Perang Saudara Spanyol: Ketika Fasisme Menang di Atas Republik
Tanggal: 14 Mei 2025 20:40 wib.
Perang Saudara Spanyol yang berlangsung antara 1936 hingga 1939 adalah salah satu peristiwa paling signifikan dalam sejarah Eropa abad ke-20. Konflik ini bukan hanya soal pertikaian internal di Spanyol, tetapi juga merupakan arena pertarungan ideologi antara fasisme dan republik. Di satu sisi, terdapat pihak yang membela pemerintahan republik yang demokratik, dan di sisi lain, ada gerakan fasis yang dipimpin oleh Jenderal Francisco Franco.
Jenderal Franco, yang merupakan sosok kunci dalam konflik ini, mengawali karier militernya dengan cepat meraih pengaruh di kalangan militer Spanyol. Ketika pemerintahan republik yang baru dibentuk pada tahun 1931 berusaha untuk melakukan reformasi sosial dan politik, banyak elemen konservatif dan militer merasa terancam. Ketidakstabilan politik ini mencapai puncaknya dengan terjadinya kudeta pada tahun 1936, yang dipelopori oleh Franco dan sekutunya.
Fasisme, yang telah meraih kekuasaan di Italia di bawah Benito Mussolini dan di Jerman di bawah Adolf Hitler, menjadi inspirasi bagi Franco. Ia tidak hanya mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga menggunakan propaganda untuk menarik dukungan dari berbagai elemen masyarakat, termasuk kalangan bisnis dan gereja. Franco berjanji untuk mengembalikan kekuasaan tradisional dan nilai-nilai moral yang, menurutnya, terancam oleh pemerintah republik.
Di pihak lain, republik Spanyol berusaha mempertahankan otoritasnya dengan mengandalkan berbagai kelompok politik, termasuk kaum sosialis, komunis, dan anarkis. Keragaman aliansi ini, meskipun kuat dalam ideologi, sering kali menyulitkan koordinasi di lapangan. Perpecahan internal ini memberi keuntungan bagi Franco dan pasukannya, yang dikenal sebagai Nasionalis. Pertempuran demi pertempuran berlangsung di seluruh Spanyol, dengan kedua belah pihak mengalami kerugian yang sangat besar.
Pertempuran yang paling terkenal adalah Pertempuran Guadalajara dan Pertempuran Madrid. Pertempuran ini tidak hanya menjadi simbol ketegangan antara fasisme dan republik, tetapi juga menarik perhatian internasional. Banyak relawan dari berbagai negara, termasuk di antaranya tokoh-tokoh intelektual dan penyair, datang untuk bergabung dengan republikan, termasuk tokoh terkenal seperti George Orwell dan Ernest Hemingway.
Ketika perang berlangsung, kekuatan fasis di bawah pimpinan Franco mendapatkan dukungan dari Nazi Jerman dan Italia Fascista, yang ikut mengirimkan persenjataan dan pasukan. Sementara itu, pihak republik tidak mendapatkan dukungan yang sama dari kekuatan internasional, yang sebagian besar memilih untuk tetap netral atau hanya memberikan dukungan terbatas. Hal ini sangat berkontribusi pada kemenangan fasisme di Spanyol.
Pada tahun 1939, setelah hampir tiga tahun konflik brutal, Franco berhasil menggulingkan pemerintahan republik dan mendeklarasikan Spanyol sebagai negara fasis di bawah kekuasaannya. Dengan berkuasanya fasisme, Spanyol memasuki masa pemerintahan yang represif, di mana banyak aktivis politik, seniman, dan intelektual ditangkap, diasingkan, atau dieliminasi. Kebebasan berpendapat dan berekspresi ditekan, dan pun dibungkam demi mempertahankan kekuasaan Franco.
Kemenangan Franco dalam Perang Saudara Spanyol mengakibatkan dampak jangka panjang bagi negara tersebut. Rezim yang terbentuk di bawah kepemimpinannya tidak hanya berimbas pada kehidupan politik, tetapi juga budaya dan sosial di Spanyol. Dalam beberapa dekade ke depan, warisan fasisme akan terus mempengaruhi dinamika politik dan identitas nasional Spanyol, meskipun pada akhirnya, pada tahun 1975, setelah kematian Franco, negara itu mulai beralih menuju demokrasi.