Mencermati Berbagai Peristiwa Bela Ahok, ada apa di Balik itu Semua ???
Tanggal: 13 Mei 2017 20:04 wib.
Tampang.com- Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sudah hampir setahun ini namanya tak henti-hentinya menjadi pembicaraan masyarakat Jakarta, seluruh Indonesia bahkan sampai belahan dunia. Mulai dari kasus gusur menggusur warga, caci maki terhadap warga bahkan sampai pembangunan Ibukota Jakarta yang kata pendukungnya semakin maju, menjadi perbicangan masyarakat. Mulai kasus ucapannya yang menghina agama islam, Pilkada DKI Jakarta bahkan sampai vonis hakim yang sudah dijatuhkan kepadanya dengan hukuman 2 tahun penjara, masih menjadi perdebatan di warung kopi sampai tingkat pejabat tinggi. Rasanya kok nggak capek dan bosen yaa membicarakan seorang Ahok ? tapi ya sudahlah anggap saja sebagai hiburan ditengah harga-harga yang mulai melonjak, tarif listrik naik dan kehidupan yang semakin sulit ini.
Masih hangat di pikiran kita ketika kasus Ahok mulai digelar karena melecehkan Al Qur'an Surat Al Maidah ayat 51, walaupun sudah terjadi gelombang demo massa islam secara besar-besaran, kasus ini seolah-olah enggan digelar baik oleh pihak kepolisian maupun kejaksaan. Padahal ketika seorang Arswendo, Permadi dan Lia eden dianggap melecehkan agama islam, mereka langsung diseret ke tahanan tanpa proses yang memakan waktu lama. Orang akhirnya beranggapan karena alasan politislah kasus ahok ini susah sekali disidangkan mengingat saat itu ahok dan Jarot sedang menjadi paslon di Pilgub DKI jakarta.
Saat Ahok sedang menghadapi persidangan dan mengikuti Pilkada putaran kedua melawan pasangan Anies- Sandi, Team ahok berusaha bekerja keras untuk tetap memenangkan jago mereka, bahkan sampai team Cyber ahok diturunkan di media sosial dengan jumlah yang cukup banyak. Tapi apa daya, kasus penodaan agama yang menjeratnya menjadi ganjalan untuk kemenangannya, dan jangan lupa masyarakat bawah yang selama ini menjadi pendulang suara PDIP menjadi senjata bumerang yang menghancurkan suara ahok-jarot karena kekecewaan masyarakat akibat perbuatan gusur menggusur dan arogansi Sang Ahok.
Saat ahok kalah di Pilkada DKI dengan kekalahan telak sampai dua digit presentasi perolehan suara, muncul kasus ribuan karangan bunga di balai kota jakarta dari para pendukung ahok. Mereka memberikan dukungan moril atas kekalahan ahok, padahal kalau kita pikir buat apa dukungan moril, toh kalah menang dalam Pilkada sudah menjadi hal yang biasa ? Kalau dicermati mungkin karangan-karangan tersebut tidak hanya memberikan dukungan moral tetapi untuk memberikan kesan simpati terhadap Ahok karena kasus penodaan agamanya masih bergulir. Pendukung ahok seolah ingin menunjukkan kalau ahok masih banyak dicintai rakyat dan tidak pantas untuk dijatuhi hukuman.
Saat hakim pengadilan tinggi Jakarta Utara menjatuhkan vonis 2 tahun penjara terhadap ahok, lebih berat dari tuntutan jaksa yang hanya menuntut ahok dengan 1 tahun penjara masa percobaan 2 tahun, lagi-lagi pendukung ahok melakukan gerakan demo bahkan sampai tengah malam, bahkan sampai hari libur waisyak yang harusnya menghormati perayaan umat Budha, bahkan sampai merembet di kota-kota lainnya yang melakukan aksi yang sama, bahkan sampai dunia internasional ikut bersuara kalau ayat tentang penodaan agama harus dikaji ulang, aksi retas yang dilakukan pendukung ahok di pengadilan negeri sampai kepolisian Riau seolah-olah ingin menunjukkan kalau ahok tidak bersalah dan tidak pantas dijatuhi hukuman.
Sebetulnya kalau mau dicermati, semua aksi yang berlangsung semata-mata hanya ingin membesarkan nama ahok yang dianggap sebagai Pahlawan Bhineka Tunggal Ika, padahal kalau masyarakat menyadari dari seorang ahoklah masyarakat menjadi tercerai berai, saling maki, saling hujat dan saling saling lainnya.
Kalau mau dicermati, berbagai aksi yang dilakukan massa pendukung ahok di Jakarta bahkan sampai ke kota-kota lainnya sebetulnya hanya untuk menarik simpati masyarakat secara lebih luas dan lebih banyak seolah-olah masyarakat Indonesia tidak rela kalau ahok ditahan,
Semua ini apakah merupakan strategi dari team ahok yang ingin menggiring opini masyarakat bahwa seorang ahok masih dicintai oleh rakyatnya, karena mereka menyadari kalau hukum sudah ditetapkan akan sulit untuk dilawan, karena itu dibuat strategi lainnya dengan mengerahkan massa lebih banyak agar bisa menekan pengadilan memperlancar upaya kuasa hukum ahok melakukan banding atasan putusan hakim, menggiring dunia internasional untuk menekan hukum di Indonesia agar mengkaji ulang pasal mengenai penodaan agama, kucuran air mata dari para pendukung ahok dalam upaya menarik simpati masyarakat dan berbagai upaya lainnya yang pada akhir tujuannya Ahok dibebaskan.
Kita lihat saja nanti kelanjutannya apakah pengadilan tetap memutuskan hukuman untuk ahok atau kebebasan yang diterima ahok.