Kode-kode Gatot Nurmantyo
Tanggal: 24 Agu 2017 14:13 wib.
Berbeda dari sebelumnya, artikel kali ini sama sekali tidak menyuguhkan opini penulis. Artikel ini dihadirkan untuk melihat situasi tanah air dari kacamata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
Sejak reformasi bergulir, mungkin baru Wiranto dan Gatot selaku petinggi tertinggi militer yang menjadi sorotan media. Wiranto menjadi pusat perhatian pada masa transisi di tahun 1998-1999. Sementara nama Gatot banyak mengisi media semenjak mulai berlangsungnya aksi unjuk rasa yang digelar oleh GNPF-MUI. Sebelum itu, Gatot hanya wara-wiri di media dengan ceramahnya yang bertemakan proxy war.
Lantas, apa yang dipikirkan oleh Gatot terkait situasi nasional belakangan ini?
Dari Detik.com diberitakan tentang pesan Gatot kepada mahasiswa baru Universitas Trisakti. Dalam pesannya itu Gatot mengingatkan untuk mewaspadai migrasi besar-besaran penduduk dunia ke Indonesia.
Indonesia akan menjadi bisa saja nantinya dihuni bukan oleh warga negara Indonesia lagi.
Gatot memberi contoh benua Amerika, Australia dan Singapura yang penduduk aslinya mulai tergusur oleh pendatang. Dia juga memberi contoh suku asli Jakarta, yaitu Betawi, yang saat ini mulai tergusur.
"Benua Amerika awalnya diisi suku Indian sekarang hampir punah. Australia, suka Aborigin juga hampir punah. Singapura, tadinya berisi suku Melayu sekarang mulai terpinggirkan. Di Indonesia, Betawi di Jakarta sekarang kemana, banyak yang ke Banten," kata Gatot di Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat, Minggu (20/8/2017) Sumber : https://news.detik.com/berita/3606740/kepada-mahasiswa-panglima-ingatkan-bahaya-migrasi-sampai-narkoba
"Kalau tidak waspada, negara ini bisa saja pendudukannya nanti bukan kita tapi orang lain. Itu ancaman," lanjutnya.
Benarkah ada ancaman migrasi besar-besaran penduduk dunia ke tanah air? Jika “ya”, pertanyaannya, dari negara mana? Kemudian, muncul pertanyaan lainnya, apakah migrasi tersebut berlangsung secara legal atau tidak?
Sila menjawab setiap pertanyaan di atas dan menebak-nebak arah yang tengah dibidik oleh Gatot.
Sebelumnya, Gatot menghebohkan media lewat puisi yang dibacakannya. Puisi yang dibacakan Gatot itu dalam versi awal dibuat untuk mengenang wafatnya pemusik legendaris Leo Kristi. Judulnya 'Tapi Bukan Kami Punya', yang juga terinspirasi dari lirik lagu Leo Kristi: Salam dari Desa.
Menariknya, Gatot sengaja memenggal puisi yang digubah oleh Denny JA tersebut. Dalam pusisi yang dibacakannya, Gatot meniadakan isu demonstrasi dan agama. Tapi hanya fokus isu keadilan sosial.
Dan inilah penggalan yang tidak dibacakan Gatot:
“Masuklah petinggi polisi, siapkan lakukan interogasi
Kok Jaka menangis? Padahal ia tidak bengis?
Jaka pemimpin demonstran, aksinya picu kerusuhan
Harus didalami lagi dan lagi, Apakah ia bagian konspirasi?
Apakah ini awal dari makar? Jangan sampai aksi membesar?
Mengapa pula isu agama, Dijadikan isu bersama?
Mengapa pula ulama? Menjadi inspirasi mereka?”
Kenapa bagian itu tidak dibacakan oleh Gatot? Bukankah penggalan itu bisa dicari lewat search engine. Apakah Gatot sengaja memengalnya untuk menimbulkan kontroversi terkait situasi nasional yang mirip dengan bagian puisi yang dipenggalnya?
Jauh sebelum itu Gatot mengatakan Indonesia saat ini telah dirusak para politikus yang dikendalikan negara asing. Para politikus tersebut telah menodai semangat nasionalisme di Indonesia.
Gatot mengatakan, masyarakat Indonesia tidak lagi memiliki budaya sopan santun seperti yang telah diwariskan turun temurun.
Budaya saling menghargai dan menghormati diganti dengan budaya baru yang sangat berbeda.
"Masyarakat Indonesia saat ini memiliki budaya yang berbeda, mereka lebih suka marah-marah, parahnya itu semua dipelopori oleh politikus yang dikendalikan dari luar oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab ,” ujar Gatot dalam seminar nasional bela negara di Hotel Sheraton Makassar, Sabtu (12/12/2015) (Sumber http://www.tribunnews.com/regional/2015/12/12/panglima-tni-politikus-busuk-rusak-tatanan-negara
Gatot Nurmantyo menganggap ancaman politisi dari dalam negeri jauh lebih berbahaya dari pada ancaman lansung dari negara asing.
Pertanyaannya, siapakah politisi yang dikendalikan oleh negara asing dan memelopori budaya marah-marah?
Ada yang bisa menjawabnya?
Sebagai pejabat militer, Gatot tentu saja tidak mungkin mengutarakan segala sesuatunya dengan segamblang dan seterang benderang mungkin. Gatot hanya bisa bermain di wilayah etika yang melingkarinya. Dan, Gatot pastinya tidak berani untuk keluar dari wilayah tersebut.
Namun demikian, Gatot telah menyampaikan serangkaian kode-kodenya. Kode-kode inilah yang menarik untuk dipecahkan.
Dan, sila memecahkannya.