Menteri HAM Bangga Dikritik Usai Usul Anggaran Rp20 Triliun
Tanggal: 2 Nov 2024 20:49 wib.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), Natalius Pigai, beberapa waktu lalu menuai beragam kritik setelah mengusulkan anggaran sebesar Rp20 triliun untuk Kementerian HAM. Polemik ini pun menuai perhatian publik serta masyarakat Indonesia. Meskipun demikian, Natalius Pigai justru menyambut kritik tersebut dengan sikap yang berbeda. Dia mengaku bangga dengan serangan yang ada dan mengatakan ini jadi upaya untuk membuat HAM menjadi pusat atau fokus utama kebijakan di Republik Indonesia.
Dalam pernyataannya, Natalius Pigai menyatakan bahwa kritik dan serangan terhadap dirinya merupakan bagian dari demokrasi yang seharusnya diterima secara bijaksana. Menurutnya, hal ini sejalan dengan semangat transparansi dalam pengelolaan anggaran negara. Pigai juga berpendapat bahwa kritik dan masukan dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk memperbaiki kinerja dan kebijakan yang diterapkan oleh Kementerian HAM.
"Saya bangga hari ini karena saya diserang karena saya mau, ingin membawa bangsa ini menjadi bangsa yang besar dengan melakukan terobosan-terobosan di luar bayangan semua orang, di mana mengangkat hak asasi manusia diabaikan di ujung dari kebijakan politik dan pembangunan, menjadi masukan dalam sentrum utama kebijakan di Republik ini," kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi XIII DPR, Kamis (31/10).
Lebih jauh, Natalius Pigai menegaskan bahwa usulannya untuk anggaran Kementerian HAM yang besar adalah untuk memperkuat upaya penegakan HAM di Indonesia. Dia meyakini bahwa HAM harus menjadi fokus utama dalam pembangunan bangsa, dan anggaran yang besar diperlukan untuk mendukung berbagai program perlindungan dan penegakan HAM di Tanah Air.
Polemik seputar usulan anggaran tersebut menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Banyak pihak yang mendukung usulan tersebut dengan alasan perlunya perhatian serius terhadap HAM di Indonesia. Namun, tidak sedikit pula yang menentangnya, terutama terkait dengan jumlah anggaran yang diusulkan dan pertanggungjawaban penggunaannya.
Salah satu kalangan yang memberikan kritik terhadap usulan anggaran tersebut adalah dari kalangan aktivis dan organisasi non-pemerintah yang memperjuangkan HAM. Mereka menilai bahwa tidak hanya masalah jumlah anggaran yang menjadi perhatian, tetapi juga efektivitas penggunaannya untuk meningkatkan perlindungan HAM di Indonesia.
Pada kesempatan lain, Natalius Pigai sendiri sempat menyampaikan bahwa Kementerian HAM akan berkomitmen untuk melakukan pengawasan yang ketat terhadap penggunaan anggaran yang diajukan. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa setiap rupiah anggaran yang digunakan benar-benar memberikan dampak yang signifikan dalam upaya perlindungan serta penegakan HAM di Indonesia.
Dengan polemik yang terjadi, diharapkan bahwa hal ini dapat mendorong peningkatan kualitas dan efektivitas program-program Kementerian HAM. Hambatan, kritik, serta masukan dari berbagai pihak seharusnya dijadikan sebagai tantangan untuk terus melakukan perbaikan demi mewujudkan perlindungan dan penegakan HAM yang lebih baik di Indonesia.
Dalam menghadapi polemik seputar usulan anggaran ini, Natalius Pigai menyatakan bahwa kebijakan yang diambilnya merupakan bagian dari upaya untuk menjadikan HAM sebagai pusat atau fokus utama kebijakan di Republik Indonesia. Dengan demikian, peran Menteri HAM sebagai pemangku kebijakan di bidang HAM diharapkan dapat terus berkembang dalam menghadapi berbagai tantangan dan dinamika yang ada.