Sumber foto: pinterest

Pembubaran Masyumi: Ketika Partai Islam Dibekukan oleh Soekarno

Tanggal: 17 Mei 2025 15:01 wib.
Pembubaran Masyumi, sebuah partai politik Islam yang berdiri pada tahun 1945, merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah politik Indonesia. Masyumi, yang merupakan singkatan dari Majelis Syuro Muslimin Indonesia, didirikan dengan tujuan untuk memperjuangkan aspirasi umat Islam di tanah air. Partai ini memiliki pengaruh besar dalam politik Indonesia, terutama pada masa-masa awal kemerdekaan. Namun, dalam perjalanan sejarahnya, Masyumi mengalami pembubaran yang dramatis pada era kepemimpinan Presiden Soekarno, yang menciptakan dampak luas bagi perpolitikan Islam di Indonesia.

Pada awal 1960-an, Indonesia berada dalam fase yang penuh gejolak, baik dari segi politik maupun sosial. Soekarno, sebagai presiden, menerapkan kebijakan yang dikenal dengan "Demokrasi Terpimpin," yang berusaha mengonsolidasikan kekuasaan dan mengurangi pengaruh partai-partai yang dianggap mengancam stabilitas politik negara. Masyumi, sebagai salah satu partai besar dan terkenal, menjadi target utama dalam upaya Soekarno untuk mengendalikan situasi politik saat itu. 

Pembubaran Masyumi dilakukan pada tahun 1960 ketika Soekarno mencabut izin operasionalnya melalui sebuah Dekrit. Proses pembubaran ini diwarnai dengan berbagai tuduhan bahwa Masyumi terlibat dalam aktivitas yang dianggap subversif serta berpotensi menentang pemerintahan yang sah. Tuduhan ini sering kali tidak didukung dengan bukti yang kuat. Namun, dalam konteks politik saat itu, pembubaran ini dilihat sebagai langkah strategis oleh Soekarno untuk memperkuat posisinya di tengah persaingan politik.

Satu alasan utama di balik pembubaran Masyumi adalah kebangkitan gerakan komunis yang mulai mendapatkan pengaruh di Indonesia. Soekarno merasa bahwa Masyumi, yang memiliki basis dukungan mayoritas di kalangan umat Islam, dapat menjadi ancaman bagi agenda "Nasakom" (Nasionalis, Agama, dan Komunis) yang ia galang. Upaya untuk menetralkan Masyumi dianggap perlu agar kestabilan politik dapat terjaga dan agar gerakan komunis tidak berkembang lebih jauh.

Setelah pembubaran Masyumi, banyak anggota dan simpatisan partai tersebut yang terpaksa beradaptasi dengan kondisi baru. Sebagian memilih untuk bergabung dengan partai lain, sementara yang lain mengalihkan fokus kepada aktivitas sosial dan keagamaan. Masyumi yang pernah berjaya di pentas politik mengalami kemunduran yang sangat signifikan. 

Pascapembubaran, Soekarno melanjutkan kebijakan politiknya dengan memperkuat kekuasaan pribadi dan memperkuat pilar-pilar pendukungnya, seperti PKI (Partai Komunis Indonesia) serta partai-partai lain yang sejalan dengan visinya. Dalam konteks ini, Masyumi tidak hanya kehilangan eksistensinya sebagai partai politik tetapi juga berkontribusi pada pembentukan tata politik yang sangat berbeda di Indonesia.

Dari perspektif lebih luas, pembubaran Masyumi menandakan tahap perubahan dalam representasi politik Islam di Indonesia. Setelah Masyumi dibubarkan, pergerakan politik Islam terbagi menjadi berbagai fraksi yang kurang terkoordinasi. Masyumi yang pernah menawarkan alternatif memiliki posisi yang kuat sebagai penggerak aspirasi umat Islam, kini tinggal kenangan. 

Peristiwa ini juga menunjukkan bagaimana kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap dinamika politik dan keberadaan partai-partai politik di Indonesia. Anggota Masyumi dan pendukungnya harus menghadapi tantangan baru dalam menggunakan suara dan pengaruh mereka di tengah pembatasan yang dikenakan oleh rezim Soekarno. Pembubaran partai ini menjadi pelajaran penting dalam memahami proses politik di Indonesia dan perjuangan umat Islam dalam konteks sejarah yang lebih luas.
 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved