Sumber foto: pinterest

Masjid dan Mobilisasi Politik

Tanggal: 21 Apr 2025 08:24 wib.
Masjid telah lama menjadi pusat kegiatan umat Islam, bukan hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga sebagai ruang sosial dan politik. Dalam konteks politik praktis, masjid berperan penting dalam mobilisasi masyarakat, terutama saat menjelang pemilihan umum atau dalam momen-momen lainnya yang mengharuskan partisipasi politik. Melalui orasi yang disampaikan di dalam masjid, para pemimpin atau tokoh masyarakat sering kali memanfaatkan momentum ini untuk menyuarakan visi, misi, dan aspirasi politik mereka.

Sejak zaman dahulu, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat shalat, tetapi juga sebagai tempat diskusi dan perdebatan. Dalam konteks politik praktis, masjid menjadi arena di mana suara raja, pemimpin komunitas, dan warga biasa bertemu. Orasi yang disampaikan di dalam masjid tidak hanya mengandung pesan agama, tetapi juga isu-isu sosial dan politik yang relevan dengan kondisi masyarakat saat itu. Dengan demikian, masjid menjadi tempat yang strategis untuk membangun konsensus dan menggerakkan massa menuju perubahan.

Salah satu bentuk mobilisasi politik yang terlihat jelas adalah saat kampanye politik di mana para calon pemimpin melakukan orasi di dalam masjid. Mereka menyampaikan janji-janji politik mereka, mempromosikan program-program yang akan dilaksanakan, dan mengajak jamaah untuk berpartisipasi dalam pemilihan. Dalam banyak kasus, pemilihan umum di Indonesia tidak terlepas dari peran masjid sebagai sarana untuk menggalang dukungan dan mengedukasi publik tentang kandidat yang akan dipilih.

Namun, mobilisasi politik di masjid juga tidak terlepas dari berbagai isu dan kontroversi. Tindakan menggunakan masjid sebagai kendaraan politik praktis sering kali mendapat kritik. Beberapa kalangan berpendapat bahwa orasi politik di dalam masjid bisa mencederai fungsi masjid sebagai tempat ibadah yang khusyuk. Bagi mereka, masjid seharusnya tetap bersifat netral dan tidak terlibat dalam politik praktis yang dapat mengupas kerukunan umat.

Di sisi lain, ada juga argumen yang menyatakan bahwa masjid seharusnya berperan aktif dalam politik karena politik memiliki dampak langsung terhadap kehidupan sehari-hari umat. Banyak orang melihat bahwa ketidakadilan sosial dan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah bisa diatasi melalui advokasi yang dilakukan dari dalam masjid. Dalam konteks ini, peran orasi di dalam masjid menjadi sangat penting untuk mengedukasi dan membangkitkan kesadaran politik umat.

Orasi yang dilakukan di masjid tidak hanya berorientasi pada ajakan untuk memilih, tetapi juga bisa berisi kritik sosial terhadap kondisi yang ada. Dengan demikian, masjid dapat dimaknai sebagai titik awal mobilisasi politik yang berlandaskan pada kearifan lokal dan nilai-nilai agama. Tokoh masyarakat, atau ustadz yang memiliki pengaruh dalam komunitas, sering kali menjadi jembatan antara aspirasi politik dan kepentingan umat.

Dalam praktiknya, masjid sebagai lantai politis tidak selalu berada pada posisi yang stabil. Ada kalanya masjid dapat berfungsi sebagai alat mobilisasi yang efektif, tetapi di sisi lain, bisa juga menjadi sumber perpecahan jika tidak dikelola dengan bijak. Pemanfaatan orasi di dalam masjid sebagai alat politik praktis menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat untuk menjaga agar fungsi masjid tidak terdistorsi oleh kepentingan pihak tertentu.

Dengan perkembangan zaman dan dinamika sosial politik yang terus berubah, penting bagi umat Islam untuk meneruskan tradisi masjid sebagai tempat penyampaian orasi yang tidak hanya berfokus pada aspek spiritual, tetapi juga mampu menjawab tantangan politik dan sosial yang dihadapi. Pengelolaan yang bijaksana dalam hal ini akan menentukan sejauh mana masjid bisa berkontribusi pada peningkatan partisipasi politik masyarakat, sekaligus memperkuat identitas dan integritas umat.
 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved