Sumber foto: pinterest

Operasi Condor: Teror Politik Amerika Latin

Tanggal: 14 Mei 2025 20:39 wib.
Operasi Condor adalah salah satu episode paling gelap dalam sejarah hubungan internasional, khususnya bagi Amerika Latin selama pertengahan abad ke-20. Program ini melibatkan jaringan intelijen yang dibentuk oleh sejumlah negara di benua tersebut dengan dukungan dari CIA, yang saat itu menjadi agen utama dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Tujuan operasi ini adalah untuk mengkoordinasikan reaksi terhadap ancaman komunis dan menanggulangi pergerakan kiri di seluruh Amerika Latin yang dianggap sebagai ancaman bagi kepentingan politik dan ekonomi AS.

Setelah Perang Dunia II, banyak negara di Amerika Latin mengalami pergolakan politik dalam upaya mencari bentuk pemerintahan yang ideal. Banyaknya kudeta militer yang terjadi di benua ini menghasilkan munculnya berbagai rezim diktator yang didukung oleh Amerika Serikat. Para pemimpin ini, sering kali menggunakan kekuatan otoriter untuk menumpas oposisi politik dan menegakkan kontrol mereka. Dengan bantuan CIA, berbagai penguasa diktator ini diberi pelatihan dalam taktik pelecehan, penyiksaan, dan penghilangan paksa terhadap siapa pun yang dianggap sebagai ancaman.

Salah satu contoh paling mencolok dari operasi ini adalah di Chile ketika Jenderal Augusto Pinochet mengambil alih kekuasaan melalui kudeta militer pada tahun 1973. CIA memberikan dukungan yang signifikan dalam menggulingkan pemerintahan demokratis Salvador Allende, yang dikenal sebagai sosialis. Pinochet kemudian menjalankan rezim represif, di mana ribuan orang dilaporkan hilang dan banyak yang disiksa. Operasi Condor berfungsi sebagai kerangka kerja bagi rezim-rezim otoriter lainnya di negara-negara seperti Argentina, Uruguay, Paraguay, Bolivia, dan Brasil untuk bertukar informasi dan melakukan tindakan teror terhadap lawan politik atau aktivis yang dianggap membahayakan stabilitas mereka.

Amerika Serikat, melalui CIA, tidak hanya berperan dalam mendukung diktator, tetapi juga dalam menciptakan dokumentasi dan prosedur yang memungkinkan kolaborasi antara negara-negara tersebut. Program ini sering kali mencakup koordinasi untuk pembunuhan, penangkapan, dan penghilangan orang-orang yang dianggap sebagai lawan politik. Dengan demikian, Operasi Condor menjadi alat untuk mengintimidasi dan membungkam suara-suara yang menuntut hak asasi manusia serta keadilan sosial di Amerika Latin.

Diktator di Amerika Latin pada periode ini sering kali mendapatkan legitimasi internasional berkat dukungan militer dan politik dari Amerika Serikat. Banyak pengamat internasional mengkritik keberpihakan AS yang dianggap menciptakan lingkungan kekerasan dan ketidakstabilan yang berkepanjangan. Taktik yang diterapkan oleh regime-rezhim ini bahkan menjadi model bagi negara-negara lain yang bergulat dengan gerakan oposisi, memperlihatkan betapa besarnya pengaruh yang dimiliki oleh CIA dalam menentukan arah politik di luar negeri.

Walaupun Operasi Condor mulai melemah di akhir tahun 1970-an, warisannya masih terasa hingga hari ini. Banyak keluarga dari mereka yang hilang masih mencari keadilan, dan dampak dari kebijakan tersebut menyisakan luka yang dalam di masyarakat Amerika Latin. Hingga kini, perdebatan tentang moralitas dan dampak dari operasi tersebut terus berlangsung, mempertanyakan keabsahan tindakan yang diambil oleh negara-negara yang menjalankannya, serta peran aktif Amerika Serikat dalam mendukung rezim-rezim otoriter. 

Operasi Condor mencerminkan ketidakstabilan politik, serta konsekuensi dari intervensi asing yang dipimpin oleh kekuatan besar seperti Amerika Serikat. Beberapa dekade setelah hilangnya banyak jiwa, fakta bahwa banyak tindakan kekerasan ini terjadi dengan dukungan CIA menunjukkan betapa memilih untuk melindungi kepentingan politik sering kali dapat membawa dampak tragis bagi rakyat.
 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved