Siapa Capres AS Pilihan Xi Jinping, China Dukung Kamala atau Trump?
Tanggal: 14 Sep 2024 05:32 wib.
Pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) adalah salah satu peristiwa politik yang selalu menyita perhatian dunia. Kontestasi ini akan mempertemukan mantan presiden, Donald Trump, yang diusung Partai Republik, dengan Wakil Presiden saat ini dari Partai Demokrat, Kamala Harris. Selain isu-isu dalam negeri, salah satu hal yang menjadi perhatian dunia internasional adalah terkait dengan hubungan AS dengan China yang menjadi bahasan utama antara kedua kandidat ini.
Pertama-tama, mari kita membahas tentang pendekatan Trump terhadap China. Selama masa jabatannya, Trump telah mengusulkan tarif hingga 100% untuk barang-barang China dan tarif menyeluruh sebesar 10%-20% untuk semua impor lainnya. Hal ini menciptakan ketegangan yang cukup berarti antara AS dan China. Sementara itu, Harris, yang diperkirakan akan tetap berpegang pada kebijakan tarif Presiden petahana Joe Biden, juga tidak menutup kemungkinan untuk menerapkan kebijakan yang lebih kuat terhadap China. Biden dan Harris bahkan mengumumkan bea masuk senilai sekitar US$ 18 miliar atas barang impor China, termasuk kendaraan listrik, sel surya, baterai lithium, baja, dan aluminium.
Dalam debat, Harris tidak memberikan rincian tentang kebijakannya terhadap China. Namun, ia secara tegas menyatakan bahwa kebijakan tentang China harus memastikan AS memenangkan persaingan di abad ke-21. Dia menekankan pentingnya fokus pada rincian tentang apa yang dibutuhkan, hubungan dengan sekutu, dan investasi dalam teknologi berbasis Amerika. Di sisi lain, Trump telah menunjukkan kepada dunia bahwa AS bersikap tegas terhadap Tiongkok, dan juga memproklamirkan kebijakan "America First" yang lebih menekankan pada kepentingan dalam negeri, termasuk dalam hubungan dagang dengan China.
Selain kebijakan tarif, AS juga telah memperingatkan tentang masalah kelebihan kapasitas yang terjadi di China. Menteri Keuangan Janet Yellen bahkan pernah menegaskan bahwa kelebihan kapasitas industri oleh Beijing mengancam perusahaan-perusahaan Amerika dan Eropa, serta pembangunan industri negara-negara pasar berkembang. Pada bulan April, Yellen bertemu dengan pejabat China untuk membahas masalah kelebihan kapasitas dan reformasi yang berorientasi pasar. Dia mengatakan bahwa hubungan ekonomi yang sehat harus menyediakan lapangan bermain yang setara bagi perusahaan dan pekerja di kedua negara.
Sementara itu, Beijing telah dituduh melakukan praktik dumping barang saat permintaan domestik menurun, yang memicu bea masuk yang besar atas ekspor China dari beberapa negara. China juga dituduh memberikan subsidi besar-besaran terhadap industri tertentu, seperti kendaraan listrik, yang telah menarik tarif dari AS dan negara-negara Eropa. Semua ini menciptakan ketegangan dalam hubungan perdagangan antara AS dan China.
Dalam rangka menyelesaikan ketegangan perdagangan ini, ada pengamat yang menilai bahwa hubungan AS dengan China melalui masa Biden dan Harris akan tetap tegang. Meskipun demikian, belum ada kejelasan tentang bagaimana manajemen ketegangan antara Washington dan Beijing dari kedua kandidat ini. Kepala strategi BCA Research, Marko Papic, menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada gambaran jelas terkait manajemen ketegangan antara Washington dan Beijing dari Harris maupun Trump.
Dari perspektif China, hal ini tentu menjadi bagian penting dari evaluasi mereka terhadap kedua kandidat ini. China perlu memahami dengan baik bahwa hubungan dengan Amerika Serikat akan tetap menjadi salah satu fokus utama kebijakan luar negeri mereka, terutama dalam hal perdagangan dan ekonomi.