Perang di Yaman: Tragedi Kemanusiaan yang Dilupakan
Tanggal: 14 Mei 2025 18:44 wib.
Perang di Yaman telah menjadi salah satu konflik paling menyedihkan dan memprihatinkan dalam sejarah modern. Sejak meletusnya perang sipil pada tahun 2014, keadaan di negara ini semakin memburuk dan menimbulkan tragedi kemanusiaan yang tak terukir dalam ingatan banyak orang. Yaman, yang dulunya dikenal sebagai negeri yang kaya akan budaya dan sejarah, kini terperosok ke dalam kekacauan yang luar biasa.
Konflik ini dimulai ketika kelompok Houthi, yang merupakan gerakan asal Zaidi di utara Yaman, menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional yang dipimpin oleh Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi. Dalam beberapa bulan, kelompok Houthi berhasil menguasai ibu kota Sana'a, dan situasi mulai memburuk ketika koalisi Arab, yang dipimpin oleh Arab Saudi, memutuskan untuk campur tangan dengan melancarkan serangan udara pada Maret 2015.
Koalisi Arab ini mengklaim bahwa mereka bertujuan untuk mengembalikan mantan pemerintah dan mencegah pengaruh Iran di Yaman. Namun, intervensi ini justru memperpanjang konflik dan menambah penderitaan bagi rakyat Yaman. Sejak itu, perang sipil di Yaman telah berlangsung selama lebih dari delapan tahun, dengan dampak yang menghancurkan bagi kehidupan masyarakat.
Yaman kini menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Menurut laporan dari PBB, hampir 24 juta orang di Yaman, atau sekitar 80% dari total populasi, membutuhkan bantuan kemanusiaan. Banyak anak-anak yang menderita malnutrisi, dan diperkirakan lebih dari 2 juta anak di bawah umur lima tahun mengalami gizi buruk. Resesi ekonomi dan hancurnya infrastruktur semakin memperburuk situasi, membuat akses terhadap layanan dasar seperti air bersih, kesehatan, dan pendidikan sangat terbatas.
Perang di Yaman juga menimbulkan dampak yang luas di bidang kesehatan. Rumah sakit banyak yang rusak atau tidak berfungsi, dan petugas medis sering kali tidak dibayar selama berbulan-bulan. Ini menyebabkan meningkatnya angka kematian akibat penyakit dan kurangnya perawatan medis, terutama selama pandemi COVID-19 yang semakin memperburuk keadaan.
Seiring berjalannya waktu, perhatian dunia terhadap perang sipil di Yaman mulai berkurang. Berita tentang konflik ini sering kali tergantikan oleh isu-isu lainnya, padahal kebutuhan kemanusiaan di Yaman semakin mendesak. Banyak negara donor yang awalnya berkomitmen untuk memberikan bantuan kini mulai mengurangi dukungannya, membuat situasi semakin parah.
Koalisi Arab yang terlibat dalam konflik ini juga menghadapi kritik internasional terkait aksi militer mereka yang banyak memakan korban jiwa di kalangan sipil. Serangan udara yang dilakukan sering kali menargetkan area pemukiman, dan tidak jarang menyebabkan kerusakan pada infrastruktur vital seperti sekolah dan rumah sakit. Banyak laporan independen yang menyebutkan bahwa koalisi Arab telah melakukan pelanggaran hukum internasional, tetapi hingga kini, belum ada pertanggungjawaban yang jelas.
Sementara itu, kelompok Houthi juga dituding melakukan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk merekrut anak-anak dan melakukan penangkapan sewenang-wenang terhadap lawan politik. Situasi ini menciptakan siklus kekerasan yang tampaknya tak berujung, membuat rakyat Yaman semakin terpuruk dalam penderitaan.
Di tengah tragedi kemanusiaan yang berlangsung, suara-suara dari dalam Yaman sering kali terabaikan. Rakyat Yaman berjuang untuk mendapatkan perhatian dunia, berharap agar konflik yang telah menciptakan kesakitan dan penderitaan tak berujung ini mendapatkan solusi yang adil dan berkelanjutan. Sebagai salah satu negara terpinggirkan di Dunia Arab, Yaman layak mendapatkan dukungan lebih besar dari masyarakat internasional guna mengakhiri perang dan memulai proses rekonstruksi yang mendesak.