Kronologi Pelaku Perkosa Korban, Anthony Norman, Ketua DPD PSI, ke Kader PSI
Tanggal: 29 Mar 2024 22:51 wib.
Kasus pelecehaan seksual yang dilakukan Anthony Norman Lianto, Ketua DPD PSI, terjadi saat W, korban ditawari kerja sebagai buzzer PSI.
Peristiwa tersebut bermula ketika W mengetahui adanya lowongan pekerjaan di Partai Solidaritas Indonesia (PSI) melalui informasi di laman resmi partai tersebut. Kebutuhan akan pekerjaan untuk membiayai kehidupannya di perantauan membuat W mantap untuk menjawab lowongan tersebut, terlebih lagi dengan branding PSI sebagai partai yang mewakili suara anak muda.
W kemudian menceritakan, "Tanggal 29 November saya disuruh datang untuk ke Kopdarwil PSI dan di tanggal 4 Desember 2023 saya ditawari jadi buzzer atau prajurit media sosial untuk meningkatkan elektabilitas."
Pada 5 Desember 2023 malam, perempuan tersebut kemudian diminta datang oleh Norman ke kantor DPD PSI Jakarta Barat. Namun, ketika tiba di kantor tersebut, ia merasa sepi dan tidak ada orang di sana.
Tak lama kemudian, W dihubungi oleh Norman yang mengajaknya makan malam dan mengarahkannya untuk keluar dari DPD. W dijelaskan bahwa ia dibawa ke Indomaret dengan alasan untuk mencari makan malam, tetapi kenyataannya, ia dibawa ke rumah pelaku. Di sana, W mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh Norman. Lebih tragisnya, saat peristiwa itu terjadi, W sedang dalam masa menstruasi. Setelah perbuatan bejat tersebut, pelaku bahkan mengunci W di dalam kamarnya hingga pagi harinya. W melihat adanya kamera yang terpasang di dalam kamar tersebut dan menduga bahwa pelaku sengaja memasang kamera tersebut untuk mengancamnya agar tidak melaporkan peristiwa yang dialaminya.
W juga menceritakan bahwa dua hari setelah peristiwa pelecehan itu, ia mendapat intimidasi dari anak buah Norman. Mereka memintanya untuk menandatangani surat pernyataan yang menyatakan bahwa tidak ada pelecehan yang dilakukan Norman terhadapnya. Walau sebenarnya, W belum pernah menceritakan peristiwa pelecehan yang dialaminya kepada siapapun. Anak buah Norman bahkan membawa W ke suatu tempat yang membuatnya merasa ketakutan, namun W tetap menolak untuk menandatangani surat tersebut.
Selain itu, W juga mengungkapkan bahwa ia dijanjikan akan dinafkahi oleh Norman dengan syarat tidak membongkar pelecehan tersebut kepada siapapun.
Kasus ini menjadi sorotan publik dan menunjukkan bahwa pelecehan seksual tidak bisa dianggap remeh. Hal ini juga menunjukkan perlunya perlindungan yang lebih baik terhadap korban pelecehan seksual dan penanganan yang tegas terhadap pelaku pelecehan. Masyarakat perlu diingatkan bahwa setiap individu berhak untuk merasa aman dan terlindungi dari segala bentuk pelecehan seksual. Selain itu, partai politik juga perlu memberikan keamanan dan perlindungan untuk para kader dan calon kader agar mereka dapat berpartisipasi dalam lingkup politik dengan kondisi yang aman dan nyaman.
Dalam hal ini, PSI sebagai partai yang menawarkan representasi suara anak muda harus menegaskan sikapnya terhadap kasus ini dan memberikan dukungan kepada korban pelecehan. Hal ini juga dapat menjadi ajang bagi PSI untuk menunjukkan komitmennya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan melindungi mereka dari segala bentuk kekerasan dan pelecehan. Pemberian dukungan moral dan hukum dari PSI kepada korban juga bisa menjadi contoh bagi partai politik lainnya untuk bersikap tegas dalam menangani kasus-kasus pelecehan seksual.
Dalam konteks yang lebih luas, kasus ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya kesadaran dan pendidikan tentang pelecehan seksual di masyarakat. Pendidikan yang menyeluruh tentang hak asasi manusia dan kesetaraan gender perlu diberikan sejak dini agar masyarakat dapat menghargai dan menghormati satu sama lain tanpa melihat jenis kelamin. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan adil bagi setiap individu.
Kesadaran dan tindakan untuk melawan pelecehan seksual harus terus ditingkatkan agar kasus yang sama tidak terulang di masa depan. Korban pelecehan seksual juga perlu mendapat perlindungan dan dukungan yang kuat dari berbagai pihak. Semua individu dan lembaga baik itu pemerintah, partai politik, maupun masyarakat sipil perlu bersatu demi memberikan keadilan bagi korban dan mencegah terjadinya pelecehan seksual di lingkungan sekitar kita.