Jika PDIP Ingin Menang, Harus Bergabung dengan Partai di Koalisi Perubahan

Tanggal: 10 Jun 2024 10:25 wib.
Saat ini Hasto, Sekjen PDIP, dipanggil KPK tentang keterkaitan dengan kasus Harun Masiku. Dan kemungkinan akan terjadi lagi beberapa proses pemanggilan kepada elit-elit penting di PDIP, hal ini merupakan penekanan dari pihak yang berkuasa, yang menginginkan PDIP tidak bergabung dengan koalisi perubahan di pilkada 2024. Pihak yang berkuasa ingin PDIP berdiri sendiri tanpa bergabung dengan partai-partai yang koalisi perubahan. Jika PDIP berdiri sendiri atau bergabung dengan partai-partai penguasa, maka dipastikan pilkada akan dikuasai oleh pemenang dari partai-partai berkuasa. Dan akhirnya dinasti Jokowi akan melenggang dengan tenang di pilpres 2029.

Jika PDIP bergabung dengan partai-partai di koalisi perubahan, maka akan menjadi kekuatan yang siap untuk bertarung di pilkada 2024 dan pilpres 2029. Jokowi pasti tidak menginginkan itu. Sejak pengkhianatan Jokowi ke PDIP, Jokowi sedang mencari partai yang bisa direbut. Rencana pertama, gagal, yaitu merebut partai Golkar, karena ada resistensi dari para senior-senior Golkar dan ada AD/ART yang menyatakan untuk menjadi ketua umum harus sudah menjadi pengurus selama 5 tahun di Golkar. PAN dianggap terlalu kecil untuk bisa ditunggangi sebagai kendaraan politik.

PDIP berencana menduetkan Anies Baswedan dengan calon dari PDIP. Beberapa calon tersebut: Andhika Perkasa, Rano Karno, Ahok, Pramono Anung, Prasetyo dan lainnya. Semua calon yang akan diduetkan dengan Anies, merupakan kader terbaik PDIP, kader yang siap bertarung melawan calon dari partai-partai penguasa. Kader tsb harus memiliki mental baja dan tidak tergiur sedikitpun oleh iming-iming kekuasaan yang akan ditawarkan oleh pihak pendukung Jokowi. Dengan umur Prabowo Subianto menginjak 73 tahun dan kalau memiliki umur panjang, akan berumur 78 tahun pada saat pilpres 2029, maka kemungkinan besar, Prabowo tidak akan mencalonkan kembali sebagai calon presiden.

Pilpres 2029 ditentukan oleh kemenang-kemenangan kecil di daerah-daerah melalui Pilkada 2024. Para pemimpin daerah mulai dari walikota/bupati sampai gubernur akan berjuang untuk memenangkan calon presiden dari partainya sebagai balas budi dan ingin dicalonkan kembali di pilkada selajutnya.



Efek dari bersatunya PKS, Nasdem, PKB dan PDIP akan mengkonsolidasi sampai akar rumput, hal itu yang paling ditakutkan oleh pemerintah, yang ingin terus berkuasa. Pemerintah Prabowo-Gibran menginginkan tidak ada oposisi, walaupun ada, secara jumlah sangat kecil.

Pemerintahan Prabowo-Gibran akan mengalami banyak sekali hantaman dari rakyat yang tidak puas terhadap kinerja pemerintah, dari pendukung ganjar-mahfud, dari anies-muhaimin, dari buzzer Jokowi yang menginginkan Prabowo jatuh dan digantikan Gibran.

Jika Prabowo Subianto melihat situasi yang akan terjadi, maka seharusnya mendukung partai pendukung perubahan dan PDIP, agar mereka juga bisa mengimbangi kekuatan pendukung Jokowi yang menginginkan Gibran menjadi presiden. Jangan sampai oposisi disusupin oleh pendukung Jokowi.

Jika pilgub di Jakarta, Anies-Andhika didukung oleh PKS, Nasdem, PKB, PDIP dan Gerindra, maka posisi Prabowo di pemerintahan Indonesia akan relatif lebih aman, daripada gubernur yang terpilih dari pendukung Jokowi, mereka bisa menusuk dari dalam, dan membuat pemerintahan Indonesia gaduh terus menerus.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved