Kontaminasi Istana Dalam Pilgub Jakarta 2024

Tanggal: 4 Agu 2024 21:37 wib.
Gelaran Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) semakin dekat. Tak seperti pemilihan kepala daerah di provinsi lain yang dinamikanya hanya di wilayah pemilihan, Pilgub di Provinsi DKI Jakarta bahkan mampu menarik perhatian publik nasional bahkan internasional. Entah apa sebab pastinya, namun, jika dikaitkan dengan diskursus hukum dan politik, Jakarta merupakan daerah seksi bagi politikus yang ingin berkarir di kepemimpinan Nasional. Mungkin karena secara geografis paling dekat dengan kedudukan Istana.

Dalam tulisan ini, kita akan mengulas kabar baik dan buruk sekaligus. Kabar baiknya, Anies Baswedan menjadi sosok terpopuler menjadi Calon Gubernur Jakarta. Ini karena beberapa lembaga survey telah mengumumkan hasil survey elektabilitas untuk Pilgub Jakarta. Hasilnya semua kompak, nama Anies berada di urutan tertinggi dengan bilangan tidak kurang dari 25%. Di bawah Anies, ada nama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan representasi Istana dalam rilis survey. Adapun nama Kaesang bilangannya tidak sampai di 3%, sangat meprihatinkan.

Jika anda bagian dari warga negara yang memilih pendidikan gratis daripada makan siang gratis, maka tidak ada kabar yang lebih baik dari terpilihnya pemimpin visioner, bersih, dan tegas. Partai Nasdem, PKB, dan PKS yang sebelumnya berkoalisi dalam Pemilu 2024 nampaknya sepakat melanjutkan pertarungan Pilpres ke gelanggang yang lebih menguntungkan: Pilgub Jakarta 2024. Calonnya tetap sama: Anies Baswedan. Betapa tidak, dalam gelanggang Pilgub Jakarta 2024, calon yang akan mereka usung punya elektabilitas paling tinggi sepanjang sejarah Pilgub Jakarta. Tentu kemenangan ada di depan mata, terang dan jelas. Maka esok, Gubernur Jakarta adalah Anies Rasyid Baswedan.

Selesai kita di kabar baik. Sekarang kita mulai ke kabar buruk. Jika anda bagian dari warga negara yang mendukung supremasi demokrasi daripada pertunjukkan politik sirkus dinasti, maka tidak ada kabar yang lebih buruk daripada adanya intervensi istana dalam pemilihan kepala daerah. Ya, ini kabar serius. Pasalnya, yang kita bicarakan tadi soal dukungan partai politik untuk mengusung Anies mulai samar. Terbaru, pada Jumat (2/8/24) PKB mulai timbang sana timbang sini, termasuk mempertimbangkan untuk tidak mengusung Anies. Hal yang sama sebelumnya muncul dari Nasdem. Pada Kamis (25/7/24), Nasdem juga timbang sana sini soal dukungan untuk Anies.

"Kita pertimbangkan, kita pertimbangkan. Kan sudah ada tawaran, PKB akan mempertimbangkan untuk kebaikan Jakarta, kebaikan Indonesia," ujar Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (2/8/2024). Pernyataan ini muncul saat PKB menerima tawaran bergabung dari Koalisi Indonesia Maju (KIM).

"Kan politik itu sangat dinamis ya. Kan bukan berarti pada putusan-putusan final terkait dengan rekomendasi misalnya, itu bisa saja berubah. Tapi kita enggak tahu proses dinamika politik yang akan berjalan selanjutnya," ujar Bendahara Umum Partai Nasdem Ahmad Sahroni di Nasdem Tower, Jakarta, Kamis (25/7/2024).

Tak salah jika kemudian muncul di tengah-tengah publik bahwa adanya intervensi istana dalam kancah politik daerah. Seperti diketahui, sebelum dilantiknya Presiden dan Wakil Presiden yang diusung KIM, secara politik memang Nasdem dan PKB hingga sekarang masih berada di pemerintahan. Beberapa kader Nasdem dan PKB masih jadi pejabat di pemerintahan. Jadi menteri, direktur, komisaris, atau hanya staf ahli. Dikatakan banyak pihak, munculnya isu reshuffle atau perombakan yang akan mengakibatkan kader-kader mereka digantikan menjadi indikasi kuat adanya intervensi istana. Jika ini benar, dan tentu saja benar, maka ini sangat menjijikkan. Demokrasi di Indonesia sedang mengalami kemunduran, dimana pemilik kekuasaan sekarang ingin selamanya berkuasa. Mengapa Jokowi sangat membenci Anies Baswedan? Apakah karena Jokowi ketakutan terbukanya sesuatu aib yang dirahasiakan?

Ibarat kita sudah enak makan, baru suapan pertama, eh makanannya malah dihinggapi laler ijo. Terkontaminasi. Yang tadinya kita merasa aman dan nyaman tanpa gangguan, sekarang kita terganggu, sebab politik nasional sudah terkontaminasi. Ulah siapa lagi kalau bukan raja sirkus politik dinasti.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved