Sumber foto: Google

Iran Ancam Tutup Jalur Minyak Dunia, AS Minta China Turun Tangan

Tanggal: 25 Jun 2025 09:24 wib.
Situasi makin memanas! Ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat dengan ancaman yang datang dari Iran untuk menutup Selat Hormuz, jalur strategis yang mengalirkan 20% perdagangan minyak dan gas dunia. Rencana ini mendapat dukungan dari Parlemen Iran, seiring dengan meningkatnya ketegangan akibat serangan bom yang diluncurkan oleh AS. Penutupan Selat Hormuz akan berdampak signifikan pada pasar energi global dan dapat memicu krisis yang lebih dalam.

Selat Hormuz adalah titik transit utama bagi negara-negara penghasil minyak, termasuk Arab Saudi, Iran, dan negara-negara Teluk lainnya. Mengingat tingginya ketergantungan dunia terhadap sumber daya energi yang melintasi selat ini, ancaman Iran untuk menutup jalur tersebut menjadi perhatian serius banyak pihak, termasuk Amerika Serikat (AS). Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, secara terbuka meminta China, sebagai salah satu pengimpor minyak terbesar di dunia dan bakal terdampak langsung, untuk turun tangan dalam meredakan ketegangan dengan Iran.

Langkah ini menunjukkan betapa gentingnya situasi yang dihadapi. Ketersediaan dan harga minyak global sangat dipengaruhi oleh stabilitas di Selat Hormuz. Oleh karena itu, ancaman Iran tidak hanya berpotensi memicu masalah bagi negara-negara di kawasan tetapi juga akan memberikan dampak luas bagi perekonomian global. AS khawatir jika Iran meneruskan rencananya, itu akan memperburuk krisis global yang sudah ada dan membawa konsekuensi yang tak terduga bagi pasar energi.

Meskipun Parlemen Iran telah menunjukkan dukungannya terhadap penutupan Selat Hormuz, keputusan akhir tetap ada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Ini menyiratkan bahwa meskipun ada dukungan dari legislatif, faktor-faktor strategis dan diplomatik juga akan menentukan langkah apa yang akhirnya diambil oleh pemerintah Iran. Langkah ini diambil di tengah ketidakpuasan rakyat Iran terhadap sanksi yang diberlakukan oleh AS dan Negara Barat lainnya.

Penutupan Selat Hormuz bisa menciptakan instabilitas serius di pasar minyak global. Bisa dibayangkan jika Iran benar-benar melaksanakan ancamannya, harga minyak akan melonjak tajam dan menciptakan dampak domino yang meluas. Negara-negara pengimpor minyak akan terpaksa mencari alternatif yang mungkin jauh lebih mahal dan sulit diakses. Hal ini bisa memicu resesi ekonomi yang lebih luas, sehingga langkah diplomatik untuk meredakan ketegangan menjadi sangat mendesak.

AS, sebagai salah satu kekuatan utama di dunia, tentu saja tidak bisa tinggal diam. Permintaan kepada China untuk mengambil peran aktif dalam meredakan ketegangan ini menunjukkan bahwa Washington menyadari pentingnya stabilitas regional. China, dalam hal ini, bisa menjadi mediator yang memiliki kepentingan besar untuk menjaga kelancaran pasokan energi mereka dari Timur Tengah.

Dengan meningkatnya ketegangan dan potensi krisis yang mengancam, perhatian dunia kini tertuju pada keputusan yang akan diambil oleh Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Apakah ketegangan ini akan menurun, atau justru semakin memburuk, masih menjadi pertanyaan besar. Keterlibatan negara-negara besar seperti AS dan China menunjukkan betapa pentingnya situasi ini bagi keamanan dan stabilitas global. Keputusan yang akan diambil dalam waktu dekat bisa menentukan arah hubungan internasional dan pasar energi di masa mendatang.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved