Parlemen Iran Setujui Penutupan Selat Hormuz Pasca Pengeboman Oleh AS
Tanggal: 23 Jun 2025 10:49 wib.
Parlemen Iran dikabarkan telah setuju untuk mengambil langkah-langkah untuk menutup Selat Hormuz pasca serangan udara yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Kabar ini muncul dari Press Iran TV pada hari Minggu, 22 Juni 2025. Keputusan tersebut diharapkan akan memberikan dampak besar, baik secara ekonomi maupun geopolitik, dalam skala global.
Selat Hormuz merupakan jalur vital yang menghubungkan Laut Arab dengan Teluk Persia, dan menjadi tempat transit sekitar 20% dari total pasokan minyak dunia. Pengendalian selat ini tidak hanya penting bagi Iran, tetapi juga bagi banyak negara yang bergantung pada minyak dari Timur Tengah. Jika selat ini benar-benar ditutup, dunia dapat mengalami efek domino yang signifikan. Harga minyak diprediksi akan melonjak tajam, yang pada gilirannya akan meningkatkan biaya bensin dan ongkos logistik. Ini bisa menjadi bencana bagi perekonomian global yang sudah rapuh, khususnya di negara-negara yang sangat bergantung pada importasi energi.
Dari sisi ekonomi, dampaknya akan terasa di berbagai sektor. Kenaikan harga minyak dapat menyebabkan harga barang kebutuhan sehari-hari meroket, mempengaruhi daya beli masyarakat. Kenaikan biaya transportasi dan logistik tidak hanya akan membuat barang-barang menjadi lebih mahal, tetapi juga mengguncang stabilitas ekonomi negara-negara konsumen. Hal ini bisa memperburuk inflasi, menciptakan krisis yang lebih besar jika situasi ini berlarut-larut.
Meskipun mayoritas anggota parlemen Iran telah menyetujui langkah-langkah untuk menutup Selat Hormuz, keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Entitas ini memiliki kekuatan untuk menyetujui atau menolak rencana tersebut. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada semangat untuk bertindak, keputusan strategis yang kompleks tetap harus diformulasikan, mengingat banyaknya faktor yang terlibat dalam geopolitik kawasan.
Dampak geopolitik dari penutupan Selat Hormuz dapat mengarah pada ketegangan militer yang lebih besar di kawasan tersebut. Pihak-pihak yang berkepentingan, terutama negara-negara besar yang tergantung pada pasokan energi, mungkin akan merespons dengan cepat. Ancaman akan membuat situasi menjadi lebih tegang, berpotensi menciptakan konflik berskala lebih besar yang bisa melibatkan tidak hanya Iran dan AS, tetapi juga negara-negara sekutu mereka di Timur Tengah dan sekitarnya.
Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat semakin meningkat, terutama setelah serangan terbaru yang dipicu oleh ketegangan yang sudah berlangsung lama. Penutupan Selat Hormuz tidak hanya akan menjadi langkah defensif dari Iran, tetapi juga dapat dilihat sebagai tindakan provokatif yang dapat memicu reaksi berantai dari negara-negara besar lainnya. Dalam konteks ini, Selat Hormuz menjadi simbol penting dari pertarungan kekuatan geopolitik yang lebih luas.
Dengan latar belakang ini, keputusan parlemen Iran untuk menutup Selat Hormuz bukanlah sebuah langkah yang sepele, tetapi juga merupakan refleksi dari dinamika kompleks yang melibatkan energi, ekonomi, dan militer. Dunia kini menanti bagaimana situasi ini akan berkembang, dan sejauh mana langkah-langkah ini akan mempengaruhi stabilitas kawasan serta perekonomian global. Mengingat ketergantungan dunia pada pasokan minyak, situasi ini bisa berpotensi memicu krisis energi global yang serius.