke suatu tujuan, namun tak langsung kau temukan tempat yang kau tuju. Belok ke kiri, ke kanan, putar arah, bahkan putar balik karena ternyata melewati jalan yang salah, atau menemui jalan yang buntu. Butuh waktu pula! Engkau tidak begitu saja sampai ke tujuan yang kau inginkan, sejam, dua jam, bahkan berjam-jam hingga akhirnya engkau tiba di tempat yang menjadi tujuanmu. Dalam perjalanan pencarianmu, pun ada berbagai peristiwa yang kau alami, mulai dari ban kendaraanmu kempes, bertemu dengan Pak Polisi yang baik hati, bertemu juga dengan penunjuk arah yang justru semakin membuatmu bingung, hingga akhirnya engkau menemukan papan-papan penunjuk arah yang bisa memandumu sampai ke tujuanmu.

Itulah yang disebut hidup. Perjalanan hingga kau sampai pada tujuanmu. Perjalanan yang dimulai ketika engkau dilahirkan, Perjalanan yang tak bisa dipisahkan dengan perjuangan. Adakah hidup tanpa perjuangan? Entah kau ingat atau tidak, tapi berkaca dari pengalaman melihat keponakan, atau bayi-bayi tetangga, ternyata sebenarnya kita sudah mulai berjuang sejak kita bayi! Belajar menegakkan kepala, duduk, berjalan, berlari, berbicara, dan belajar-belajar lainnya. Ada banyak alasan yang bisa membuat kita sewaktu bayi berhenti belajar, namun (untungnya) pilihan itu tidak kita ambil bukan? Hei, tunggu tampaknya aku harus meralat kapan waktu kita mulai berjuang, ternyata kita mulai berjuang bukan dimulai sejak bayi, tapi sejak sel sperma ayah bertemu dengan sel ovum dari ibu kita. Di situlah perjuangan dimulai, bahkan sejak akan terbentuknya kita. Ada bagian dari kita yang sudah memulai perjuangannya.

Allah Maha Baik, ia tidak begitu saja memberikan tantangan atas perjuangan kita tanpa disesuaikan dengan kemampuan kita. Ketika kita bayi, kita hanya diberi tantangan untuk belajar berjalan, bukan diberi tantangan untuk lari estafet misalnya. Coba kita flash back ke zaman SD, ketika kita duduk di bangku SD, rasanya tantangan mengerjakan PR sudah merupakan tantangan yang luar biasa. Dan ingatkah kau ketika kita lupa tidak membawa PR yang sudah dikerjakan, bagaikan stres yang amat dalam (saat itu). Tapi toh alhamdulillah kita bisa melewati masa-masa itu. Kita dari bayi, bertumbuh menjadi anak kecil usia SD lah, kemudian setelah melalui berbagai tantangan, akhirnya naik ke jenjang SMP, terus hingga kita akhirnya memasuki masa kuliah, kerja, dan seterusnya. Proses ‘naik kelas’ ini berlangsung selama kita hidup. Kita akan ‘naik kelas’ ketika kita lolos dalam melalui berbagai tantangan dalam hidup ini.

Dalam menghadapi tantangan hidup ini, mungkin ada yang terasa (sangat berat), tapi ada juga yang seakan tidak berasa. Ya, ini tergantung oleh ‘kelas’ kita. Jika kita sudah terlatih dalam berbagai tantangan, mungkin tantangan seakan bukan tantangan lagi, tapi sudah berupa keikhlasan yang dapat diterima dan dijalankan dalam keseharian kita. Tapi setiap orang memiliki kelasnya masing-masing. Di manakah ‘kelasmu’?

Namun, di manapun itu, yakinlah bahwa Allah sudah mengatur berbagai kelas ini dengan spesifiknya. Sesuai dengan yang disebutkan dalam   Al Quran surat Al Baqoroh 286:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ...”

Nah, selalu semangat dalam menjalani kelas-kelas kehidupanmu ya. Dan yakinlah kau akan naik kelas dengan hasil yang memuaskan dari jenjang ke jenjangnya dan tentunya melalui perjuangan! Tenang, kau sudah terlatih, bahkan sejak engkau belum dilahirkan...

 

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved