Pejabat Arab Saudi Balas Netanyahu, Pindahkan Israel ke Alaska
Tanggal: 10 Feb 2025 17:57 wib.
Ketegangan antara pemimpin dunia kembali memanas, kali ini melibatkan Anggota Dewan Syura Arab Saudi, Yousef bin Trad Al-Saadoun, yang memberikan balasan tajam atas pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Netanyahu sebelumnya mengusulkan agar negara Palestina didirikan di Arab Saudi, sebuah pernyataan yang segera menuai protes keras dari berbagai pihak, termasuk pejabat Saudi.
Al-Saadoun dengan tegas membalas ejekan tersebut melalui sebuah pernyataan yang diterbitkan di surat kabar Saudi Okza. Dalam komentarnya, ia menyarankan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk memindahkan Israel ke Alaska, sebuah sindiran yang dilontarkan sebagai tanggapan atas kebijakan luar negeri AS yang dianggap ceroboh dan tidak mengindahkan suara para ahli.
“Daripada negara Palestina ditempatkan di Arab Saudi, lebih baik Trump memindahkan Israel ke Alaska, dan kemudian, setelah wilayah itu dicaplok, pindahkan lagi ke Greenland,” ujar Al-Saadoun. Sindiran ini menyoroti ketidaksetujuan Arab Saudi terhadap kebijakan AS dan Israel, serta menegaskan penolakan keras terhadap ide pendirian negara Palestina di tanah Arab Saudi.
Al-Saadoun juga menyampaikan kritik tajam terhadap kebijakan luar negeri Presiden Donald Trump, khususnya terkait Timur Tengah. Ia menilai bahwa langkah-langkah yang diambil Trump, seperti pengakuan atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan rencana perdamaian yang kontroversial, lebih banyak didorong oleh keputusan sepihak dan tanpa mempertimbangkan pendapat para ahli atau memfasilitasi dialog antara pihak-pihak yang berseteru.
“Keputusan-keputusan ceroboh ini tak mempedulikan saran para ahli dan enggan untuk berdialog. Kebijakan ini bukan hanya merusak hubungan internasional, tetapi juga menghancurkan upaya-upaya perdamaian yang telah lama diusahakan di kawasan ini,” tegas Al-Saadoun.
Usulan Netanyahu untuk mendirikan negara Palestina di Arab Saudi sebelumnya telah menarik perhatian internasional. Sebagai negara yang selama ini menjadi pendukung kuat perjuangan Palestina, Arab Saudi tentu saja menolak keras gagasan ini. Saran Netanyahu dianggap sebagai upaya untuk menggulingkan posisi Palestina yang telah diperjuangkan oleh negara-negara Arab selama puluhan tahun, serta sebagai ancaman terhadap stabilitas regional.
Sementara itu, kebijakan AS di bawah kepemimpinan Trump terus menuai kecaman dari berbagai negara di kawasan Timur Tengah. Sejumlah langkah kontroversial, termasuk pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan rencana perdamaian yang dianggap pro-Israel, semakin memperburuk hubungan antara AS dan negara-negara Arab, termasuk Arab Saudi.
Balasan tajam dari Al-Saadoun menunjukkan bahwa ketegangan antara negara-negara Arab dan Israel, serta keterlibatan AS dalam isu Palestina, masih jauh dari titik temu. Sementara itu, solusi dua negara yang telah lama diajukan oleh komunitas internasional tampaknya semakin sulit untuk tercapai di tengah sikap keras dari pihak-pihak yang terlibat.
Pernyataan Al-Saadoun yang menyarankan pemindahan Israel ke Alaska mencerminkan ketegangan yang semakin dalam antara Arab Saudi dan Israel, yang dipicu oleh kebijakan luar negeri Trump dan Netanyahu. Saran ini menjadi sindiran tajam terhadap upaya-upaya diplomatik yang dianggap sepihak dan tidak memperhatikan kepentingan Palestina serta stabilitas kawasan Timur Tengah. Sebuah jalan panjang masih terbentang sebelum solusi yang adil dan damai dapat tercapai di kawasan yang terus dilanda ketegangan ini.