Sumber foto: pinterest

Pembunuhan Mahatma Gandhi: Kekerasan atas Perdamaian

Tanggal: 15 Mei 2025 08:18 wib.
Tampang.com | Mahatma Gandhi, tokoh besar dalam sejarah India, sering dipandang sebagai simbol perdamaian dan perjuangan tanpa kekerasan. Upayanya untuk memperjuangkan kemerdekaan India dari penjajahan Inggris tidak hanya membentuk nasib bangsa, tetapi juga menginspirasi gerakan-gerakan hak asasi manusia di seluruh dunia. Namun, di balik seluruh upaya penuh kasihnya ini, terdapat sebuah kisah tragis tentang kekerasan yang merenggut nyawanya pada tahun 1948.

Pada tanggal 30 Januari 1948, Gandhi ditembak oleh Nathuram Godse, seorang nasionalis Hindu yang menganggap Gandhi terlalu lunak terhadap Muslim dan mengkhianati kepentingan Hindu. Godse, yang merupakan anggota organisasi akademis nasionalis, merasa bahwa pendekatan Gandhi dalam berdiplomasi dan bernegosiasi dengan pemimpin Muslim, termasuk dalam proses pembagian India, mengancam kekuatan dan identitas Hindu. Meskipun Gandhi dikenal dengan tuntutannya untuk memecahkan kesalahpahaman antar agama dengan cinta kasih dan pengertian, tindakan Godse menunjukkan betapa jauh pandangannya bertentangan dengan keyakinan beberapa nasionalis pada masa itu.

Kekerasan atas perdamaian yang terjadi pada hari itu mencerminkan ketegangan yang mendalam dalam masyarakat India yang baru merdeka. India, yang dibagi menjadi dua negara berdasarkan garis agama, India dan Pakistan, menghadapi konflik berkepanjangan antara komunitas Hindu dan Muslim. Banyak orang merasakan bahwa pemimpin-pemimpin pada waktu itu tidak mampu menjaga stabilitas, dan ketidakpuasan ini sering kali meletus dalam bentuk kekerasan. Munculnya gerakan nasionalis yang ekstrem, diimbangi dengan keinginan Gandhi untuk menggalang persatuan dan harmoni, menciptakan konfrontasi yang tak terhindarkan.

Di tengah banyaknya tantangan yang dihadapi, Gandhi tetap mengadvokasi cara-cara damai dalam perjuangannya. Prinsip satyagraha, yang berarti "kekuatan kebenaran", menjadi senjatanya dalam memerangi kolonialisme dan penindasan. Ia percaya bahwa melalui ketidakpatuhan sipil dan aksi damai, masyarakat India dapat mengguncang fondasi kekuatan kolonial tanpa menumpahkan darah. Pendekatan ini terbukti efektif, dan banyak rakyat India yang mengikutinya, namun tetap saja, kekerasan kerap merongrong upaya perjuangan damai ini.

Setelah kematiannya, gelombang kemarahan dan perasaan kehilangan menyelimuti India. Masyarakat yang pernah terpecah kini merasakan dampak dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang individu. Pembunuhan Gandhi tidak hanya meninggalkan luka mendalam di hati banyak orang, tetapi juga menjadi momentum untuk merenungkan kembali nilai-nilai yang diyakini dan diperjuangkan oleh sang pemimpin. Sejarah mencatat bagaimana Gandhi, seorang pemimpin nasionalis yang sangat berpengaruh, dibunuh bukan oleh angkatan bersenjata musuh, tetapi oleh orang yang seharusnya memiliki pandangan serupa tentang cinta dan persatuan.

Penting untuk diingat bahwa kekerasan tidak akan pernah menjadi jalan keluar untuk mencapai kedamaian. Pembunuhan Mahatma Gandhi adalah pengingat bahwa dalam upaya mencapai tujuan, karakter dan nilai-nilai manusiawi harus tetap dip prioritaskan. Dalam konteks Indonesia hari ini, seiring dengan segala keragaman yang dimiliki, semangat Gandhi tetap relevan. Perjuangan tanpa kekerasan, dialog, dan saling pengertian di tengah perbedaan, sejatinya adalah warisan terbesar yang ditinggalkan oleh Gandhi.

Dengan jejak sejarah yang sangat berharga, kisah Mahatma Gandhi terus menginspirasi banyak generasi dan menjadi simbol harapan bagi sebuah dunia yang lebih manusiawi dan penuh kasih. Kini, ketika kita mengenang perjuangan Gandhi, kita Diingatkan untuk tidak membiarkan kekerasan mengalahkan suara perdamaian dan kasih sayang yang seharusnya menjadi fondasi dari sebuah bangsa yang bersatu.
 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved