Sumber foto: pinterest

Tragedi Kashmir: Konflik Berkepanjangan di Negeri Himalaya

Tanggal: 15 Mei 2025 11:17 wib.
Kashmir, sebuah wilayah yang terletak di jajaran pegunungan Himalaya, telah menjadi pusat konflik selama lebih dari tujuh dekade. Permasalahan ini melibatkan dua negara besar, India dan Pakistan, yang keduanya mengklaim hak atas wilayah tersebut. Sejak pembagian Inggris pada tahun 1947, Kashmir menjadi fokus ketegangan yang berkelanjutan. Tragedi ini bukan hanya sekadar sengketa wilayah, tetapi juga melibatkan isu identitas, keagamaan, dan hak asasi manusia.

Ketika Inggris meninggalkan subkontinen India, mereka membagi wilayah tersebut menjadi dua negara, India dan Pakistan, serta memberikan hak kepada negara-negara bagian untuk memilih bergabung dengan salah satu negara. Maharaja Hari Singh, penguasa Kashmir, awalnya memilih untuk tetap merdeka. Namun, setelah serangan oleh suku-suku dari Pakistan pada Oktober 1947, ia meminta bantuan dari India dan setuju untuk bergabung dengan India dengan syarat bahwa wilayahnya akan mendapatkan otonomi.

India dan Pakistan segera terlibat dalam perang pertama terkait Kashmir pada tahun 1947-1948. Pertikaian ini berujung pada intervensi PBB, yang mengusulkan solusi berupa plebisit untuk menentukan nasib rakyat Kashmir. Namun, plebisit tersebut tidak pernah dilaksanakan, dan wilayah Kashmir terbagi menjadi dua bagian: Jammu dan Kashmir yang dikelola oleh India, dan Azad Kashmir serta Gilgit-Baltistan yang dikelola oleh Pakistan.

Sejak itu, ketegangan antara India dan Pakistan di Kashmir terus berlanjut. Kedua negara mengatakan bahwa mereka memiliki hak yang sah atas wilayah tersebut, yang menyebabkan konflik bersenjata sporadis, serta serangkaian insiden terorisme dan pelanggaran hak asasi manusia. Pengamatan internasional menunjukkan bahwa kedua belah pihak telah terlibat dalam berbagai aksi kekerasan yang merugikan penduduk sipil.

India sering kali menuduh Pakistan mendukung kelompok militan yang melakukan serangan di Kashmir, sementara Pakistan mengklaim bahwa India melakukan penindasan terhadap rakyat Kashmir yang ingin meraih kemerdekaan. Salah satu momen paling menyedihkan dalam konflik ini terjadi pada tahun 2019 ketika India mencabut status otonomi Kashmir melalui pengesahan Undang-Undang untuk mengintegrasikan Jammu dan Kashmir ke dalam India. Langkah ini menuai protes besar di Kashmir serta di Pakistan dan memicu ketegangan yang semakin membara antara kedua negara.

Keputusan India untuk mencabut status otonomi Kashmir tidak hanya menambah luka mendalam pada wilayah yang sudah menderita akibat kekerasan, tetapi juga meningkatkan ketidakpastian di kalangan warga sipil. Banyak penduduk yang merasa hidup di bawah ancaman terus-menerus dari kekerasan dan pembatasan hak-hak dasar mereka.

Sementara itu, wilayah Kashmir yang dikelola oleh Pakistan juga menghadapi tantangan tersendiri. Masyarakat di Azad Kashmir dan Gilgit-Baltistan seringkali mengalami ketidakpuasan terhadap pemerintahan pusat yang dianggap kurang memperhatikan kebutuhan lokal. Usaha untuk memperjuangkan hak-hak mereka sering kali terhambat oleh pemerintah yang takut akan konsekuensi dari upaya tersebut.

Internasionalisasi konflik Kashmir juga menjadi perhatian. Meskipun banyak negara mendesak India dan Pakistan untuk menyelesaikan sengketa mereka secara damai, upaya mediasi jarang berhasil. Badan-badan PBB, meski telah berulang kali menyuarakan keprihatinannya terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Kashmir, tidak banyak berbuat untuk mengubah situasi. Sementara itu, kedua negara terus memperkuat posisi militer mereka di kawasan, meningkatkan risiko terjadinya konflik berskala lebih besar.

Tragedi Kashmir adalah pengingat akan dampak dari perpecahan dan konflik yang berkepanjangan. Rakyat Kashmir, yang terjebak di tengah pertikaian politik antara India dan Pakistan, terus menantikan masa depan yang lebih baik, di mana hak-hak mereka dihormati dan keamanan dapat dijamin. Dalam kondisi seperti ini, suara penduduk sipil sering kali terdengar samar di tengah hiruk-pikuk konflik yang tak kunjung usai.
 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved