Wakil Presiden AS Kamala Harris Tekan Netanyahu Untuk Mengakhiri Penderitaan di Gaza
Tanggal: 30 Jul 2024 00:01 wib.
Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, secara tegas menekan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 25 Juli 2024 untuk membantu mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Langkah ini diambil untuk meringankan penderitaan rakyat Gaza yang terus berkepanjangan akibat konflik yang tak kunjung usai. Menurut sumber internal, berbagai negosiasi intensif dilakukan antara pihak AS dan Israel guna mendesak tercapainya kesepakatan yang mengakhiri derita warga Gaza.
Kamala Harris, yang sedang dalam kunjungannya ke Israel, menyatakan kekhawatirannya atas kondisi kemanusiaan di Gaza. Di tengah latar belakang konflik yang memicu kekerasan dan penderitaan, tindakan Harris tersebut merupakan upaya konkret AS untuk memediasi dan menyelesaikan konflik yang tak kunjung berkesudahan.
Tak hanya itu, tekanan dari pihak AS juga merupakan bagian dari strategi diplomasi untuk meredakan ketegangan di kawasan Timur Tengah. Dengan adanya dukungan yang kuat dari Wakil Presiden Harris, diharapkan negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Palestina bisa mencapai titik terang.
Dalam pertemuan tersebut, tidak hanya Kamala Harris, tetapi pihak AS secara keseluruhan turut menyerukan pentingnya penyelesaian damai di Gaza. Harris sendiri diperkirakan akan menjadi calon presiden dari Partai Demokrat setelah Joe Biden mengundurkan diri. Oleh karena itu, sikap dan tindakan Harris dalam menekan Netanyahu menunjukkan komitmennya terhadap perdamaian dan kemanusiaan, yang diharapkan akan membawa dampak positif bagi proses perdamaian di kawasan tersebut.
Namun, respons Israel terhadap tekanan AS ini masih menjadi tanda tanya. Meski telah mengindikasikan kesiapan untuk berdialog, Israel belum memberikan jawaban pasti terkait dengan permintaan gencatan senjata. Benjamin Netanyahu, yang tengah mengalami tekanan politik dalam negeri, dihadapkan pada dilema terkait keputusan yang akan diambil terkait dengan situasi di Gaza.
Haris menegaskan sikapnya terhadap krisis kemanusiaan yang mencengkeram Gaza setelah sembilan bulan perang antara Israel dan militan Hamas. “Kita tidak bisa membiarkan diri kita mati rasa terhadap penderitaan dan saya tidak akan diam,” katanya. Pernyataan Harris bernada tajam dan serius ini menimbulkan pertanyaan apakah ia akan lebih agresif dalam menghadapi Netanyahu jika terpilih sebagai presiden pada 5 November. Namun, para analis tidak memperkirakan akan ada perubahan besar dalam kebijakan AS terhadap Israel, sekutu terdekat Washington di Timur Tengah.