Revolusi Kuba: Dari Batista ke Fidel Castro
Tanggal: 26 Mei 2024 16:54 wib.
Revolusi Kuba adalah salah satu peristiwa sejarah paling penting di abad ke-20. Peristiwa ini mengubah wajah Kuba dan dampaknya masih terasa hingga saat ini. Salah satu tokoh sentral dalam revolusi ini adalah Fidel Castro, yang menuntun perubahan besar di negara tersebut.
Sejarah Revolusi Kuba dimulai pada 1952 ketika Jenderal Fulgencio Batista merebut kekuasaan melalui kudeta militer. Batista didukung oleh Amerika Serikat, yang melihatnya sebagai sekutu anti-komunis di Amerika Latin. Namun, rezim Batista dikenal karena korupsi, represi politik, dan penindasan terhadap rakyat Kuba.
Pada Juli 1953, Fidel Castro, seorang aktivis mahasiswa, memimpin serangan terhadap kaser Batista di Moncada. Meskipun serangan itu gagal dan Castro ditangkap, ia menggunakan persidangan sebagai platform untuk menyebarkan visi revolusioner dan menuntut perubahan di Kuba. Setelah mendapat grasi pada 1955, Castro pergi ke Meksiko, di mana ia bertemu dengan Ernesto "Che" Guevara, seorang dokter Argentina yang menjadi salah satu pendukung utama revolusi.
Pada 1956, Castro dan sekelompok gerilyawan kembali ke Kuba dan memulai perang gerilya melawan rezim Batista. Para gerilyawan ini dijuluki "Barbudos" (yang berambut janggut) dan berhasil membangun dukungan rakyat di pedesaan. Pada tahun-tahun berikutnya, perang gerilya semakin menguat dan menarik perhatian dunia internasional.
Pada Januari 1959, gerilyawan Castro akhirnya merebut kekuasaan di Kuba dan Batista melarikan diri ke Republik Dominika. Fidel Castro menjadi perdana menteri dan mulai melakukan reformasi besar-besaran di Kuba, termasuk nasionalisasi industri, redistribusi tanah kepada petani, dan perbaikan akses kesehatan dan pendidikan.
Namun, hubungan antara Kuba dan Amerika Serikat memburuk dengan cepat. Pada 1961, kelompok anti-Castro yang didukung oleh CIA melancarkan invasi teluk babi yang gagal. Hal ini memperkuat hubungan Kuba dengan Uni Soviet, yang kemudian memicu Krisis Rudal Kuba pada 1962.
Meskipun tekanan dari blok Barat, Castro tetap teguh mempertahankan revolusi dan ideologinya. Kuba menjadi sekutu dekat Uni Soviet dan mengadopsi ideologi komunis. Meskipun adanya sanksi dan isolasi dari Amerika Serikat, Castro berhasil mempertahankan kekuasaannya dan menjadi simbol revolusi anti-imperialisme di seluruh dunia.
Revolusi Kuba dan kepemimpinan Fidel Castro memiliki dampak yang berkepanjangan bagi Kuba dan politik global. Meskipun banyak kontroversi yang mengelilingi revolusi ini, tak dapat dipungkiri bahwa peristiwa tersebut telah mengubah nasib Kuba dan mempengaruhi dinamika politik Amerika Latin selama beberapa dekade.
Seiring dengan berakhirnya masa kepemimpinan Fidel Castro pada 2008, Kuba telah mengalami perubahan yang signifikan di bawah kepemimpinan adiknya, Raul Castro, dan kemudian Miguel Diaz-Canel. Namun, jejak revolusi dan pengaruh Fidel Castro tetap terasa kuat di sejarah dan budaya Kuba.