Sumber foto: suara.com

Prabowo Subianto Dilantik Sebagai Presiden: Dampak Tekanan Global yang Semakin Ngeri?

Tanggal: 30 Jun 2024 20:20 wib.
Prabowo Subianto, Presiden Terpilih 2024, akan segera dilantik dalam waktu dekat. Namun, tekanan global saat ini semakin meningkat dan berdampak pada kondisi ekonomi Indonesia.

Dalam proyeksi ekonomi global, masih terdapat ketidakpastian terutama bagi negara-negara berkembang. Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 3,2% pada tahun 2024 dan 2025, dengan kecepatan yang relatif stabil dibanding tahun sebelumnya. Meskipun demikian, terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian karena dapat berdampak bagi perekonomian Indonesia.

Tekanan global yang semakin meningkat, terutama dari politik Amerika Serikat, proyeksi perekonomian China dan India yang menurun, ketegangan politik dan perang antar negara, serta pelemahan rupiah terhadap dolar AS menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi ekonomi dalam negeri.

1. Politik AS Semakin Memanas, Debat Capres Pertama Sudah Dimulai

Saat Prabowo dilantik menjadi presiden nanti, kondisi politik di Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan memanas. AS akan menggelar pemilu legislatif dan presiden pada sekitar 15 hari setelah pelantikan Prabowo.

Kondisi politik AS yang panas dapat berdampak signifikan terhadap stabilitas pasar keuangan global. Dua kandidat terkuat presiden AS saat ini, yaitu petahana Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump, menjadi sorotan utama dalam pemberitaan politik AS.

Hasil pemilu AS tersebut akan berdampak pada peta geopolitik global, termasuk hubungan dengan China. Implikasi dari pemilu AS juga diperkirakan akan memengaruhi inflasi AS, yang kemungkinan sulit turun hingga penyelenggaraan pemilu. Situasi politik yang panas di AS dapat mempengaruhi minat investor asing di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang kemungkinan dapat menyebabkan melemahnya mata uang rupiah.

2. Proyeksi Perekonomian China dan India Menurun

Perekonomian China dan India diproyeksikan akan tumbuh lebih rendah pada tahun 2024. Perlambatan ekonomi kedua negara tersebut diprediksi akan memberikan dampak yang cukup besar bagi ekonomi Indonesia, mengingat China dan India merupakan salah satu penerima ekspor terbesar Indonesia.

IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stagnan pada kisaran 5% hingga 2029 atau saat periode pertama kepemimpinan Prabowo berakhir. Ekspor non-migas Indonesia ke China dan India yang mencapai sekitar 31,64% dari total ekspor non-migas, dapat terpengaruh oleh perlambatan ekonomi kedua negara tersebut.

3. Ketegangan Politik dan Perang Antar Negara

Ketegangan antara Iran dan Israel, serta perang saudara di negara tetangga Indonesia, dapat memberikan dampak negatif bagi Indonesia. Situasi ketegangan geopolitik yang melibatkan banyak negara untuk menyelesaikan masalah diprediksi akan berlangsung hingga akhir tahun atau saat Prabowo menjabat sebagai Presiden RI Oktober mendatang.

4. Rupiah Masih Tertekan Terhadap Dolar AS

Rupiah Indonesia masih dalam tren pelemahan. Kebutuhan dolar AS yang meningkat dari dalam negeri untuk pembayaran dividen, kuatnya ekonomi AS, dan kebijakan suku bunga di AS menjadi faktor-faktor yang memengaruhi pelemahan rupiah. Pelemahan rupiah dapat memberikan dampak kepada beban pemerintah dalam membayar utang berbasis dolar AS serta biaya impor dalam mata uang asing yang semakin membesar.

Pemerintah dan kubu Prabowo berkomitmen untuk menjaga defisit anggaran di bawah batas ketentuan untuk mengurangi kekhawatiran investor terhadap kebijakan fiskal pemerintah berikutnya di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto.

Dari semua faktor tersebut, dapat diprediksi bahwa Prabowo Subianto akan menghadapi tantangan besar dalam menjaga kestabilan ekonomi Indonesia saat dilantik menjadi Presiden. Diperlukan upaya-upaya strategis dan tindakan nyata dalam mengatasi tekanan global yang semakin ngeri guna memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutanbagi Indonesia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved