Inilah Wilayah yang Cocok jadi Ibukota Negara Pengganti Jakarta Versi ITS
Tanggal: 18 Agu 2017 12:33 wib.
Hari Kamis tanggal 17 Agustus kemarin, rektor dan para peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember menyampaikan hasil kajiannya terkait penggantian ibukota negara dari Jakarta ke kota lain.
Dikutip dari VOA Indonesia, Joni Hermana selaku Rektor ITS mengatakan bahwa wacana pemerintah untuk memindahkan ibukota negara dari Jakarta ke kota lain adalah tepat. Ia juga mengungkapkan bahwa Jakarta saat ini masih memiliki nilai indeks kota yang rendah jika dibanding kota-kota lainnya. Jakarta juga cenderung berada di posisi terbawah secara indeks fungsi ibukota. Permasalahan seperti kemacetan, transportasi, keamanan, serta pengembangan kewilayahan juga menjadi penyebab mengapa terjadi ketimpangan pemerataan ekonomi.
Peneliti E-Government ITS, Tony D. Susanto juga mengungkapkan pemindahan ibukota negara juga harus memperhatikan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) terutama di bidang teknologi, informasi dan komunikasi untuk mendukung pembangunan ibukota di tempat yang baru.
Menurut Tony, SDM terutama di bidang IT serta infrastrutur teknologinya sangatlah penting untuk diperhatikan dalam penataan kawasan ibukota negara nantinya untuk menghubungkan daerah-daerah di seluruh Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
Selain dari segi SDM dan Infrastruktur IT, pemerintah juga perlu memerhatikan aspek kemaritiman karena Indonesia merupakan negara maritim. Menurut Kepala Departemen Teknik Transportasi Laut, Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Tri Achmadi, pengembangan aspek kemaritiman akan menunjang pemerataan pembangunan dan ekonomi Indonesia untuk kawasan luar pulau Jawa seperti Papua, Sulawesi, Kalimantan, NTT dan NTB.
Ahli Tata Kota dan Arsitektur ITS, Johan Silas mengatakan pemilihan kota Palangkaraya sebagai ibukota negara yang baru tidak sesuai dengan misi Presiden Jokowi yang ingin menjadikan laut sebagai masa depan pembangunan ekonomi bangsa.
Johan SIlas juga mengungkapkan bahwa wilayah Kalimantan Timur adalah yang cocok dan memenuhi kriteria ibukotas negara versi ITS. Hal ini karena wilayah Kaltim sebagian besar tekstur tanahnya padat, sehingga dari segi pembangunan akan lebih mudah dan menghemat budget, berbeda dengan tanah Palangkaraya yang berupa gambut. Selain itu Kalimantan Timur adalah wilayah yang paling jarang terjadi konflik sosial serta bencana alam seperti tanah longsor atau kebakaran.
Hari Kamis tanggal 17 Agustus kemarin, rektor dan para peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember menyampaikan hasil kajiannya terkait penggantian ibukota negara dari Jakarta ke kota lain.
Dikutip dari VOA Indonesia, Joni Hermana selaku Rektor ITS mengatakan bahwa wacana pemerintah untuk memindahkan ibukota negara dari Jakarta ke kota lain adalah tepat. Ia juga mengungkapkan bahwa Jakarta saat ini masih memiliki nilai indeks kota yang rendah jika dibanding kota-kota lainnya. Jakarta juga cenderung berada di posisi terbawah secara indeks fungsi ibukota. Permasalahan seperti kemacetan, transportasi, keamanan, serta pengembangan kewilayahan juga menjadi penyebab mengapa terjadi ketimpangan pemerataan ekonomi.
Peneliti E-Government ITS, Tony D. Susanto juga mengungkapkan pemindahan ibukota negara juga harus memperhatikan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) terutama di bidang teknologi, informasi dan komunikasi untuk mendukung pembangunan ibukota di tempat yang baru.
Menurut Tony, SDM terutama di bidang IT serta infrastrutur teknologinya sangatlah penting untuk diperhatikan dalam penataan kawasan ibukota negara nantinya untuk menghubungkan daerah-daerah di seluruh Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
Selain dari segi SDM dan Infrastruktur IT, pemerintah juga perlu memerhatikan aspek kemaritiman karena Indonesia merupakan negara maritim. Menurut Kepala Departemen Teknik Transportasi Laut, Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Tri Achmadi, pengembangan aspek kemaritiman akan menunjang pemerataan pembangunan dan ekonomi Indonesia untuk kawasan luar pulau Jawa seperti Papua, Sulawesi, Kalimantan, NTT dan NTB.
Ahli Tata Kota dan Arsitektur ITS, Johan Silas mengatakan pemilihan kota Palangkaraya sebagai ibukota negara yang baru tidak sesuai dengan misi Presiden Jokowi yang ingin menjadikan laut sebagai masa depan pembangunan ekonomi bangsa.
Johan SIlas juga mengungkapkan bahwa wilayah Kalimantan Timur adalah yang cocok dan memenuhi kriteria ibukotas negara versi ITS. Hal ini karena wilayah Kaltim sebagian besar tekstur tanahnya padat, sehingga dari segi pembangunan akan lebih mudah dan menghemat budget, berbeda dengan tanah Palangkaraya yang berupa gambut. Selain itu Kalimantan Timur adalah wilayah yang paling jarang terjadi konflik sosial serta bencana alam seperti tanah longsor atau kebakaran.