Sumber foto: iStock

Indonesia Masih Melakukan Evaluasi Potensi Manfaat Bergabung dengan BRICS, Kata Menteri Luar Negeri Indonesia

Tanggal: 23 Jun 2024 18:54 wib.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan bahwa Indonesia terus mempelajari kemungkinan bergabung dengan aliansi perdagangan BRICS dan sedang menimbang manfaat yang akan didapat negara tersebut dari keanggotaan tersebut.

BRICS adalah aliansi ekonomi yang terdiri dari lima negara berkembang, yaitu Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. Pada 1 Januari, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), Iran, dan Ethiopia bergabung dengan blok tersebut, sehingga jumlah anggota total menjadi 10.

Marsudi menyatakan dalam konferensi pers di Jakarta pada hari Kamis bahwa sementara beberapa negara berkembang menyatakan keinginan mereka untuk bergabung dengan BRICS, Indonesia tidak akan terburu-buru untuk membuat keputusan.

Indonesia telah lama diakui sebagai salah satu negara berkembang paling berpengaruh di dunia dan telah aktif dalam kerja sama ekonomi internasional. Bergabung dengan BRICS akan memberikan Indonesia akses ke pasar yang lebih besar dan berpotensi untuk memperkuat posisinya dalam kancah perdagangan internasional.

Salah satu pertimbangan utama untuk bergabung dengan BRICS adalah potensi ekonomi. Anggota BRICS memiliki ekonomi yang kuat dan terdiversifikasi. Ini dapat memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan perdagangan dan investasi dengan anggota lainnya, yang pada gilirannya akan mendukung pertumbuhan ekonomi negara.

Selain itu, bergabung dengan BRICS juga akan memberikan Indonesia akses ke berbagai sumber daya, teknologi, dan keahlian yang dimiliki oleh anggota aliansi. Hal ini dapat memberikan dorongan yang signifikan dalam memperkuat sektor industri dan infrastruktur di Indonesia.

Namun demikian, ada juga beberapa kekhawatiran yang perlu dievaluasi dengan hati-hati sebelum Indonesia bergabung dengan BRICS. Salah satunya adalah keseimbangan kekuatan politik di dalam aliansi. Indonesia harus memastikan bahwa keikutsertaannya dalam BRICS tidak akan mengganggu hubungan diplomatis dengan negara lain di kawasan Asia Pasifik maupun di tingkat global.

Selain itu, Indonesia juga perlu mempertimbangkan secara matang dampak keanggotaan dalam aliansi terhadap berbagai sektor dalam negeri, termasuk industri, pertanian, tenaga kerja, dan lingkungan. Hal ini penting agar keanggotaan dalam BRICS dapat membawa manfaat yang seimbang bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia.

Dalam mengambil keputusan mengenai keanggotaan BRICS, Indonesia juga perlu mempertimbangkan kepentingan strategis jangka panjang. Bergabung dengan aliansi perdagangan seperti BRICS dapat memberikan Indonesia akses ke jalur perdagangan baru, serta membuka peluang kerja sama dalam berbagai bidang, termasuk dalam pengembangan infrastruktur, energi, dan teknologi.

Sementara itu, negara-negara anggota BRICS juga telah menunjukkan minat besar dalam memperluas kerja sama dengan Indonesia. Langkah-langkah diplomatis yang diambil oleh negara-negara BRICS untuk memperkuat hubungan dengan Indonesia juga mencerminkan potensi besar di bidang perdagangan dan investasi antara Indonesia dan aliansi ini.

Mengingat kondisi geopolitik global yang terus berubah, dengan dinamika ekonomi dan politik yang semakin kompleks, keputusan untuk bergabung dengan BRICS bukanlah sesuatu yang boleh diambil secara gegabah. Ini adalah keputusan strategis yang memerlukan dukungan penuh dari berbagai sektor dalam negeri serta pemahaman yang mendalam akan implikasi jangka panjangnya.

Dalam konteks ini, Menteri Marsudi menegaskan bahwa pemerintah Indonesia akan terus melakukan evaluasi mendalam terkait potensi manfaat bergabung dengan BRICS. Keputusan akhir mengenai keanggotaan Indonesia dalam aliansi perdagangan ini akan didasarkan pada analisis yang cermat, agar dapat memastikan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam BRICS akan membawa manfaat yang signifikan bagi kemajuan ekonomi, diplomasi, dan kemasyarakatan negara ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved