Politik Kasar Jokowi, Jegal Anies di Jakarta, Demi Memuluskan Gibran Jadi Presiden di Pilpres 2029

Tanggal: 5 Agu 2024 19:36 wib.
Meskipun elektabilitasnya tinggi, perjalanan Anies menuju pencalonan tidak mudah. Koalisi Indonesia Maju (KIM), yang mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran, kini gencar melakukan lobi untuk menarik dukungan dari partai-partai yang semula mendukung Anies, seperti PKB dan NasDem.

Dukungan dari PKB dan NasDem, yang awalnya solid, kini mulai goyah. Isu-isu terkait tawaran jabatan menteri dalam kabinet Prabowo-Gibran disinyalir menjadi faktor pendorong yang kuat. Pengamat politik dari UIN Jakarta, Zaki Mubarak, mengamati bahwa PKB sangat rentan terhadap kehilangan menterinya di kabinet jika memilih untuk tetap mendukung Anies.

Ditambah lagi, adanya konflik internal dengan sejumlah politisi Nahdlatul Ulama (NU) menambah beban politik PKB. Situasi ini membuka opsi bagi PKB untuk mencari calon lain yang lebih menguntungkan secara politik.

Adi Prayitno, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, menyatakan bahwa sinyal-sinyal dari NasDem dan PKB menunjukkan kemungkinan batalnya dukungan terhadap Anies. Tawaran yang diberikan oleh KIM dianggap lebih menggiurkan, seperti peluang mendapatkan kursi menteri yang lebih pasti dan berjangka panjang. Menurut Adi, hal ini tentunya terlihat lebih menguntungkan dibandingkan mengusung Anies yang belum tentu memberikan keuntungan elektoral signifikan bagi NasDem dan PKB.

Pernyataan Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid, menegaskan adanya peluang partainya batal mendukung Anies jika PKB memutuskan untuk bergabung dengan KIM. Hal serupa disampaikan oleh Bendahara Umum Partai NasDem, Ahmad Sahroni, yang menekankan bahwa politik sangat dinamis dan keputusan final bisa berubah hingga pendaftaran calon di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Dalam konteks ini, ada narasi yang berkembang tentang adanya "operasi senyap" yang memiliki tujuan untuk menggagalkan pencalonan Anies Baswedan. Sumber yang tidak disebutkan namanya menyebutkan bahwa adanya kekuatan besar sedang berupaya untuk memastikan Anies tidak mendapatkan tiket untuk maju di Pilgub Jakarta.

Operasi ini mencakup tekanan terhadap partai-partai yang sebelumnya dianggap akan mendukung Anies, seperti NasDem, PKB, PDIP, dan PKS. PKS, yang secara resmi telah mengusung pasangan Anies Baswedan - Shohibul Iman, disebut-sebut tetap teguh meskipun ada tekanan untuk mencabut dukungan.

Namun, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya jika ada tekanan dan juga godaan yang terus datang tidak dapat diabaikan. Upaya untuk menarik PKS keluar dari koalisi pendukung Anies masih berlangsung dengan intensitas tinggi.

Keputusan dari PDIP yang tegas menolak mendukung calon yang berafiliasi dengan Jokowi, memberikan sedikit angin segar bagi Anies. Namun, dukungan ini belum final dan bisa berubah sewaktu-waktu. Selain itu, posisi PKB yang rentan dengan kemungkinan kehilangan jabatan menteri jika tidak bergabung dengan KIM, semakin memperumit situasi.

Dalam begitu, terlihat jelas bahwa dinamika politik sangat kompleks dan penuh dengan strategi di balik layar. Operasi senyap ini, yang melibatkan kekuatan dan uang besar, berupaya mengubah peta politik Jakarta untuk kepentingan tertentu.

Tidak heran jika para pengamat pun menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap perubahan-perubahan mendadak yang mungkin terjadi menjelang pendaftaran calon resmi di KPU.

Dari sini bisa dilihat, meskipun Anies Baswedan memiliki popularitas yang tinggi dan dukungan dari beberapa partai politik, perjalanan menuju pencalonannya sebagai Gubernur DKI Jakarta 2024 penuh dengan berbagai tantangan.

Operasi senyap untuk menjegal Anies Baswedan dalam mencalonkan diri menjadi Gubernur Jakarta di Pemilihan Gubernur 2024, sangat terlihat. Operasi ini dalam rangka memuluskan Gibran Rakabuming Raka menuju kursi Presiden di pemilihan presiden 2024. Karena Anies yang  menjadi sandungan Jokowi dalam melanggengkan kekuasaan di dalam genggamannya. Jokowi sudah tidak mengindahkan etika berpolitik, semuanya demi syahwat politik yang ingin berkuasa selamanya.

Jika Anies tidak menjadi Gubernur Jakarta, maka pemilihan presiden 2029 hanya diikuti oleh kroni-kroni Jokowi semua. Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono dan tokoh-tokoh lainnya hanya pion yang diibaratkan seperti kerbau dicocok hidungnya.

 

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved