Jika Keputusan Nasdem, PKB dan PKS di Pilgub Jakarta Menarik Dukungan ke Anies Baswedan, Maka Dampak Negatif Bagi Calon Kepala Daerah Lainnya
Tanggal: 5 Agu 2024 11:49 wib.
Partai Nasdem, PKB, dan PKS memutuskan mendukung Anies Rasyid Baswedan untuk maju dalam Pemilihan Gubernur Jakarta. Meski demikian, sebenarnya dukungan tersebut belum definitif, sebab belum mengeluarkan rekomendasi resmi alias masih sebatas cuap-cuap. Sementara cuap-cuap saja tidak termasuk dalam persyaratan pengusungan Bakal Calon Gubernur. Mimpi tentang Jakarta kembali dipimpin sosok visioner, tegas, dan bersih pun masih sebatas bayang-bayang.
Nasib pencalonan Anies dalam Pilgub Jakarta 2024 ditentukan oleh kebijakan partai politik. Begitupun nasib partai politik, akan ditentukan oleh siapa yang akan mereka usung di Jakarta. Betapa tidak, nama Anies, Jokowi, dan Prabowo telah merasuk dalam ke ingatan masyarakat Indonesia. Termasuk soal visi-misi hingga tabiat yang mereka bawa masing-masing. Anies dengan visi supremasi demokrasi, Jokowi dengan visi IKN dan Tapera, dan Prabowo dengan visi makan siang gratis sekaligus menaikkan pajak. Tidak berlebihan, sebab memang begitulah adanya.
Nama Anies Rasyid Baswedan kembali muncul dalam survey elektabilitas untuk Pilgub Jakarta 2024 dan berada diurutan paling atas. Jika sebelumnya Anies yang hanya bekas Menteri Pendidikan saja mampu memaksimalkan peluang sehingga menang di Pilgub Jakarta 2017, apalagi sekarang bekas Calon Presiden. Selain punya modal elektabilitas, sekarang Anies juga punya modal mentalitas tanpa batas.
Anies punya banyak sekali peluang dan modal setelah kalah Pilpres. Kita harus yakin Anies sudah ditawari banyak sekali job dan jabatan non politik di dunia internasional. Tapi, apa kita rela melepaskan Anies dari dunia politik tanah air, terlebih di tengah krisis demokrasi dan maraknya praktek dinasti?
Tentu pertanyaan itu bukan muncul di benak saya saja. Kita semua punya kekhawatiran tentang perpolitikan di Indonesia. Di tengah rusaknya proses demokrasi, bobroknya penegakan hukum, dan maraknya pertunjukkan sirkus politik dinasti, kita sangat butuh sosok leader yang berani melawan meskipun dari tingkat Gubernur.
Kebetulan saja hari ini masih wajah Anies yang terbayang yang akan mampu melakukan perlawanan itu. Dan dikuatkan pula dengan adanya indikasi campur tangan istana dalam menggagalkan Anies maju menjadi Bakal Calon di Pilgub Jakarta 2024. Alias, anti tesis dari istana adalah Anies. Jika ingin melawan istana, maka dukunglah Anies. Sebab Rocky Gerung tidak tertarik melamar atau dilamar partai politik. Sementara Riziek Shihab sebaliknya, partai politik yang tidak tertarik. Pada pokoknya, sebagai masyarakat yang demokratis, harus ikut pemimpin dengan visi-misi yang harus sama.
Seperti disampaikan di paragraf awal, Partai Nasdem, PKB, dan PKS memutuskan mendukung Anies Rasyid Baswedan. Namun berita terbaru menunjukkan gelagat tidak mengenakkan dari Nasdem dan PKB. Ada potensi Nasdem dan PKB tidak mengusung Anies. Sebabnya bisa bermacam-macam. Yang dari semua macam itu, semuanya terhubung ke adanya indikasi pengaruh istana. Katakanlah sebabnya Nasdem dan PKB khawatir menterinya direshuffle, kadernya dicopot dari jabatan direktur dan komisaris BUMN, dan lain-lain. Maka akan berdampak pada penurunan kontribusi dan kas partai politik. Tentu semua pasti berhubungan dengan istana.
Padahal jika bicara soal kontribusi dan kas partai politik, sebenarnya lembaga partai juga bergantung pada seberapa banyak kadernya yang menjadi kepala daerah. Keputusan Nasdem dan PKB di Pilgub Jakarta, singkatnya akan berdampak ke pemenangan Nasdem dan PKB pada Pilkada di daerah lain. Lebih panjang, akan berdampak pada Pemilu 2029. Sebabnya sudah dijelaskan di atas, bahwa nama Anies telah merasuk dalam ke ingatan masyarakat Indonesia sebagai anti tesis istana. Tentu masyarakat akan menilai lebih partai mana yang mengusung Anies.
Tidak bisa dipungkiri, makin ke sini kebijakan pemerintah makin bikin masyarakat hidup sekarat. Pajak naik, sembako naik, BBM naik, upah murah, tapera, dan wajib asuransi kendaraan bermotor. Ayo sebut apa lagi? Bahkan basis massa yang dulu ikut joget-joget oke gas oke gas, kini mulai menyimpan dendam sebab merasa ditipu jagoannya sendiri. Dan lagi-lagi, massa ini akan mencari sosok anti tesis dari pembuat kebijakan itu. Tentu saja mereka mencari Anies.