Tragedi Afghanistan: Negara yang Selalu Diperangi
Tanggal: 14 Mei 2025 20:20 wib.
Afghanistan, sebuah negara yang terletak di jantung Asia, sering kali dijadikan medan perang akibat berbagai invasi dan konflik yang berkepanjangan. Dari invasi Soviet pada tahun 1979 hingga kehadiran pasukan internasional dan kebangkitan Taliban, sejarah Afghanistan dipenuhi dengan penderitaan dan kekerasan. Sekitar empat dekade berlalu, negara ini masih terjebak dalam lingkaran perang panjang yang tampaknya tiada akhir.
Invasi yang pertama terjadi ketika Uni Soviet terjun ke Afghanistan dengan tujuan untuk memperkuat pemerintahan komunis yang kemudian menghasilkan perlawanan yang gigih dari mujahidin. Perang yang berlangsung hingga tahun 1989 ini menyebabkan jutaan orang melarikan diri dan ribuan lainnya kehilangan nyawa. Setelah Soviet mundur, Afghanistan jatuh ke dalam perang saudara yang berkepanjangan, menciptakan kekosongan kekuasaan yang diisi oleh berbagai kelompok bersenjata, termasuk Taliban yang muncul pada awal 1990-an.
Taliban, yang secara resmi berdiri pada 1994, berjanji untuk membawa stabilitas dan ketertiban setelah bertahun-tahun konflik.Meskipun berhasil mengendalikan sebagian besar wilayah Afghanistan dan memberlakukan hukum syariah yang ketat, rezim mereka juga dikenal karena pelanggaran hak asasi manusia, terutama terhadap perempuan. Selama periode kekuasaan Taliban, banyak orang Afghanistan hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian, semakin memperburuk kondisi sosial dan ekonomi negara.
Setelah serangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat, invasi militer internasional dipimpin oleh AS menggulingkan rezim Taliban. Namun, meskipun Taliban diturunkan dari kekuasaan, konflik tidak berakhir. Sebaliknya, Afganistan terjebak dalam perang panjang yang melibatkan pasukan internasional dan kelompok-kelompok militan yang berusaha merebut kembali kekuasaan. Dalam dua dekade berikutnya, upaya untuk membangun kembali negara ini berlangsung dengan lamban dan penuh tantangan.
Sementara itu, keberadaan Taliban tidak hilang, mereka beradaptasi dan membangun kembali kekuatan mereka di wilayah pedesaan. Dengan dukungan lokal yang kuat, kelompok ini mulai merebut kembali wilayah-wilayah strategis. Ketika pasukan internasional mulai menarik diri pada 2020, Taliban semakin berani dan melancarkan serangan besar-besaran. Ketidakpastian dan ketidakstabilan ini semakin memperburuk kehidupan rakyat Afghanistan yang sudah menderita bertahun-tahun akibat kekerasan.
Perang panjang yang melanda Afghanistan telah mengakibatkan banyaknya korban jiwa, baik dari kalangan sipil maupun militer. Infrastruktur negara hancur, sistem pendidikan terganggu, dan pelayanan kesehatan mengalami kemunduran. Banyak anak-anak, terutama perempuan, kehilangan akses ke pendidikan yang layak dalam suasana perang yang tak kunjung reda.
Dari sisi politik, Afghanistan juga menghadapi tantangan besar. Perjanjian damai yang ditandatangani pada 2020 antara Taliban dan Amerika Serikat menunjukkan harapan untuk mengakhiri konflik. Sayangnya, realisasi perjanjian tersebut tidak berjalan mulus. Ketegangan antara pemerintah Afghanistan dan Taliban meningkat, dan ketidaksepakatan mengenai isi perjanjian serta agenda politik lanjutan membuat situasi semakin rumit.
Kini, Afghanistan berada dalam ketidakpastian yang mendalam. Setelah penarikan pasukan internasional, Taliban kembali muncul sebagai kekuatan dominan pada tahun 2021, di mana mereka mengumumkan pembentukan Emirat Islam Afghanistan. Meskipun banyak harapan untuk perdamaian, dampak dari invasi dan perang panjang masih terasa di seluruh aspek kehidupan rakyat Afghanistan. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang masa depan negara yang selalu diperangi ini, yang dipenuhi dengan harapan dan keputusasaan sekaligus.