Politik Dalam Pandangan Generasi Millenial

Tanggal: 25 Nov 2018 19:06 wib.
Tampang.com - Seperti kita ketahui bersama, bahwa tahun 2018 ini adalah tahun pesta rakyat Indonesia untuk memilih wakil – waki rakyat yang sesuai keinginan rakyat dan mewakili aspirasi rakyat selama 5 tahun kedepan. Bukan hanya wakil rakyat saja tahun 2018 ini juga tahun untuk memilih pemimpin yang banyak memenangkan hati rakyat.

Ramainya beragam poster dan Famplet dari tiap calon anggota dewan dari berbagai partai politik yang dipasang di jalan membuat pesta rakyat semakin ramai dan mungkin membuat orang semakin bingung untuk memilih.

Remaja sebagai generasi milenial yang mempunyai hak pilih baik di Pileg 2019 maupun Pilpres 2019 mempunyai hak suara yang cukup besar yang menjadi "target" lumbung suara yang ingin diraih baik oleh calon-calon wakil rakyat maupun calon presiden. Namun tidak sedikit dari kalangan generasi milenial ini yang kurang peduli terhadapperhelatan pesta demokrasi ini, mereka cenderung lebih sibuk bermain gadgetnya masing-masing.

Ada beberapa remaja yang di tanya soal politik, mereka ada yang menjawab dengan asal ada juga yang menjawab serius.

Kenapa mereka seperti lebih cenderung masa bodoh dan cuek?

Memang seperti yang kita ketahui bersama, para remaja kurang memiliki minat untuk berkomentar atau memberikan pendapat pada dunia politik. Bahkan dari 10 remaja yang ikut memilih 9 mengatakan kalau dirinya hanya mengikuti apa yang diberitahukan oleh orang tua, tanpa mempunyai pendapat sendiri. Bahkan di Amerika 50% yang mempunyai hak memilih adalah remaja sedangkan yang datang untuk memilih pada pemilihan presiden saat itu Donald Trump hanya 20% remaja saja yang menggunakan hak pilihnya. Mereka mengatakan bahwa semua itu hanya untuk mereka yang sudah tua dan nggak penting buat mereka karena akan sama saja.

Hal ini bisa diambil kesimpulan bahwa sebenarnya kenapa remaja millenial cenderung memandang sebelah mata pada politik, karena;

1. Kampanye Terlalu Berlebihan

Disini para remaja melihat dengan banyaknya atribut kampanye yang dipasang di pinggir jalan atau dimanapun membuat mereka bingung untuk menentukan mana yang terbaik. Belum lagi dengan adanya kampanye yang mengerahkan masa banyak membuat mereka malas dan mungkin sebagian takut untuk terjun atau ikut di dalamnya.

2. Perdebatan politik yang mendominasi di stasiun televisi

Nah ini yang perlu di cermati buat para politisi, dengan banyaknya stasiun televisi yang menyiarkan debat terbuka atau jajak pendapat antar sesama politisi dari berbagai golongan membuat para remaja bosan untuk menonton televisi yang itunya hanya ngobrol – ngobrol nggak penting menurut mereka dan berujung ribut.

Karena bagi dunia mereka terlalu berat untuk menyimak berita atau acara tersebut dan tidak menarik. Coba yang disiarkan acara live musik pastinya remaja bakalan duduk tenang didepan televisi, apalagi acara musik mancaneraga atau kesukaan mereka.

3. Bagi mereka dunia mereka hanyak pendidikan dan teman – teman sebayanya,

Artinya ynag terpenting bagi mereka adalah pendidikan yang akan menunjang pendidikan mereka dan belajar, tanpa harus memikirkan bagaimana nantinya dengan kedepannya.

Ada tahapan fase pemahaman politik dalam remaja

Remaja bisa dikatakan dari usia anak 15 tahun hingga anak berusia 25 tahun, dimana fase remaja pertama’


Usia 15 s/d 19 tahun, fase ini biasanya didomisili oleh remaja yang masih berstatus anak sekolah, sedang dimana dunia mereka adalah dunia pendidikan sekolah masa untuk beranjak remaja mempelajari arti kehidupan.  Dan kebanyakan diisi dengan besarnya ego masing – masing dan kesenangan sesuai diri mereka dan teman – temannya. Sedangkan mereka yang berusia 17tahun keatas yang sudah mempunyai hak pilih ada dalam fase ini, yang cenderung untuk lebih cuek akan lingkingan sekitar.
Usia 19 s/d 20 tahun, fase dimana remaja sudah mulai belajar mengambil sikap untuk masa depannya, bahkan sudah cenderung banyak yang bekerja. Biasanya mereka usia lulus Sekolah Menengah Atas atau SMA/SMU, ada yang langsung bekerja ada juga yang meneruskan kuliah. Dimasa ini anak mulai untuk belajar mengambil sikap atau memilih yang terbaik untuk dirinya.
Usia 21 s/d 25 tahun, fase dimana remaja sudah menentukan sikap mana yang terbaik untuk masa depannya dan mulai berpikir bukan hanya untuk dirinya namun juga untuk keluarga dan orang banyak. Mereka mulai untuk menetukan apa yang harus saya pilih untuk berkarir dan menghidupi keluarga nanti disaat sekarang dan kedepannya.


Nah, dari 3 fase remaja diatas yang cenderung paham akan politik ada pada fase ke 3, karena dari sisi usia,dan pemahaman hidup mereka sudah mulai untuk berpikir kedepan.

Dan inilah yang mendasari kenapa dari 50% suara hak pilih yang kebanyakan remaja, jarang digunakan secara maksimal bahkan diluar negeripun dianggap remeh, terbukti dari 50% hak piih remaja yang digunakan hanya 15%  atau 20% saja.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved