Jokowi Ajarkan “Cara Berkhianat” dalam Politik
Tanggal: 1 Des 2024 06:45 wib.
Tampang.com | Kritik keras menghampiri Presiden Joko Widodo (Jokowi) setelah peneliti dari Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menyebutnya sebagai pengajar "cara berkhianat" dalam politik. Pernyataan ini muncul setelah Jokowi menunjukkan dukungannya terhadap lawan politik PDI Perjuangan (PDI-P), partai yang selama ini menjadi rumah politiknya.
Kritik terhadap Kesombongan Jokowi
Peneliti menuding Jokowi telah menunjukkan kesombongan politik, terutama dengan sikapnya yang terkesan menempatkan diri di atas partai.
"Jokowi membuktikan bahwa dirinya lebih besar daripada partai politik mana pun. Ini adalah kesombongan yang merusak demokrasi," ujar peneliti Perludem dalam sebuah diskusi.
Sikap ini dianggap mencederai pelembagaan demokrasi di Indonesia, karena seorang mantan kader PDI-P justru mendukung pihak yang berseberangan.
Dukungan Jokowi yang Kontroversial
Langkah Jokowi mendukung lawan politik PDI-P disebut sebagai pengkhianatan terhadap partai yang membesarkannya, mulai dari jabatan wali kota hingga presiden.
"Jokowi telah menerima banyak dukungan dari PDI-P selama bertahun-tahun, tetapi sekarang mendukung kandidat yang bertentangan dengan rekomendasi partai. Ini tindakan yang memalukan," lanjutnya.
Tindakan ini, menurut peneliti, bukan hanya melukai hati kader PDI-P, tetapi juga memberikan pendidikan politik yang buruk kepada masyarakat.
Tudingan Bangun Dinasti Politik
Peneliti juga mencurigai Jokowi memiliki agenda pribadi untuk membangun imperium politik keluarga. Langkahnya mendorong karier politik anaknya, Gibran Rakabuming Raka, menjadi salah satu indikator.
"Ini bukan sekadar strategi politik, tetapi upaya membangun dinasti. Tindakan ini menunjukkan bahwa kepentingan pribadi lebih diutamakan daripada komitmen pada partai," tegasnya.
Kader PDI-P Kecewa
Banyak kader PDI-P yang merasa dikhianati oleh Jokowi. Sebagian besar dari mereka telah setia mendukung Jokowi selama 10 tahun terakhir, tetapi kini mendapati dirinya mendukung kandidat yang dianggap berseberangan dengan perjuangan partai.
"Kami bekerja keras untuk Jokowi, tetapi kini merasa terabaikan. Ini sangat mengecewakan," kata seorang kader yang enggan disebutkan namanya.
Pentingnya Pelembagaan Demokrasi
Peneliti Perludem menekankan bahwa politik Indonesia memerlukan pelembagaan demokrasi yang kuat, di mana partai politik menjadi lembaga yang lebih besar daripada individu.
"Jika individu seperti Jokowi menunjukkan bahwa mereka lebih besar dari partai, ini akan melemahkan demokrasi kita," tambahnya.
Respons Jokowi Ditunggu
Hingga berita ini ditulis, Jokowi belum memberikan tanggapan terhadap kritik ini. Langkah politiknya tetap menjadi sorotan tajam, terutama menjelang akhir masa jabatannya sebagai presiden.
Apakah Jokowi akan menjawab tudingan ini, atau justru terus melangkah dengan strategi politiknya yang kontroversial? Hanya waktu yang akan memberikan jawaban.